Banjir Dahsyat Terjang Kongo, Lebih dari 200 Tewas
loading...
A
A
A
KALEHE - Jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Kongo timur telah meningkat menjadi lebih dari 200 orang. Hingga Minggu (7/5/2023), sejumlah orang masih dilaporkan hilang.
Thomas Bakenge, administrator Kalehe, wilayah yang paling terpukul, mengatakan kepada wartawan di tempat kejadian, sejauh ini 203 mayat telah ditemukan. “Tetapi, upaya untuk menemukan yang lain terus berlanjut,” kata Bakenge, seperti dikutip dari AP.
Di desa Nyamukubi, di mana ratusan rumah hanyut, petugas penyelamat dan penyintas menggali reruntuhan untuk mencari lebih banyak mayat di lumpur. Penduduk desa menangis ketika mereka berkumpul di sekitar beberapa mayat yang ditemukan sejauh ini.
Korban yang selamat, Anuarite Zikujuwa, mengaku telah kehilangan seluruh keluarganya, termasuk mertuanya, serta banyak tetangganya. “Seluruh desa telah berubah menjadi gurun. Hanya ada batu yang tersisa dan kami bahkan tidak tahu di mana tanah kami dulu,” katanya.
Michake Ntamana, seorang petugas penyelamat yang membantu mencari dan menguburkan korban tewas, mengatakan, penduduk desa berusaha mengidentifikasi dan mengumpulkan jenazah orang-orang tercinta yang ditemukan sejauh ini.
Dia mengatakan beberapa mayat yang tersapu dari desa-desa yang lebih tinggi di bukit-bukit dikuburkan hanya dengan daun-daun dari pohon. “Sungguh menyedihkan karena kami tidak punya apa-apa lagi di sini,” katanya.
Pihak berwenang telah melaporkan puluhan orang terluka. Seorang korban selamat mengatakan kepada AP bahwa banjir bandang datang begitu cepat sehingga mengejutkan semua orang.
Gubernur Kivu Selatan, Théo Ngwabidje mengunjungi daerah itu untuk melihat kehancurannya. Dia memposting di akun Twitternya bahwa pemerintah provinsi telah mengirimkan pasokan medis, tempat tinggal, dan makanan.
Thomas Bakenge, administrator Kalehe, wilayah yang paling terpukul, mengatakan kepada wartawan di tempat kejadian, sejauh ini 203 mayat telah ditemukan. “Tetapi, upaya untuk menemukan yang lain terus berlanjut,” kata Bakenge, seperti dikutip dari AP.
Di desa Nyamukubi, di mana ratusan rumah hanyut, petugas penyelamat dan penyintas menggali reruntuhan untuk mencari lebih banyak mayat di lumpur. Penduduk desa menangis ketika mereka berkumpul di sekitar beberapa mayat yang ditemukan sejauh ini.
Korban yang selamat, Anuarite Zikujuwa, mengaku telah kehilangan seluruh keluarganya, termasuk mertuanya, serta banyak tetangganya. “Seluruh desa telah berubah menjadi gurun. Hanya ada batu yang tersisa dan kami bahkan tidak tahu di mana tanah kami dulu,” katanya.
Michake Ntamana, seorang petugas penyelamat yang membantu mencari dan menguburkan korban tewas, mengatakan, penduduk desa berusaha mengidentifikasi dan mengumpulkan jenazah orang-orang tercinta yang ditemukan sejauh ini.
Dia mengatakan beberapa mayat yang tersapu dari desa-desa yang lebih tinggi di bukit-bukit dikuburkan hanya dengan daun-daun dari pohon. “Sungguh menyedihkan karena kami tidak punya apa-apa lagi di sini,” katanya.
Pihak berwenang telah melaporkan puluhan orang terluka. Seorang korban selamat mengatakan kepada AP bahwa banjir bandang datang begitu cepat sehingga mengejutkan semua orang.
Gubernur Kivu Selatan, Théo Ngwabidje mengunjungi daerah itu untuk melihat kehancurannya. Dia memposting di akun Twitternya bahwa pemerintah provinsi telah mengirimkan pasokan medis, tempat tinggal, dan makanan.