Dekati Titik Balik, Mantan Menlu AS Henry Kissinger Buat Prediksi Perdamaian Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger mengatakan kepada CBS News bahwa konflik di Ukraina mungkin mendekati titik balik.
Menurut dia, pembicaraan perdamaian yang ditengahi China dapat dimulai pada akhir tahun 2023.
"Sekarang China telah memasuki negosiasi, itu akan mencapai puncaknya, saya pikir pada akhir tahun ini," ujar diplomat berusia 99 tahun itu kepada CBS dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (7/5/2023).
Dia menambahkan, “Pada saat itu, kita akan berbicara tentang proses negosiasi dan bahkan negosiasi yang sebenarnya."
Dengan dirilisnya “Posisi Penyelesaian Krisis Politik Ukraina” pada bulan Februari, China mengajukan diri sebagai mediator potensial antara Moskow dan Kiev.
Rencana China ditolak langsung oleh AS dan Uni Eropa (UE), sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan beberapa dari 12 poinnya sebagai "selaras" dengan posisi Moskow.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky hanya menyambut beberapa poinnya, tetapi menyatakan Kiev tidak akan berkompromi dengan Rusia dengan cara apa pun.
Penolakan Zelensky untuk bernegosiasi dengan pemerintah Putin hanyalah satu batu sandungan yang dihadapi oleh China atau perantara potensial lainnya.
Pemimpin Ukraina melarang kontak dengan Kremlin dalam dekrit Oktober lalu.
Rusia menganggap konflik di Ukraina sebagai perang proksi antara dirinya dan NATO. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada Jumat bahwa setiap negosiasi tidak akan dilakukan “dengan Zelensky, yang merupakan boneka di tangan Barat, tetapi langsung dengan tuannya.”
Di Washington, pemerintahan Presiden AS Joe Biden secara terbuka mengklaim terserah Ukraina untuk memutuskan kapan mencari perdamaian.
Zelensky tidak ditawari insentif oleh AS untuk melakukannya, dengan Biden menawarkan untuk terus memasok senjata "selama diperlukan" untuk mencapai tujuan perangnya.
Di antara tujuan tersebut adalah merebut Crimea, wilayah Rusia sejak 2014. Para pemimpin militer Amerika telah secara terbuka mengakui bahwa kemungkinan hal ini terjadi sangat kecil.
Kissinger memicu kemarahan Kiev tahun lalu ketika dia menyarankan Ukraina harus menerima pengembalian ke “status quo ante,” atau melepaskan klaim teritorialnya atas Crimea dan memberikan otonomi kepada Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, atas nama perdamaian.
Dia sejak itu menyarankan agar wilayah ini menjadi dasar negosiasi setelah gencatan senjata dan penarikan Rusia.
Moskow telah berulang kali mengatakan terbuka untuk pembicaraan dengan Kiev tetapi hanya jika Ukraina mengakui kenyataan di lapangan, termasuk status baru wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye sebagai bagian dari Rusia.
Jika Ukraina tidak mengakuinya, Kremlin telah menyatakan, Rusia akan menyelesaikan konflik dengan cara militer.
Menurut dia, pembicaraan perdamaian yang ditengahi China dapat dimulai pada akhir tahun 2023.
"Sekarang China telah memasuki negosiasi, itu akan mencapai puncaknya, saya pikir pada akhir tahun ini," ujar diplomat berusia 99 tahun itu kepada CBS dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (7/5/2023).
Dia menambahkan, “Pada saat itu, kita akan berbicara tentang proses negosiasi dan bahkan negosiasi yang sebenarnya."
Dengan dirilisnya “Posisi Penyelesaian Krisis Politik Ukraina” pada bulan Februari, China mengajukan diri sebagai mediator potensial antara Moskow dan Kiev.
Rencana China ditolak langsung oleh AS dan Uni Eropa (UE), sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan beberapa dari 12 poinnya sebagai "selaras" dengan posisi Moskow.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky hanya menyambut beberapa poinnya, tetapi menyatakan Kiev tidak akan berkompromi dengan Rusia dengan cara apa pun.
Penolakan Zelensky untuk bernegosiasi dengan pemerintah Putin hanyalah satu batu sandungan yang dihadapi oleh China atau perantara potensial lainnya.
Pemimpin Ukraina melarang kontak dengan Kremlin dalam dekrit Oktober lalu.
Rusia menganggap konflik di Ukraina sebagai perang proksi antara dirinya dan NATO. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan pada Jumat bahwa setiap negosiasi tidak akan dilakukan “dengan Zelensky, yang merupakan boneka di tangan Barat, tetapi langsung dengan tuannya.”
Di Washington, pemerintahan Presiden AS Joe Biden secara terbuka mengklaim terserah Ukraina untuk memutuskan kapan mencari perdamaian.
Zelensky tidak ditawari insentif oleh AS untuk melakukannya, dengan Biden menawarkan untuk terus memasok senjata "selama diperlukan" untuk mencapai tujuan perangnya.
Di antara tujuan tersebut adalah merebut Crimea, wilayah Rusia sejak 2014. Para pemimpin militer Amerika telah secara terbuka mengakui bahwa kemungkinan hal ini terjadi sangat kecil.
Kissinger memicu kemarahan Kiev tahun lalu ketika dia menyarankan Ukraina harus menerima pengembalian ke “status quo ante,” atau melepaskan klaim teritorialnya atas Crimea dan memberikan otonomi kepada Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, atas nama perdamaian.
Dia sejak itu menyarankan agar wilayah ini menjadi dasar negosiasi setelah gencatan senjata dan penarikan Rusia.
Moskow telah berulang kali mengatakan terbuka untuk pembicaraan dengan Kiev tetapi hanya jika Ukraina mengakui kenyataan di lapangan, termasuk status baru wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye sebagai bagian dari Rusia.
Jika Ukraina tidak mengakuinya, Kremlin telah menyatakan, Rusia akan menyelesaikan konflik dengan cara militer.
(sya)