Rusia Ogah Perangnya di Ukraina Disamakan dengan Invasi AS ke Irak
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Rusia menolak perangnya di Ukraina disamakan dengan invasi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap Irak .
"Asal mula krisis ini benar-benar berbeda," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia kepada wartawan pada hari Senin atau pada peringatan 20 tahun perang Irak.
"Sementara [invasi ke] Irak adalah [karena] tipuan, ancaman Ukraina dan kemudian perang proksi Barat dengan Rusia adalah kenyataan," katanya.
Nebenzia mengatakan invasi ke Irak merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, tetapi perang di Ukraina tidak sama.
Namun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berulang kali mengatakan bahwa agresi Rusia di Ukraina merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
Tepat 20 tahun lalu, AS melangkahi PBB dan melakukan serangan udara pertamanya di Irak atas tuduhan dari pemerintah George Walker Bush bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
Tuduhan itu sepenuhnya palsu sebagai kesalahan intelijen Amerika.
Perang di Irak mengakibatkan kematian ratusan ribu orang dan gagal mengungkap senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan pemerintah Bush.
"Irak berubah menjadi sarang ketidakstabilan regional selama bertahun-tahun, yang kemudian melahirkan ISIS," kata Nebenzia.
"AS adalah bapak baptis ISIS, yang kemudian harus dilawannya," lanjut dia.
"Setelah 20 tahun, pelajaran dari agresi AS di Irak masih belum dipelajari. AS belum secara resmi meminta maaf atau mengakui konsekuensi yang menghancurkan dari agresi buatannya," katanya.
"Banyak dari mereka yang menghasut perang kemudian terus menghasut perang sekarang, mengadvokasi lebih banyak senjata untuk dikirim ke Ukraina untuk memicu perang proksi NATO dengan Rusia di Ukraina," imbuh diplomat Moskow tersebut, seperti dikutip Andolu Agency, Selasa (21/3/2023).
"Asal mula krisis ini benar-benar berbeda," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia kepada wartawan pada hari Senin atau pada peringatan 20 tahun perang Irak.
"Sementara [invasi ke] Irak adalah [karena] tipuan, ancaman Ukraina dan kemudian perang proksi Barat dengan Rusia adalah kenyataan," katanya.
Nebenzia mengatakan invasi ke Irak merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, tetapi perang di Ukraina tidak sama.
Namun, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berulang kali mengatakan bahwa agresi Rusia di Ukraina merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
Tepat 20 tahun lalu, AS melangkahi PBB dan melakukan serangan udara pertamanya di Irak atas tuduhan dari pemerintah George Walker Bush bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.
Tuduhan itu sepenuhnya palsu sebagai kesalahan intelijen Amerika.
Perang di Irak mengakibatkan kematian ratusan ribu orang dan gagal mengungkap senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan pemerintah Bush.
"Irak berubah menjadi sarang ketidakstabilan regional selama bertahun-tahun, yang kemudian melahirkan ISIS," kata Nebenzia.
"AS adalah bapak baptis ISIS, yang kemudian harus dilawannya," lanjut dia.
"Setelah 20 tahun, pelajaran dari agresi AS di Irak masih belum dipelajari. AS belum secara resmi meminta maaf atau mengakui konsekuensi yang menghancurkan dari agresi buatannya," katanya.
"Banyak dari mereka yang menghasut perang kemudian terus menghasut perang sekarang, mengadvokasi lebih banyak senjata untuk dikirim ke Ukraina untuk memicu perang proksi NATO dengan Rusia di Ukraina," imbuh diplomat Moskow tersebut, seperti dikutip Andolu Agency, Selasa (21/3/2023).
(min)