China Simulasikan Serangan ke Taiwan dari Kapal Induk

Senin, 10 April 2023 - 12:53 WIB
loading...
China Simulasikan Serangan...
China simulasikan serangan terhadap Taiwan dari kapal induk. Foto/via Global Times
A A A
TAIPEI - Militer China sedang mempraktikkan serangan terhadap Taiwan dari arah timur yang diluncurkan dari kapal induk, Senin (10/4/2023).

Itu disampaikan Kementerian Pertahanan Taiwan dalam keterangan tertulisnya. Simulasi serangan China ini berlangsung ketika latihan militer di dekat pulau yang memerintah sendiri itu memasuki hari ketiga.

Kementerian itu tidak memberikan posisi kapal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China yang terdeteksi, tetapi peta pendeteksian pesawat PLA pada Sabtu pekan lalu menunjukkan empat jet tempur J-15 diluncurkan dari timur Taiwan, di Pasifik barat.

Jet-jet tempur J-15 belum pernah terlihat di dalam zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan sebelumnya, dan diketahui diluncurkan dari dua kapal induk PLA, termasuk Shandong yang telah dilacak oleh Taiwan dan Jepang berlayar melewati Taiwan ke perairan selatan dan timurnya akhir pekan lalu.



Pada hari Senin Jepang mengonfirmasi militernya telah merespons latihan militer China, mengirim jet-jet tempur sebagai tanggapan atas peluncuran pesawat tempur PLA.

Pada hari Sabtu, Beijing meluncurkan latihan militer tiga hari yang menargetkan Taiwan sebagai tanggapan atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan ketua DPR AS Kevin McCarthy di Los Angeles pada pekan lalu.

Latihan itu tidak sesuai dengan skala yang diluncurkan sebagai pembalasan atas kunjungan pendahulu McCarthy, Nancy Pelosi, ke Taipei—yang mencakup peluncuran rudal.

Kendati demikian, menurut pengamat, manuver kali ini menunjukkan peningkatan dalam pelatihan militer China untuk menyerang Taiwan.

Dalam 24 jam hingga pukul 06.00 pagi hari Senin, Kementerian Pertahanan Taiwan mendeteksi 70 pesawat PLA dan 11 kapal di dalam ADIZ-nya.

ADIZ adalah area besar yang dipantau untuk tujuan pertahanan, dan aset PLA tidak memasuki wilayah Taiwan yang berdaulat.

Namun Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan 35 pesawat telah melintasi garis median—perbatasan de facto di perairan internasional Selat Taiwan.

"Peluncuran J-15 menunjukkan bahwa PLA melatih serangan ke Taiwan dari postur gaya pengepungan," kata analis pertahanan independen Ben Lewis mengatakan kepada The Guardian.

“Saya melihat ini sebagai peningkatan bagaimana PLA beroperasi di sekitar Taiwan, sepengetahuan kami hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Kedua, kegiatan ini memberi pilot [jet tempur di] kapal induk China kesempatan untuk mempraktikkan operasi semacam ini di area di mana mereka dapat mengeksekusinya selama konflik yang sebenarnya," paparnya.



PLA juga mengeklaim telah mensimulasikan serangan rudal presisi bersama pada "target utama" di Taiwan, menurut media pemerintah dan animasi yang di-posting online oleh Komando Teater Timur PLA.

Komando itu menggambarkannya sebagai serangan di Taipei dan Kaohsiung dari pangkalan rudal di daratan China.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengulangi bahwa pihaknya beroperasi di bawah prinsip "tidak meningkatkan konflik dan tidak menyebabkan perselisihan", tetapi telah melakukan latihan tanggapan termasuk pengerahan kendaraan rudal anti-kapal berbasis pantai dan pengerahan speedboat rudal.

Peluncuran J-15 juga memicu tanggapan militer dari Jepang. Pada hari Senin, kementerian pertahanannya mengonfirmasi telah melakukan pengerahan jet setelah merekam lepas landas dan pendaratan oleh sekitar 80 jet tempur dan 40 helikopter dari kapal induk Shandong.

Kementerian Pertahanan Jepang juga menyediakan peta pelacakan Shandong dan empat kapal lain, mengungkapkan bahwa kapal-kapal itu bergerak lebih dekat ke pantai timur Taiwan antara Jumat hingga Minggu.

Berbicara setelah pejabat China dan Jepang bertemu untuk diskusi rutin tentang sengketa maritim, kepala sekretaris kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan kepada wartawan bahwa Jepang mengawasi latihan militer China dengan cermat.

“Pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan tidak hanya penting bagi keamanan Jepang, tetapi juga bagi stabilitas masyarakat internasional secara keseluruhan,” ujarnya.

Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang mengawasi perkembangan dengan cermat. Pada hari Senin, Angkatan Laut AS mengonfirmasi telah melakukan latihan kebebasan navigasi di Laut China Selatan, dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan.

AS melakukan misi semacam itu secara semi-reguler, untuk menantang klaim berbagai negara atas perairan internasional, yang secara konsisten menuai tanggapan marah dari China.

Beberapa waktu kemudian, Beijing menuduh AS telah "menyusup secara ilegal".
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1229 seconds (0.1#10.140)