Belajar dari Australia, Indonesia Diimbau Copot CCTV Buatan China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Departemen Pertahanan Australia telah memutuskan untuk mencopot dan mengganti semua kamera pengawas atau CCTV buatan China di seluruh negeri, khususnya di kantor pemerintahan, karena kekhawatiran akan keamanan nasional.
Belajar dari Australia, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) mengimbau pemerintah di berbagai negara, khususnya Indonesia, untuk melakukan hal serupa karena teknologi China disinyalir dimanfaatkan untuk kegiatan mata-mata ilegal.
Keputusan Australia diambil setelah garda terdepan pertahanan negara tersebut bersama beberapa unsur pemerintahan menemukan 900 kamera pengawas buatan Beijing dalam audit yang mereka lakukan beberapa waktu lalu.
Hasil audit itu menemukan lebih dari 200 kamera pengawas “made in China” terpasang di area dalam dan luar kantor berbagai kementerian, termasuk Kementerian Luar Negeri, dan Kejaksaan Agung.
Setidaknya satu unit kamera CCTV China juga ditemukan di area gedung Kementerian Pertahanan Australia. Namun disinyalir masih banyak kamera CCTV serupa di dalam kementerian tersebut.
Menurut DPP PII, Indonesia seyogianya lebih cermat dalam menggunakan perangkat lunak buatan China atas kekhawatiran tentang dugaan spionase ilegal.
Wakil Bendahara Umum DPP PII Furqan Raka menyebut barang-barang China yang murah dan memiliki teknologi terbaru memang menjadi daya tarik luar biasa sehingga hampir sebagian besar penggunanya tidak sadar dengan ancaman terhadap keamanan privasi mereka.
“Amerika Serikat dan Inggris lebih dalu sadar dengan keamanan kedaulatan negara mereka, yang rentan ‘disadap’ oleh Beijing,” kata Furqan Raka kepada wartawan, Jumat (24/2/2023).
Sekarang Australia, lanjut Furqan Raka, yang baru sadar jika “mata” China ada di mana-mana.
Belajar dari Australia, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) mengimbau pemerintah di berbagai negara, khususnya Indonesia, untuk melakukan hal serupa karena teknologi China disinyalir dimanfaatkan untuk kegiatan mata-mata ilegal.
Keputusan Australia diambil setelah garda terdepan pertahanan negara tersebut bersama beberapa unsur pemerintahan menemukan 900 kamera pengawas buatan Beijing dalam audit yang mereka lakukan beberapa waktu lalu.
Hasil audit itu menemukan lebih dari 200 kamera pengawas “made in China” terpasang di area dalam dan luar kantor berbagai kementerian, termasuk Kementerian Luar Negeri, dan Kejaksaan Agung.
Setidaknya satu unit kamera CCTV China juga ditemukan di area gedung Kementerian Pertahanan Australia. Namun disinyalir masih banyak kamera CCTV serupa di dalam kementerian tersebut.
Menurut DPP PII, Indonesia seyogianya lebih cermat dalam menggunakan perangkat lunak buatan China atas kekhawatiran tentang dugaan spionase ilegal.
Wakil Bendahara Umum DPP PII Furqan Raka menyebut barang-barang China yang murah dan memiliki teknologi terbaru memang menjadi daya tarik luar biasa sehingga hampir sebagian besar penggunanya tidak sadar dengan ancaman terhadap keamanan privasi mereka.
“Amerika Serikat dan Inggris lebih dalu sadar dengan keamanan kedaulatan negara mereka, yang rentan ‘disadap’ oleh Beijing,” kata Furqan Raka kepada wartawan, Jumat (24/2/2023).
Sekarang Australia, lanjut Furqan Raka, yang baru sadar jika “mata” China ada di mana-mana.