Presiden Vucic: AS Beli Sepertiga Senjata Serbia yang Bisa Berakhir di Ukraina
loading...
A
A
A
BEOGRAD - Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan pada Kamis (20/4/2023) bahwa Amerika Serikat (AS) membeli antara seperempat dan sepertiga dari produk industri pertahanan Serbia yang mungkin berakhir di Ukraina.
Media AS melaporkan pada pertengahan April, mengutip dokumen Pentagon yang bocor, bahwa otoritas Serbia telah mengirim senjata ke Ukraina dan siap untuk mentransfer lebih banyak lagi.
Belakangan, dalam percakapan dengan Sputnik, Menteri Pertahanan Serbia Milos Vucevic menyebut laporan semacam itu tidak benar.
Vucic mengatakan pada 13 April bahwa Serbia belum dan tidak akan memasok senjata dan amunisi ke Ukraina.
Dia menambahkan, Beograd mengekspor produk pertahanan hanya untuk pengguna akhir resmi.
"Kami memproduksi amunisi, kami menjualnya ketika Spanyol, misalnya, memintanya. Dan apa yang harus kami lakukan, kami jual. Mungkinkah berakhir di Ukraina? Bisa. Apakah kami tahu bahwa itu bisa berakhir di sana, kami tahu, tapi pilihan apa yang kita punya?" ungkap Vucic dalam penampilan televisi di penyiar Serbia TV Prva.
"Haruskah kita melanggar kontrak jangka panjang dengan Amerika, yang membeli sepertiga, seperempat dari amunisi, apa yang kalian bicarakan, apa yang kalian inginkan, untuk menutup pabrik?" ujar dia.
Presiden mencatat tentara Serbia akan membeli semua senjata dan amunisi yang diproduksi di Serbia dalam tiga tahun ke depan "sehingga tidak ada yang dapat memberi tahu kami bahwa senjata kami akan dikirim ke sana (ke daerah konflik)."
Vucic juga mengatakan Barat mendesak Beograd untuk bergabung dengan NATO, menjadikan Rusia sebagai ancaman, tetapi aliansi itu sendiri merupakan ancaman bagi Serbia.
"Mereka menyuruh kami bergabung dengan NATO karena Rusia akan membahayakan semua orang. Kami tidak dapat bergabung dengan NATO karena NATO telah menjadi ancaman bagi kami," ujar presiden.
Beograd telah berulang kali membantah informasi tentang penjualan senjata Serbia ke Kiev sambil menekankan komitmennya terhadap netralitas militer.
“Beograd secara ketat mematuhi kepatuhan terhadap tindakan hukum domestik dan internasional dan juga menghindari pasokan senjata ke negara mana pun jika pecah atau berlanjutnya konflik bersenjata mungkin terjadi di sana dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan tercipta,” ungkap Kementerian Luar Negeri Serbia mengatakan pada 12 April.
Pemerintah Serbia menambahkan, ekspor ulang senjata Serbia tanpa izin Beograd dilarang.
Media AS melaporkan pada pertengahan April, mengutip dokumen Pentagon yang bocor, bahwa otoritas Serbia telah mengirim senjata ke Ukraina dan siap untuk mentransfer lebih banyak lagi.
Belakangan, dalam percakapan dengan Sputnik, Menteri Pertahanan Serbia Milos Vucevic menyebut laporan semacam itu tidak benar.
Vucic mengatakan pada 13 April bahwa Serbia belum dan tidak akan memasok senjata dan amunisi ke Ukraina.
Dia menambahkan, Beograd mengekspor produk pertahanan hanya untuk pengguna akhir resmi.
"Kami memproduksi amunisi, kami menjualnya ketika Spanyol, misalnya, memintanya. Dan apa yang harus kami lakukan, kami jual. Mungkinkah berakhir di Ukraina? Bisa. Apakah kami tahu bahwa itu bisa berakhir di sana, kami tahu, tapi pilihan apa yang kita punya?" ungkap Vucic dalam penampilan televisi di penyiar Serbia TV Prva.
"Haruskah kita melanggar kontrak jangka panjang dengan Amerika, yang membeli sepertiga, seperempat dari amunisi, apa yang kalian bicarakan, apa yang kalian inginkan, untuk menutup pabrik?" ujar dia.
Presiden mencatat tentara Serbia akan membeli semua senjata dan amunisi yang diproduksi di Serbia dalam tiga tahun ke depan "sehingga tidak ada yang dapat memberi tahu kami bahwa senjata kami akan dikirim ke sana (ke daerah konflik)."
Vucic juga mengatakan Barat mendesak Beograd untuk bergabung dengan NATO, menjadikan Rusia sebagai ancaman, tetapi aliansi itu sendiri merupakan ancaman bagi Serbia.
"Mereka menyuruh kami bergabung dengan NATO karena Rusia akan membahayakan semua orang. Kami tidak dapat bergabung dengan NATO karena NATO telah menjadi ancaman bagi kami," ujar presiden.
Beograd telah berulang kali membantah informasi tentang penjualan senjata Serbia ke Kiev sambil menekankan komitmennya terhadap netralitas militer.
“Beograd secara ketat mematuhi kepatuhan terhadap tindakan hukum domestik dan internasional dan juga menghindari pasokan senjata ke negara mana pun jika pecah atau berlanjutnya konflik bersenjata mungkin terjadi di sana dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan tercipta,” ungkap Kementerian Luar Negeri Serbia mengatakan pada 12 April.
Pemerintah Serbia menambahkan, ekspor ulang senjata Serbia tanpa izin Beograd dilarang.
(sya)