Satu Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Tak Ada Tanda-tanda Perdamaian

Jum'at, 24 Februari 2023 - 13:00 WIB
loading...
Satu Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Tak Ada Tanda-tanda Perdamaian
Satu Tahun Invasi Rusia ke Ukraina, Tak Ada Tanda-tanda Perdamaian. FOTO/Reuters
A A A
KIEV - Tepat setahun yang lalu Rusia mengirim pasukan melintasi perbatasannya ke utara, timur, dan selatan Ukraina. Tujuan dari invasi ini adalah segera mengepung ibu kota Kiev dan menyingkirkan pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "operasi militer khusus" itu dimaksudkan untuk "mendemiliterisasi" dan "denazifikasi" negara itu untuk melindungi etnis Rusia, mencegah Kiev bergabung dengan NATO, dan mempertahankannya dalam lingkup pengaruh Rusia.



Ternyata, pasukan Rusia menghadapi perlawanan keras dari rakyat Ukraina dan tentara Ukraina, yang memukul mundur kemajuan di ibu kota dan memaksa mundur seluruh divisi dari kota Kharkiv di timur laut dan Kherson di selatan.

Dua belas bulan kemudian, perang, yang mungkin diharapkan oleh para ahli strategi militer Rusia hanya dalam hitungan hari, telah menjadi jalan buntu yang pahit. Pasukan lawan bertahan di sepanjang garis depan yang membentang 1.500 km dari utara ke selatan melintasi timur Ukraina.

Meskipun Rusia telah berusaha untuk mencaplok empat provinsi Ukraina — Luhansk dan Donetsk di timur dan Kherson dan Zaporizhzhia di selatan — wilayah ini tidak sepenuhnya dikontrol. Dan, seperti yang ditunjukkan oleh peristiwa selama setahun terakhir, bahkan Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014, masih tetap rentan.



Sejak Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" pada 24 Februari, sekitar 8 juta warga Ukraina telah mengungsi di seluruh Eropa dan lebih jauh lagi, sementara ribuan tentara tewas di kedua sisi. Berbagai sumber Barat memperkirakan konflik tersebut telah menyebabkan 150.000 korban di setiap pihak, dengan personel militer Rusia mungkin bertanggung jawab atas 150.000 kematian.

“Rusia mengobarkan taktik perang penjajahan abad ke-19 di abad ke-21. Itu tidak berhasil – bukan alat, bukan cara, dan bukan penyebabnya,” ujar Dmytro Senik, Duta Besar Ukraina untuk UEA kepada Arab News,

Seiring perang berlarut-larut, Moskow terpaksa mengambil senjata dan amunisi dari sekutu mereka, termasuk Teheran. Iran diyakini secara luas menyediakan kepada militer Rusia merk drone kamikaze yang sama dengan yang telah digunakan dan diberikan kepada kelompok proksi di Timur Tengah.



“Ketika Rusia terus gagal di medan perang, dengan para jenderal Rusia membenarkannya, mereka mulai menargetkan infrastruktur kritis Ukraina dan pembangkit listrik termal dengan tujuan menghilangkan panas, pasokan listrik, dan pemompaan air Ukraina,” kata Senik.

“Mereka mengklaim bahwa mereka datang untuk 'menyelamatkan'. Tapi, sebaliknya, mereka membunuh dan menghancurkan kehidupan. Rusia bermaksud untuk membekukan kami sampai mati, untuk membuat kondisi kami sengsara. Ini bertentangan dengan Pasal 2 Konvensi Genosida. Berkali-kali, Rusia melanggar hukum internasional,” lanjutnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1025 seconds (0.1#10.140)