3 Negara Diinvasi AS karena Minyak, Nomor Terakhir Jadi Perang Paling Lama dalam Sejarah

Senin, 08 Mei 2023 - 14:04 WIB
loading...
A A A
AS memiliki keterlibatan langsung dalam perang sipil di Suriah sejak 2014. Mereka membantu pemberontak Suriah dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dalam perang sipil tersebut. Dalih AS untuk menyerang Suriah karena alasan untuk menghancurkan ISIS dan Al-Qaeda hanya alasan yang dikemukakan ke publik, tetapi faktor perebutan ladang minyak juga menjadi motivasi utamanya.

Seperti diungkapkan mantan Presiden AS Donald Trump pada November 2019 bahwa pasukan AS harus mengamankan ladang minyak di Suriah Timur. "Pasukan AS yang bertahan di Suriah hanya untuk minyak. AS menginginkan minyak," ungkap Trump saat itu. Berbagai kontrak eksplorasi minyak juga jatuh ke perusahaan AS. Misalnya pada Juli 2020, Pemerintahan Otonomi Suriah Timur dan Utara sepakat menandatangani kontrak kepada perusahaan AS Delta Crescent Energy untuk memproduksi minyak di kawasan tersebut.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Lakukan Pertukaran Tahanan, 45 Serdadu Dibarter 3 Pilot

Afghanistan

AS melancarkan invasi ke Afghanistan pada 2001 hingga 2021. Itu menjadi perang terlama dalam sejarah AS. Invasi itu memiliki motif terkait serangan 11 September 2001 yang menghancurkan gedung kembar WTC di New York. Namun, banyak pihak memperkirakan invasi AS terhadap Afghanistan juga dilatarbelakangi faktor perebutan ladang minyak.

V.K. Shashikumar, analis perang, mengungkapkan laporan intelijen menunjukkan perang Afghan dipicu oleh minyak, bukan terorisme. Kemudian, dalam buku berjudul "Bin Laden, La Verite Interdite" (Bin Laden, the Forbidden Truth), mengutip pernyataan mantan Deputi Direktur FBI John O'Neil yang mengatakan perang Afghanistan dipengaruhi oleh perusahaan minyak. "Perang Afghan mengandung kepentingan korporasi minyak AS dan peranan yang dimainkan Saudi," kata O'Neill seperti diungkapkan dalam buku tersebut. Dengan menginvasi Afghan, maka AS bisa mengakses cadangan minyak dan gas sebanyak 200 miliar barel.
(wyn)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1305 seconds (0.1#10.140)