Duh, Senjata Italia yang Dipasok ke Ukraina Dilaporkan Tidak Siap Tempur
loading...
A
A
A
KIEV - Financial Times melaporkan beberapa perangkat keras militer yang diberikan Italia kepada Ukraina pada awal tahun ini dikirim dalam kondisi tidak siap tempur.
Mengutip seorang penasihat untuk Kementerian Pertahanan Ukraina yang tidak ingin identitasnya diketahui, surat kabar itu melaporkan bahwa tidak satu pun dari 20 howitzer self-propelled yang disediakan Roma untuk Kiev bisa segera digunakan.
Outlet tersebut juga mencatat bahwa upaya Kiev untuk membujuk AS memasoknya dengan rudal jarak jauh dan jet tempur F-16 sejauh ini sia-sia.
Menurut laporan itu, jika serangan balik Ukraina gagal memenuhi harapan Barat, kritik di AS dan di tempat lain akan mempertanyakan kelayakan dukungan militer lebih lanjut.
"Pemerintah Barat pada akhirnya dapat memutuskan untuk memaksa Kiev menerima penyelesaian yang dirundingkan," lapor Financial Times yang dikutip dari Russia Today, Minggu (30/4/2023).
Surat kabar itu menyimpulkan bahwa mengamankan keuntungan teritorial besar melawan pasukan Rusia kemungkinan besar akan menjadi tugas berat bagi Kiev.
Pada hari Rabu, pembantu senior Presiden Zelensky, Mikhail Podoliak, bersikeras bahwa Ukraina masih membutuhkan lebih banyak persenjataan dan peralatan. Ini bertentangan dengan komandan AS untuk pasukan NATO di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, yang di depan Komite Angkatan Bersenjata DPR AS mengklaim bahwa para pendukung Kiev telah mengirimkan 98% unit kendaraan tempur yang dijanjikan ke Ukraina.
Pekan lalu, majalah Foreign Policy melaporkan bahwa tank Leopard buatan Jerman yang diberikan ke Ukraina oleh delapan negara kemungkinan akan menimbulkan tantangan logistik bagi militer Kiev. Perangkat keras itu dilaporkan menggunakan berbagai amunisi yang berbeda, yang berarti Ukraina tidak akan dapat membeli amunisi dalam jumlah besar.
Sementara Tank Abrams yang dijanjikan Washington untuk diberikan kepada Kiev awal tahun ini kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk benar-benar tiba di medan perang.
Mengutip seorang penasihat untuk Kementerian Pertahanan Ukraina yang tidak ingin identitasnya diketahui, surat kabar itu melaporkan bahwa tidak satu pun dari 20 howitzer self-propelled yang disediakan Roma untuk Kiev bisa segera digunakan.
Outlet tersebut juga mencatat bahwa upaya Kiev untuk membujuk AS memasoknya dengan rudal jarak jauh dan jet tempur F-16 sejauh ini sia-sia.
Menurut laporan itu, jika serangan balik Ukraina gagal memenuhi harapan Barat, kritik di AS dan di tempat lain akan mempertanyakan kelayakan dukungan militer lebih lanjut.
"Pemerintah Barat pada akhirnya dapat memutuskan untuk memaksa Kiev menerima penyelesaian yang dirundingkan," lapor Financial Times yang dikutip dari Russia Today, Minggu (30/4/2023).
Surat kabar itu menyimpulkan bahwa mengamankan keuntungan teritorial besar melawan pasukan Rusia kemungkinan besar akan menjadi tugas berat bagi Kiev.
Pada hari Rabu, pembantu senior Presiden Zelensky, Mikhail Podoliak, bersikeras bahwa Ukraina masih membutuhkan lebih banyak persenjataan dan peralatan. Ini bertentangan dengan komandan AS untuk pasukan NATO di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, yang di depan Komite Angkatan Bersenjata DPR AS mengklaim bahwa para pendukung Kiev telah mengirimkan 98% unit kendaraan tempur yang dijanjikan ke Ukraina.
Pekan lalu, majalah Foreign Policy melaporkan bahwa tank Leopard buatan Jerman yang diberikan ke Ukraina oleh delapan negara kemungkinan akan menimbulkan tantangan logistik bagi militer Kiev. Perangkat keras itu dilaporkan menggunakan berbagai amunisi yang berbeda, yang berarti Ukraina tidak akan dapat membeli amunisi dalam jumlah besar.
Sementara Tank Abrams yang dijanjikan Washington untuk diberikan kepada Kiev awal tahun ini kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk benar-benar tiba di medan perang.
(ian)