Ukraina Jadi Importir Senjata Terbesar Ketiga di Dunia

Senin, 13 Maret 2023 - 21:05 WIB
loading...
Ukraina Jadi Importir Senjata Terbesar Ketiga di Dunia
Tentara Ukraina mengikuti latihan militer untuk pelatihan tempur psikologis di lokasi yang dirahasiakan dekat perbatasan dengan Belarusia, di Ukraina, pada 11 Maret 2023. Foto/Violeta Santos Moura/REUTERS
A A A
STOCKHOLM - Negara-negara di Eropa telah meningkatkan impor senjata utama mereka secara tajam sebagai tanggapan atas ketegangan dengan Rusia.

Data tersebut diungkap think tank terkemuka Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).

Menurut SIPRI, Ukraina muncul sebagai importir senjata terbesar ketiga di dunia setelah invasi Moskow tahun lalu.

SIPRI dalam laporan baru pada Senin (13/3/2023) mengatakan negara-negara Eropa melawan tren global dan meningkatkan impor senjata utama mereka sebesar 47% dalam periode lima tahun antara 2018 dan 2022.



Negara-negara NATO di Eropa melihat peningkatan yang lebih besar, meningkatkan impor persenjataan utama mereka sebesar 65% pada periode yang sama.

Sebaliknya, tingkat transfer senjata global menurun sebesar 5,1%.

“Bahkan ketika transfer senjata telah menurun secara global, transfer ke Eropa telah meningkat tajam karena ketegangan antara Rusia dan sebagian besar negara Eropa lainnya,” ungkap Pieter D Wezeman, peneliti senior Program Transfer Senjata SIPRI.

“Menyusul invasi Rusia ke Ukraina, negara-negara Eropa ingin mengimpor lebih banyak senjata, lebih cepat,” papar dia.



Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Korea Selatan adalah pemasok terbesar ke negara-negara NATO di Eropa selama lima tahun terakhir.

AS, Polandia, Jerman, dan Inggris memasok senjata paling banyak ke Ukraina tahun lalu.

“Namun, banyak senjata yang dipasok ke Ukraina adalah barang bekas dari stok yang ada. Mereka termasuk sekitar 228 artileri dan sekitar 5.000 roket artileri berpemandu dari AS, 280 tank dari Polandia dan lebih dari 7.000 rudal anti-tank dari Inggris,” ungkap SIPRI.

“Perang di Ukraina juga berdampak terbatas pada total volume senjata dalam periode lima tahun terakhir,” ungkap laporan itu.

Sementara itu, meskipun tingkat ekspor senjata AS ke Ukraina mengalami peningkatan tajam, itu masih di bawah tingkat yang dikirim Washington ke empat negara lain tahun lalu yakni Kuwait, Arab Saudi, Qatar dan Jepang, menurut SIPRI.

“Ini karena pasokan AS ke Ukraina melibatkan peralatan militer yang relatif kurang canggih dan sebagian besar bekas, sementara empat negara lainnya menerima senjata baru yang canggih, seperti pesawat tempur dan sistem pertahanan udara,” ungkap lembaga think tank tersebut.

AS tetap menjadi pengekspor pertahanan terkemuka dunia, dan pangsa ekspor senjata globalnya naik menjadi 40% dari 33% dalam lima tahun terakhir.

Namun pangsa Rusia, pemasok terbesar kedua dunia, turun menjadi 16% dari 22%.

“Kemungkinan invasi ke Ukraina akan semakin membatasi ekspor senjata Rusia,” ujar Siemon T Wezeman, peneliti senior Program Transfer Senjata SIPRI.

Dia menambahkan, “Ini karena Rusia akan memprioritaskan pasokan angkatan bersenjatanya dan permintaan dari negara lain akan tetap rendah karena sanksi perdagangan terhadap Rusia dan meningkatnya tekanan dari AS dan sekutunya untuk tidak membeli senjata Rusia.”

“Misalnya, Mesir, salah satu pelanggan terbesar Rusia, membatalkan pesanan besar pesawat tempur pada 2022, mungkin karena tekanan AS,” ungkap SIPRI.

Ketika ekspor senjata Rusia menurun, Prancis, pemasok terbesar ketiga dunia, telah memperoleh bagian yang lebih besar dari perdagangan senjata global, menurut SIPRI.

Pangsa Prancis meningkat dari 7,1% menjadi 11% pada periode antara 2018 dan 2022, karena ekspor ke negara-negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah.

“Tren tersebut tampaknya akan berlanjut karena, pada akhir tahun 2022, Prancis memiliki pesanan ekspor senjata yang jauh lebih banyak daripada Rusia,” ungkap SIPRI.

Mirip dengan Eropa, Asia Timur, wilayah lain dengan ketegangan geopolitik yang tinggi, mengalami peningkatan tajam dalam impor senjata.

Peningkatan terbesar di kawasan ini dilakukan oleh sekutu AS, Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 61% dan 171%. Australia juga meningkatkan impornya sebesar 23%.

SIPRI menghubungkan peningkatan tersebut dengan “persepsi ancaman yang berkembang dari China dan Korea Utara”.

Lembaga itu menjelaskan, pemasok utama untuk ketiga negara tersebut adalah AS.

“Ketiganya memperoleh senjata jarak jauh, seperti pesawat tempur canggih dan rudal,” ungkap SIPRI.

Impor senjata China juga mengalami peningkatan 4,1%, dengan sebagian besar transfer berasal dari Rusia.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1787 seconds (0.1#10.140)