Anggota NATO Harus Persenjatai Ukraina untuk Jangka Panjang

Kamis, 23 Maret 2023 - 18:58 WIB
loading...
Anggota NATO Harus Persenjatai...
Tentara Ukraina berada di garis depan pertempuran di dekat Bakhmut. Foto/REUTERS
A A A
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan para pendukung asing Ukraina harus siap mempertahankan dukungan militer mereka untuk waktu yang lama.

“Kebutuhan (akan senjata) akan terus ada, karena ini adalah perang gesekan; ini tentang kapasitas industri untuk mempertahankan dukungan,” ujar pejabat itu kepada surat kabar Guardian pada Rabu (22/3/2023).

Dia mencatat, pengeluaran amunisi Ukraina dalam konflik dengan Rusia telah melampaui kapasitas produksi negara-negara yang mempersenjatai Kiev.

Kepala NATO mendesak anggota blok yang dipimpin AS untuk meningkatkan pengeluaran militer mereka setidaknya ke tingkat target 2% PDB, untuk mempertahankan upaya perang.



Moskow, klaim Stoltenberg, juga kehabisan senjata, meskipun meningkatkan manufakturnya, dan sedang mencari senjata dari negara lain, termasuk Iran dan Korea Utara.

Klaim semacam itu telah berulang kali dibuat oleh pejabat Barat, juga dengan mengacu pada China.

Namun Rusia dan negara-negara tersebut semuanya telah menolak tuduhan memberikan pasokan semacam itu.



Stoltenberg juga mengkritik upaya Beijing menengahi konflik dan menengahi perjanjian damai. China, menurutnya, perlu “memahami perspektif Ukraina” dan “berhubungan langsung dengan Presiden (Volodymyr) Zelenskiy.”

Hubungan China-Ukraina dilaporkan mengalami pukulan serius setelah pemerintah Zelensky memblokir pembelian raksasa kedirgantaraan Ukraina Motor Sich oleh perusahaan China.

Kesepakatan itu secara efektif dihentikan pada Januari 2021, ketika Kiev memberlakukan sanksi terhadap pengusaha China di belakang mereka, yang melarang transfer aset.

Awal pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengeluarkan peringatan serupa tentang konflik Rusia-Ukraina, dengan mengatakan kekuatan Barat harus “mempersiapkan diri agar konflik itu bisa bertahan lama.”

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev juga mengatakan dia memperkirakan konflik yang berlarut-larut.

Membahas konfrontasi antara negara-negara Barat dan Rusia, dia mengatakan, "Tahun-tahun, bahkan dekade mendatang tidak akan tenang."

Tapi tidak seperti Stoltenberg, Medvedev menyalahkan negara-negara Barat atas permusuhan tersebut.

"Dunia Anglosaxon tidak dapat mentolerir Rusia yang berdaulat yang kebijakannya tidak dapat lagi dipengaruhi seperti pada tahun 1990-an,” ujar dia dalam wawancara yang dirilis pada Rabu.

Dia mengklaim tujuan Barat adalah memecah Rusia menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat didemiliterisasi dan dieksploitasi.

“Beberapa dari mereka bahkan dapat bergabung dengan NATO, terutama jika mereka setuju untuk berbagi kekayaan alam kita,” ujar Medvedev.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)