Xi Jinping Bertemu Putin, PM Jepang Bersua Zelensky

Selasa, 21 Maret 2023 - 22:54 WIB
loading...
Xi Jinping Bertemu Putin,...
PM Jepang Fumio Kishida mendadak mengunjungi Ukraina, sehari setelah Pemimpin Chin Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Foto/CNN
A A A
KIEV - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mendadak mengunjugi Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky . Kunjungan ini dilakukan sehari setelah pemimpin China Xi Jinping bertemu dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin di Moskow.

PM Jepang Kishida tiba di Kiev pada Selasa (21/3/2023) sore waktu setempat, dan juga melakukan perjalanan ke Bucha, kota di utara ibu kota Ukraina yang identik dengan kekejaman Rusia dan dugaan kejahatan perang.

Deputi Pertama Menteri Luar Negeri Ukraina, Emine Dzheppa, mengatakan negaranya dengan senang hati menyambut PM Jepang.

“Kunjungan bersejarah ini adalah tanda solidaritas dan kerja sama yang kuat antara Ukraina dan Jepang,” kicaunya di samping foto-foto kedatangan Kishida.

“Kami berterima kasih kepada Jepang atas dukungan dan kontribusinya yang kuat untuk kemenangan kami di masa depan,” tambah Dzheppa seperti dikutip dari CNN.

Dalam pernyataan yang dirilis, Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan kunjungan PM Jepang Fumio Kishida ke Ukraina atas undangan Zelensky, dan Kishida akan kembali ke Jepang pada Kamis mendatang.

Menurut pernyataan itu, PM Jepang Kishida akan secara langsung menyampaikan solidaritas dan dukungan tak tergoyahkan Jepang untuk Ukraina dan dengan tegas menolak agresi Rusia terhadap Ukraina.

Kantor berita Jepang, NHK melaporkan, Kishida menjadi perdana menteri Negeri Matahari Terbit pertama yangmengunjungi negara atau wilayah yang tengah berperang sejak Perang Dunia II. Itu juga akan menjadi kunjungan pertama ke Ukraina oleh anggota kelompok G7 dari Asia dan yang pertama oleh sekutu Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut.



Kunjungan ganda oleh Kishida dan Xi Jinping menggarisbawahi perpecahan yang mendalam di Asia timur terkait perang di Ukraina. Jepang menjanjikan bantuan besar untuk Kiev, sementara China tetap menjadi satu-satunya suara yang mendukung Putin yang semakin terisolasi – sekarang menjadi paria global dan tersangka penjahat perang.

Dalam menghadapi meningkatnya ketegasan dan jangkauan global China, Jepang dan AS telah bergerak lebih dekat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam kerja sama keamanan dan intelijen regional.

Jepang juga merupakan anggota QUAD, kelompok informal yang berfokus pada keamanan yang mencakup India, Australia, dan AS.

PM Jepang Fumio Kishida sebelumnya telah berbicara dengan keras menentang invasi Moskow ke tetangganya itu, dengan tahun lalu memperingatkan "Ukraina hari ini mungkin menjadi Asia Timur besok."

Bulan lalu, menjelang peringatan satu tahun invasi, Jepang menjanjikan bantuan kemanusiaan sebesar USD5,5 miliar atau sekitar Rp84,1 triliun ke Ukraina, empat kali lipat dari kontribusi Tokyo sebelumnya.

“Agresi Rusia terhadap Ukraina bukan hanya masalah Eropa, tetapi tantangan terhadap aturan dan prinsip seluruh komunitas internasional,” kata Kishida saat itu.

Dan selama kunjungannya ke New Delhi pada hari Senin, menurut Reuters, Kishida mengumumkan rencana baru untuk menginvestasikan USD75 miliar (Rp1.147 kuadriliun) di Indo-Pasifik yang secara luas dilihat sebagai upaya untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara di Asia Selatan dan Tenggara serta untuk melawan pengaruh China.

Kunjungan pemimpin Jepang ke Ukraina mengikuti kunjungan kenegaraan kontroversial Pemimpin China Xi Jinping ke Rusia, yang pertama sejak invasi dimulai, dengan hari pertama pembicaraan dimulai pada Senin.

Kunjungan Xi Jinping telah dibingkai Beijing sebagai proyek perdamaian – meskipun ada skeptisisme yang mendalam di Kiev dan Barat.



Bagi AS dan sebagian besar Eropa, kehadiran pemimpin China di Moskow dipandang sebagai dukungan kuat untuk Putin pada saat militernya kehabisan pasokan dan ekonomi Rusia sedang berjuang di bawah sanksi Barat.

Sepanjang invasi, China mendukung retorika Kremlin yang menyalahkan NATO atas konflik tersebut, menolak mengutuk invasi, dan terus mendukung Moskow secara finansial dengan meningkatkan pembelian bahan bakar Rusia secara signifikan.

India adalah satu-satunya negara Asia lainnya yang mengambil sikap serupa, menolak untuk secara resmi mengutuk invasi Rusia dan terus membeli minyak Rusia.

Modi mengatakan kepada Putin September lalu bahwa ini bukan waktunya untuk perang, dalam kritik yang jelas – meskipun India terus mempertahankan hubungan penting dengan Moskow.

Selama kunjungannya pada hari Senin, Jinping memuji Putin dan memanggilnya "sahabat". Mereka membahas perang Ukraina, dengan pertemuan lebih lanjut dijadwalkan pada hari Selasa.

The Wall Street Journal pekan lalu melaporkan bahwa Jinping berencana untuk berbicara dengan Zelensky setelah perjalanannya ke Moskow, mengutip “orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.”

Ini akan menjadi pertama kalinya kedua pemimpin berbicara sejak Rusia melancarkan invasi.

Pejabat Ukraina, China, dan AS semuanya menolak untuk mengonfirmasi potensi pertemuan virtual tersebut.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)