AS Bebas Kerahkan 100 Bom Nuklir ke 5 Negara Eropa, Mengapa Putin Diprotes?

Rabu, 29 Maret 2023 - 00:24 WIB
loading...
AS Bebas Kerahkan 100 Bom Nuklir ke 5 Negara Eropa, Mengapa Putin Diprotes?
Amerika Serikat telah mengerahkan sekitar 100 bom nuklir B61 ke lima negara Eropa selama beberapa dekade. Presiden Rusia Vladimir Putin ingin kerahkan senjata nuklir ke Belarusia diprotes. Foto/USAF
A A A
MOSKOW - Pengumuman Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia akan mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia diprotes Ukraina , Uni Eropa, Amerika Serikat (AS) dan NATO. Padahal Amerika telah leluasamengerahkan senjata serupa ke lima negara NATO di Eropa selama beberapa dekade.

Mengutip dari laporan Reuters, Selasa (28/3/2023), AS memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis, setengahnya berada di enam pangkalan di lima negara Eropa.

Bom nuklir B61 setinggi 12 kaki, dengan kekuatanantara 0,3 hingga 170 kiloton, dikerahkan Amerika ke enam pangkalan udara di Italia, Jerman, Turkiye, Belgia, dan Belanda.

Sekadar diketahui, bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Kota Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945 berkekuatan sekitar 15 kiloton.



Laporan lain dari surat kabar De Morgen, yang memperoleh draft dari anggota Parlemen Partai Hijau Belgia, Wouter De Vriendt, AS menyimpan sekitar 150 bom nuklir B61 di enam pangkalan militer di Eropa.

Lokasinya antara lain Kleine Brogel di Belgia, BĂĽchel di Jerman, Aviano dan Ghedi-Torre di Italia, Volkel di Belanda dan Incirlik di Turkiye.

Menurut laporan surat kabar tersebut, Pangkalan Udara Volkel menyimpan hingga 20 bom nuklir, sementara Pangkalan Udara Kleine Brogel dilaporkan menampung 10 hingga 20 bom serupa.

Italia, yang merupakan satu-satunya negara dalam daftar dengan dua pangkalan nuklir, diperkirakan menyimpan bom nuklir terbesar AS, yakni antara 60 hingga 70 unit.

Selanjutnya, Pangkalan Udara Incirlik di Turkiye selatan dilaporkan menyimpan 50 bom nuklir B61. Pangkalan Udara BĂĽchel di Jerman dilaporkan menjadi rumah untuk 20 bom nuklir.

Tindakan Amerika ini yang menjadi salah satu alasan Putin memutuskan untuk mengerahkan senjata nuklir taktis Rusia ke Belarusia.

"Kami melakukan apa yang telah mereka lakukan selama beberapa dekade, menempatkan mereka di negara sekutu tertentu, menyiapkan platform peluncuran dan melatih kru mereka. Kami akan melakukan hal yang sama," kata Putin.

“Tidak ada yang aneh,” ujar Putin. “Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade dengan menyimpan senjata nuklirnya sendiri di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Türkiye," paparnya.



Ukraina merespons keputusan Putin itu dengan mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB menggelar rapat darurat untuk mengambil sikap.

“Ukraina mengharapkan tindakan efektif untuk menangkal pemerasan nuklir Kremlin dari Inggris, China, Amerika Serikat, dan Prancis. Kami menuntut agar pertemuan luar biasa Dewan Keamanan PBB segera diadakan untuk tujuan ini,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina.

Uni Eropa murka dengan keputusan Putin tersebut. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengancam akan menjatuhkan sanksi baru kepada Belarusia jika tetap mengizinkan menjadi tuan rumah senjata nuklir Moskow.

Borrell mengatakan keputusan Putin untuk mentransfer senjata nuklir taktis ke negara sekutunya itu sebagai eskalasi yang tidak bertanggung jawab.

“Belarusia menjadi tuan rumah senjata nuklir Rusia berarti eskalasi yang tidak bertanggung jawab dan ancaman terhadap keamanan Eropa,” tulis Borrell di Twitter. "Belarusia masih bisa menghentikannya, itu adalah pilihan mereka,” lanjut dia.

NATO juga mengecam langkah Putin, menyebutnya sebagai retorika berbahaya dan tidak bertanggung jawab.

"NATO waspada, dan kami memantau situasi dengan cermat. Kami belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia yang akan membuat kami menyesuaikan diri," kata aliansi militer tersebut dalam sebuah pernyataan.

"Rujukan Rusia untuk pembagian nuklir NATO benar-benar menyesatkan. Sekutu NATO bertindak dengan penuh rasa hormat terhadap komitmen internasional mereka. Rusia telah secara konsisten melanggar komitmen kontrol senjatanya, yang terakhir menangguhkan keikutsertaannya dalam Perjanjian New START."
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1936 seconds (0.1#10.140)