Tentara SAS Inggris Menyamar Dealer Senjata, Jelajah Dunia Cari Artileri untuk Ukraina
loading...
A
A
A
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini memohon pendukung Baratnya untuk menambahkan lebih banyak artileri, di atas permintaannya untuk jet tempur.
“Artileri adalah hal nomor satu yang kita butuhkan. Baik sistem maupun amunisi, peluru dalam jumlah besar,” ujar dia.
Jenderal Angkatan Darat AS Christopher Cavoli, komandan sekutu tertinggi NATO di Eropa, mengatakan tentara Ukraina menembakkan sekitar 100.000 peluru per bulan dibandingkan dengan 600.000 artileri dari pihak Rusia, saat pasukan Moskow mengepung kota utama Artemovsk (Bakhmut).
Misi terkenal itu mengikuti upaya yang gagal pada musim panas 2022 untuk membeli puluhan ribu butir amunisi 122 mm dari Pakistan, yang tetap netral dalam konflik antara Ukraina dengan sekutu NATO-nya dan Rusia.
Laporan itu mengklaim 40.000 peluru diterbangkan oleh pesawat angkut RAF dari Pangkalan Udara Nur Khan Pakistan ke Bandara Internasional Cluj Rumania untuk dikirim ke dealer senjata lokal yang bertindak sebagai perantara.
Namun, tidak satu pun dari pengiriman itu yang berhasil mencapai Ukraina. Desas-desus yang belum dikonfirmasi tentang masalah kontrol kualitas digantikan oleh penyangkalan Islamabad bulan lalu yang mengizinkan pengiriman amunisi ke zona konflik.
"Laporan tentang pasokan barang-barang pertahanan oleh Pakistan ke Ukraina tidak akurat," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mumtaz Zahra Baloch pada 16 Februari.
“Pakistan mempertahankan kebijakan non-campur tangan dalam konflik militer. Pakistan hanya mengekspor gudang pertahanan ke negara lain berdasarkan Penggunaan Akhir yang kuat dan tidak ada jaminan transfer ulang,” tegas Baloch. "Dan ini adalah posisi Pakistan dalam konflik Ukraina-Rusia."
Tentara kekaisaran Rusia mengadopsi kaliber artileri 122 mm sebelum Perang Dunia Pertama. Peluru itu tetap beroperasi setelah revolusi 1917 dan sepanjang era Soviet dengan Tentara Merah.
Tak hanya itu, artileri itu masih digunakan tentara Rusia modern dan negara-negara bekas republik Soviet lainnya serta negara-negara anggota Perjanjian Warsawa.
“Artileri adalah hal nomor satu yang kita butuhkan. Baik sistem maupun amunisi, peluru dalam jumlah besar,” ujar dia.
Jenderal Angkatan Darat AS Christopher Cavoli, komandan sekutu tertinggi NATO di Eropa, mengatakan tentara Ukraina menembakkan sekitar 100.000 peluru per bulan dibandingkan dengan 600.000 artileri dari pihak Rusia, saat pasukan Moskow mengepung kota utama Artemovsk (Bakhmut).
Misi terkenal itu mengikuti upaya yang gagal pada musim panas 2022 untuk membeli puluhan ribu butir amunisi 122 mm dari Pakistan, yang tetap netral dalam konflik antara Ukraina dengan sekutu NATO-nya dan Rusia.
Laporan itu mengklaim 40.000 peluru diterbangkan oleh pesawat angkut RAF dari Pangkalan Udara Nur Khan Pakistan ke Bandara Internasional Cluj Rumania untuk dikirim ke dealer senjata lokal yang bertindak sebagai perantara.
Namun, tidak satu pun dari pengiriman itu yang berhasil mencapai Ukraina. Desas-desus yang belum dikonfirmasi tentang masalah kontrol kualitas digantikan oleh penyangkalan Islamabad bulan lalu yang mengizinkan pengiriman amunisi ke zona konflik.
"Laporan tentang pasokan barang-barang pertahanan oleh Pakistan ke Ukraina tidak akurat," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mumtaz Zahra Baloch pada 16 Februari.
“Pakistan mempertahankan kebijakan non-campur tangan dalam konflik militer. Pakistan hanya mengekspor gudang pertahanan ke negara lain berdasarkan Penggunaan Akhir yang kuat dan tidak ada jaminan transfer ulang,” tegas Baloch. "Dan ini adalah posisi Pakistan dalam konflik Ukraina-Rusia."
Tentara kekaisaran Rusia mengadopsi kaliber artileri 122 mm sebelum Perang Dunia Pertama. Peluru itu tetap beroperasi setelah revolusi 1917 dan sepanjang era Soviet dengan Tentara Merah.
Tak hanya itu, artileri itu masih digunakan tentara Rusia modern dan negara-negara bekas republik Soviet lainnya serta negara-negara anggota Perjanjian Warsawa.