Janji Selidiki COVID-19, Trump: Kami Tak Senang dengan China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald John Trump berjanji bahwa Amerika Serikat akan melakukan penyelidikan serius tentang munculnya coronavirus disease 2019 atau COVID-19. Dia juga terang-terangan mengaku tidak senang dengan China yang dia nilai seharusnya bisa menghentikan virus corona baru itu menjadi pandemi.
Ketidaksenangannya terhadap China disampaikan ketika angka kasus infeksi dan kematian di AS terus melonjak akibat pandemi COVID-19. Dia sendiri memproyeksikan jumlah kematian di Amerika bisa mencapai 70.000 jiwa.
Data worldometers yang dikutip SINDOnews.com pada Selasa (28/4/2020) pukul 08.50 WIB, AS memiliki 1.010.604 kasus infeksi COVID-19 dengan 56.821 kematian dan sebanyak 139.418 pasien berhasil disembuhkan.
"Kami sedang melakukan penyelidikan yang sangat serius...Kami tidak senang dengan China," kata Trump saat konferensi pers Gedung Putih, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (28/4/2020). "Ada banyak cara untuk membuat mereka bertanggung jawab."
"Kami percaya itu bisa dihentikan pada sumbernya. Itu bisa dihentikan dengan cepat, dan itu tidak akan menyebar ke seluruh dunia," lanjut Trump.
Kritik Trump adalah yang terbaru dari pemerintahannya yang menargetkan bagaimana China mengelola wabah virus corona baru. Virus itu pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China, pada Desember 2019 dan akhirnya tumbuh menjadi pandemi global.
Trump sebelumnya menyebut COVID-19 sebagai "virus China", yang memicu perang kata-kata dengan China, di mana Beijing menuduh militer AS yang membawa penyakit itu ke Wuhan.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Michael Richard Pompeo mengatakan AS sangat percaya bahwa Beijing gagal melaporkan wabah secara tepat waktu dan menutupi bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit pernapasan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan di media sosial pada hari Senin bahwa Pompeo harus berhenti bermain permainan politik. "Lebih baik menghemat energi untuk menyelamatkan nyawa," katanya.
Sebelumnya pada hari Senin, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro juga menuduh China mengirim test kit antibodi coronavirus yang berkualitas rendah dan bahkan palsu ke AS. Menurutnya, Beijing telah mengambil keuntungan dari pandemi COVID-19.
Navarro, seorang kritikus yang blakblakan tentang Beijing telah ditunjuk Trump untuk menangani masalah jalur pasokan yang berkaitan dengan krisis kesehatan. Dia mengatakan lebih banyak tes COVID-19 dan antibodi sangat penting untuk membuat orang Amerika yang saat ini dalam keadaan "terkunci" kembali bekerja.
"Di situlah, mungkin, kita dapat menemukan orang-orang yang kebal, yang dapat berada di tempat kerja di lingkungan yang lebih aman. Tetapi kita tidak dapat memiliki China, misalnya, membawa alat tes palsu, karena itu akan menjadi sangat mengganggu," kata Navarro dalam sebuah wawancara di jaringan stasiun televisi Fox News.
"Ada banyak tes antibodi yang datang dari China sekarang yang berkualitas rendah, pembacaan yang salah dan hal-hal seperti itu," katanya.
AS sendiri sangat bergantung pada China untuk memperoleh peralatan dasar dan obat-obatan.
Ketidaksenangannya terhadap China disampaikan ketika angka kasus infeksi dan kematian di AS terus melonjak akibat pandemi COVID-19. Dia sendiri memproyeksikan jumlah kematian di Amerika bisa mencapai 70.000 jiwa.
Data worldometers yang dikutip SINDOnews.com pada Selasa (28/4/2020) pukul 08.50 WIB, AS memiliki 1.010.604 kasus infeksi COVID-19 dengan 56.821 kematian dan sebanyak 139.418 pasien berhasil disembuhkan.
"Kami sedang melakukan penyelidikan yang sangat serius...Kami tidak senang dengan China," kata Trump saat konferensi pers Gedung Putih, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (28/4/2020). "Ada banyak cara untuk membuat mereka bertanggung jawab."
"Kami percaya itu bisa dihentikan pada sumbernya. Itu bisa dihentikan dengan cepat, dan itu tidak akan menyebar ke seluruh dunia," lanjut Trump.
Kritik Trump adalah yang terbaru dari pemerintahannya yang menargetkan bagaimana China mengelola wabah virus corona baru. Virus itu pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China, pada Desember 2019 dan akhirnya tumbuh menjadi pandemi global.
Trump sebelumnya menyebut COVID-19 sebagai "virus China", yang memicu perang kata-kata dengan China, di mana Beijing menuduh militer AS yang membawa penyakit itu ke Wuhan.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Michael Richard Pompeo mengatakan AS sangat percaya bahwa Beijing gagal melaporkan wabah secara tepat waktu dan menutupi bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit pernapasan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mengatakan di media sosial pada hari Senin bahwa Pompeo harus berhenti bermain permainan politik. "Lebih baik menghemat energi untuk menyelamatkan nyawa," katanya.
Sebelumnya pada hari Senin, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro juga menuduh China mengirim test kit antibodi coronavirus yang berkualitas rendah dan bahkan palsu ke AS. Menurutnya, Beijing telah mengambil keuntungan dari pandemi COVID-19.
Navarro, seorang kritikus yang blakblakan tentang Beijing telah ditunjuk Trump untuk menangani masalah jalur pasokan yang berkaitan dengan krisis kesehatan. Dia mengatakan lebih banyak tes COVID-19 dan antibodi sangat penting untuk membuat orang Amerika yang saat ini dalam keadaan "terkunci" kembali bekerja.
"Di situlah, mungkin, kita dapat menemukan orang-orang yang kebal, yang dapat berada di tempat kerja di lingkungan yang lebih aman. Tetapi kita tidak dapat memiliki China, misalnya, membawa alat tes palsu, karena itu akan menjadi sangat mengganggu," kata Navarro dalam sebuah wawancara di jaringan stasiun televisi Fox News.
"Ada banyak tes antibodi yang datang dari China sekarang yang berkualitas rendah, pembacaan yang salah dan hal-hal seperti itu," katanya.
AS sendiri sangat bergantung pada China untuk memperoleh peralatan dasar dan obat-obatan.
(min)