UEA Berambisi Bangun Koloni di Mars Pada Tahun 2117
loading...
A
A
A
Menariknya, para ilmuwan berharap dengan data ini mereka bisa mendapatkan jawaban atas misteri yang sejauh ini belum terpecahkan: mengapa air di permukaan Mars raib dan sekarang menjadi hamparan tandus. Hope juga akan dijadikan inspirasi agar anak-anak muda di UAE dan di kawasan Arab tertarik mempelajari sains di sekolah serta perguruan tinggi.
Hope adalah satu dari tiga misi ke Mars yang diluncurkan bulan ini. Amerika Serikat dan China akan mengirim wahana peneliti yang akan menjelajah permukaan planet itu. Persiapan misi sudah memasuki tahap akhir.
Probe juga menjadi salah satu indikator ambisi UAE untuk tidak lagi tergantung dengan minyak dan gas. Di masa depan, mereka ingin mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan. Hanya saja, sebenarnya misi ke Mars bukan hal mudah. (Baca juga: Gelontorkan Rp695,2 Triliun, Jokowi Ingin Penanganan Corona Dieksekusi Cepat)
“Setengah dari proyek ke planet Merah ini berakhir dengan kegagalan,” ungkap Direktur Proyek Hope, Omran Sharif. “Ini adalah misi riset dan tentu saja ada risiko kegagalan,” kata Sharif. Namun demikian, menurut Sharif, kegagalan tak boleh mengganggu kemajuan. Terpenting adalah kapasitas dan kemampuan yang didapat dari UEA dari misi ini; pengetahuan yang bisa diperolah dari program ini.
Pemerintah UEA mengatakan mereka tak bisa membeli wahana antariksa dari perusahaan asing dan karenanya harus membuat sendiri. Itu berarti UEA harus menggandeng beberapa universitas di Amerika yang punya pengalaman mendesain dan membuat satelit. Tim dari UEA dan Amerika inilah merancang Hope, termasuk membuat tiga instrumen yang di wahana tersebut akan mempelajari atmosfer Mars. (Lihat videonya: Diduga untuk Ilmu Hitam, 2 Jenazah di TPU Karang Bahagia Bekasi Dicuri)
Tugas dibagi menjadi dua, sebagian dikerjakan di Laboratorium Atmosferik dan Fisika Ruang Angkasa (LASP) Universitas Colorado serta sebagian lagi di Pusat Ruang Angkasa Mohammed Bin Rashid (MBRSC) di Dubai. Peneliti LASP, Brett Landin, meyakini ke depan UEA bisa menjalankan misi ke ruang angkasa tanpa bantuan negara lain berkat pengalaman dari misi Hope. “Ibarat belajar naik sepeda, seseorang tak bisa memahami cara naik sepeda sampai ia belajar secara langsung dan kemudian menguasai teknik naik sepeda,” ujarnya.
Prinsip yang sama berlaku untuk membuat wahana antariksa. “Para pakar dan teknisi UEA memiliki pengalaman dan pengetahuan. Mereka sudah tahu caranya bila ingin membuat wahana antariksa di masa depan,” kata Landin. (Andika H Mustaqim)
Hope adalah satu dari tiga misi ke Mars yang diluncurkan bulan ini. Amerika Serikat dan China akan mengirim wahana peneliti yang akan menjelajah permukaan planet itu. Persiapan misi sudah memasuki tahap akhir.
Probe juga menjadi salah satu indikator ambisi UAE untuk tidak lagi tergantung dengan minyak dan gas. Di masa depan, mereka ingin mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan. Hanya saja, sebenarnya misi ke Mars bukan hal mudah. (Baca juga: Gelontorkan Rp695,2 Triliun, Jokowi Ingin Penanganan Corona Dieksekusi Cepat)
“Setengah dari proyek ke planet Merah ini berakhir dengan kegagalan,” ungkap Direktur Proyek Hope, Omran Sharif. “Ini adalah misi riset dan tentu saja ada risiko kegagalan,” kata Sharif. Namun demikian, menurut Sharif, kegagalan tak boleh mengganggu kemajuan. Terpenting adalah kapasitas dan kemampuan yang didapat dari UEA dari misi ini; pengetahuan yang bisa diperolah dari program ini.
Pemerintah UEA mengatakan mereka tak bisa membeli wahana antariksa dari perusahaan asing dan karenanya harus membuat sendiri. Itu berarti UEA harus menggandeng beberapa universitas di Amerika yang punya pengalaman mendesain dan membuat satelit. Tim dari UEA dan Amerika inilah merancang Hope, termasuk membuat tiga instrumen yang di wahana tersebut akan mempelajari atmosfer Mars. (Lihat videonya: Diduga untuk Ilmu Hitam, 2 Jenazah di TPU Karang Bahagia Bekasi Dicuri)
Tugas dibagi menjadi dua, sebagian dikerjakan di Laboratorium Atmosferik dan Fisika Ruang Angkasa (LASP) Universitas Colorado serta sebagian lagi di Pusat Ruang Angkasa Mohammed Bin Rashid (MBRSC) di Dubai. Peneliti LASP, Brett Landin, meyakini ke depan UEA bisa menjalankan misi ke ruang angkasa tanpa bantuan negara lain berkat pengalaman dari misi Hope. “Ibarat belajar naik sepeda, seseorang tak bisa memahami cara naik sepeda sampai ia belajar secara langsung dan kemudian menguasai teknik naik sepeda,” ujarnya.
Prinsip yang sama berlaku untuk membuat wahana antariksa. “Para pakar dan teknisi UEA memiliki pengalaman dan pengetahuan. Mereka sudah tahu caranya bila ingin membuat wahana antariksa di masa depan,” kata Landin. (Andika H Mustaqim)
(ysw)