Balas Serangan Drone ke Kremlin, Eks Presiden Rusia: Zelensky Harus Dibunuh

Jum'at, 05 Mei 2023 - 07:10 WIB
loading...
Balas Serangan Drone ke Kremlin, Eks Presiden Rusia: Zelensky Harus Dibunuh
Mantan presiden Rusia serukan Zelensky harus dibunuh sebagai balasan atas serangan drone ke Kremlin. Foto/NDTV
A A A
MOSKOW - Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, Moskow tidak punya pilihan selain melenyapkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ia menuduh Kiev telah meluncurkan "serangan teroris" di Kremlin.

Medvedev, sekarang Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, membuat pernyataan di saluran Telegramnya, di mana dia secara teratur mengeluarkan ancaman nuklir terhadap Ukraina.

Postingannya muncul tak lama setelah Moskow menuduh Ukraina berusaha membunuh Vladimir Putin dengan dua drone, yang menghantam kediaman presiden Rusia di Kremlin pada Rabu lalu.

"Setelah serangan teroris hari ini, tidak ada pilihan selain pemusnahan fisik Zelensky dan komplotannya," kata Medvedev seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (5/5/2023).

Medvedev juga mengatakan Zelensky tidak perlu menandatangani instrumen penyerahan tanpa syarat.

"Hitler, seperti diketahui, juga tidak menandatanganinya. Akan selalu ada penggantinya," tulisnya.

Sebelumnya, layanan pers Kremlin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua drone Ukraina telah menghantam Kremlin setelah dihancurkan oleh sistem peperangan elektronik.

Pernyataan itu menggambarkan insiden tersebut sebagai tindakan teroris yang direncanakan dan upaya pembunuhan Putin, sementara anggota parlemen Rusia, Mikhail Sheremet, menyerukan serangan rudal terhadap kediaman Zelensky di Kiev sebagai balasan.



Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Putin tidak berada di Kremlin saat kejadian.

Zelensky sendiri membantah keterlibatan pemerintah Ukraina, mengatakan pada konferensi pers bahwa pasukannya sibuk membela desa dan kota mereka.

"Kami bahkan tidak memiliki cukup senjata untuk ini," ujarnya.



Sekretaris persnya, Serhiy Nikiforov, juga membantah bahwa Ukraina telah melancarkan serangan ke Kremlin, mengatakan kepada wartawan bahwa Ukraina tidak menyerang wilayah asing.

"Kami tidak memiliki informasi tentang apa yang disebut serangan malam di Kremlin," kata Nikiforov.

"Presiden Zelensky telah berulang kali menyatakan: Ukraina mengarahkan semua kekuatan dan sarana yang tersedia untuk membebaskan wilayahnya sendiri dan tidak menyerang orang lain," tegasnya.

Sebuah video insiden tersebut, diposting oleh warga Moskow di Telegram, menunjukkan apa yang tampak seperti drone mendekati Kremlin sebelum terjadi ledakan. Klip lain menunjukkan asap naik ke langit.



Masih belum jelas jenis drone apa yang diluncurkan dan siapa yang meluncurkannya.

Institute for the Study of War, sebuah think tank yang berbasis di Washington, mengatakan serangan itu kemungkinan dilakukan oleh Kremlin untuk membenarkan upaya di masa depan untuk memobilisasi pasukan untuk perang.

Pengamat militer lainnya percaya tindakan seperti itu akan terlalu memalukan bagi Putin.

"Serangan pesawat tak berawak di Kremlin, gambar yang menyertainya, adalah penghinaan publik besar-besaran bagi Putin dan tentara Rusia," tweet ekonom politik Konstantin Sonin.

"Saya memahami logika argumen bendera palsu, tetapi masalah lainnya adalah bahwa Putin memiliki sangat sedikit pilihan untuk melakukan eskalasi. Mereka tidak dapat mengebom Ukraina secara lebih masif - mereka melakukan ini selama 14 bulan dengan kapasitas penuh. Mereka tidak dapat melakukan lebih banyak serangan di 'pusat di mana keputusan dibuat.' Mereka telah mencoba membunuh Zelensky selama 14 bulan," katanya.

"Satu-satunya pilihan eskalasi nyata adalah serangan nuklir di Kyiv atau kota besar Ukraina lainnya. Namun keputusan tingkat kegilaan itu tidak bergantung pada operasi bendera palsu," Sonin menambahkan.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1377 seconds (0.1#10.140)