Korban Tewas Gempa Turki-Suriah 4.365 Orang: 'Ini seperti Kiamat'
loading...
A
A
A
ANKARA - Jumlah korban tewas di Turki dan Suriah akibat gempa magnitudo 7,8 telah melonjak menjadi 4.365 orang. Cuaca dingin yang membekukan menambah penderitaan ribuan orang yang terluka atau kehilangan tempat tinggal.
Gempa dahsyat kemarin telah meruntuhkan seluruh blok apartemen di beberapa kota di Turki tenggara dan menumpuk lebih banyak kehancuran pada jutaan warga Suriah yang telantar akibat perang saudara bertahun-tahun.
Itu melanda sebelum matahari terbit dalam cuaca buruk dan diikuti gempa besar susulan pada sore hari.
Di Diyarbakir, Turki tenggara, seorang wanita berbicara di samping reruntuhan blok tujuh lantai tempat dia tinggal berkata: "Kami terguncang seperti buaian. Kami sembilan [orang] di rumah. Dua putra saya masih di bawah reruntuhan, saya sedang menunggu mereka."
Dia sedang merawat lengan yang patah dan memiliki luka di wajahnya.
"Ini seperti kiamat," kata Abdul Salam al-Mahmoud, warga Suriah di kota utara Atareb. "Dingin sekali dan ada hujan lebat, dan orang-orang perlu diselamatkan," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Selasa (7/2/2023).
Gempa tersebut merupakan yang terbesar yang tercatat di seluruh dunia oleh Survei Geologi AS (USGS) sejak gempa di Atlantik Selatan yang terpencil pada Agustus 2021.
Di Turki, jumlah korban tewas mencapai 2.921, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD).
Itu menjadikannya gempa paling mematikan di negara itu sejak gempa dengan kekuatan yang sama pada tahun 1999 menghancurkan wilayah Laut Marmara timur yang berpenduduk padat di dekat Istanbul, menewaskan lebih dari 17.000 orang.
Gempa dahsyat kemarin telah meruntuhkan seluruh blok apartemen di beberapa kota di Turki tenggara dan menumpuk lebih banyak kehancuran pada jutaan warga Suriah yang telantar akibat perang saudara bertahun-tahun.
Itu melanda sebelum matahari terbit dalam cuaca buruk dan diikuti gempa besar susulan pada sore hari.
Di Diyarbakir, Turki tenggara, seorang wanita berbicara di samping reruntuhan blok tujuh lantai tempat dia tinggal berkata: "Kami terguncang seperti buaian. Kami sembilan [orang] di rumah. Dua putra saya masih di bawah reruntuhan, saya sedang menunggu mereka."
Dia sedang merawat lengan yang patah dan memiliki luka di wajahnya.
"Ini seperti kiamat," kata Abdul Salam al-Mahmoud, warga Suriah di kota utara Atareb. "Dingin sekali dan ada hujan lebat, dan orang-orang perlu diselamatkan," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Selasa (7/2/2023).
Gempa tersebut merupakan yang terbesar yang tercatat di seluruh dunia oleh Survei Geologi AS (USGS) sejak gempa di Atlantik Selatan yang terpencil pada Agustus 2021.
Di Turki, jumlah korban tewas mencapai 2.921, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD).
Itu menjadikannya gempa paling mematikan di negara itu sejak gempa dengan kekuatan yang sama pada tahun 1999 menghancurkan wilayah Laut Marmara timur yang berpenduduk padat di dekat Istanbul, menewaskan lebih dari 17.000 orang.