Alasan AS Tembak Balon China dengan Rudal Rp6 Miliar dan Jet Tempur Rp3,2 Triliun
loading...
A
A
A
"Jenis balon cuaca yang diluncurkan dua kali sehari dari kantor Layanan Cuaca biasanya hanyalah sebuah kotak kecil yang memiliki sensor suhu, sensor kelembaban relatif, sensor tekanan, dan pemancar kecil. Berdasarkan foto-foto yang beredar, jelas ada lebih banyak peralatan yang satu ini," kata Alexandra Anderson-Frey, Profesor Ilmu Atmosfer di University of Washington, seperti dikutip TIME.
Balon cuaca asli juga tidak melakukan perjalanan jauh—mereka biasanya naik ke ketinggian dan tetap di sana. Balon mata-mata, di sisi lain, perlu menempuh jarak jauh. Balon China ini telah melakukan perjalanan jauh dari China ke Alaska kemudian ke Kanada, sebelum mencapai benua Amerika Serikat.
"[Balon cuaca standar] naik ke atas satu tempat tertentu dan hingga sekitar 50.000 kaki di atmosfer, dan selesai sudah. Mereka tidak menempuh jarak yang jauh, jadi menurut saya ada perbedaan yang cukup signifikan antara balon cuaca biasa dan balon yang dilaporkan ini," kata Jonathan Porter, Kepala Ahli Meteorologi di Accuweather.
Belum ada penjelasan resmi mengapa Angkatan Udara AS menembak jatuh balon mata-mata China dengan aset tempur yang begitu mahal. Namun, dari analisis di lapangan ada beberapa hal yang mendukung alasan mengapa Amerika melakukan hal itu.
Fakta bahwa balon mata-mata China itu beroperasi di ketinggian yang sangat tinggi sekitar 65.000 kaki—itu 20 km di atas permukaan tanah.
F-22 Raptor kemungkinan dipilih untuk tugas itu karena paling mampu terbang ke ketinggian setinggi itu sambil membawa rudal.
Pada akhirnya, F-22 Raptor dengan callsign "FRANK01" mencapai ketinggian 58.000 kaki (17,7 km) sebelum menembakkan rudal Sidewinder AIM-9X ke balon tersebut. Itu adalah "pembunuhan pertempuran udara-ke-udara" pertama untuk F-22.
Meski terkesan sangat mahal, AIM-9X Sidewinder justru menjadi rudal udara-ke-udara terkecil dan termurah di gudang senjata Angkatan Udara AS.
Balon cuaca asli juga tidak melakukan perjalanan jauh—mereka biasanya naik ke ketinggian dan tetap di sana. Balon mata-mata, di sisi lain, perlu menempuh jarak jauh. Balon China ini telah melakukan perjalanan jauh dari China ke Alaska kemudian ke Kanada, sebelum mencapai benua Amerika Serikat.
"[Balon cuaca standar] naik ke atas satu tempat tertentu dan hingga sekitar 50.000 kaki di atmosfer, dan selesai sudah. Mereka tidak menempuh jarak yang jauh, jadi menurut saya ada perbedaan yang cukup signifikan antara balon cuaca biasa dan balon yang dilaporkan ini," kata Jonathan Porter, Kepala Ahli Meteorologi di Accuweather.
Belum ada penjelasan resmi mengapa Angkatan Udara AS menembak jatuh balon mata-mata China dengan aset tempur yang begitu mahal. Namun, dari analisis di lapangan ada beberapa hal yang mendukung alasan mengapa Amerika melakukan hal itu.
Fakta bahwa balon mata-mata China itu beroperasi di ketinggian yang sangat tinggi sekitar 65.000 kaki—itu 20 km di atas permukaan tanah.
F-22 Raptor kemungkinan dipilih untuk tugas itu karena paling mampu terbang ke ketinggian setinggi itu sambil membawa rudal.
Pada akhirnya, F-22 Raptor dengan callsign "FRANK01" mencapai ketinggian 58.000 kaki (17,7 km) sebelum menembakkan rudal Sidewinder AIM-9X ke balon tersebut. Itu adalah "pembunuhan pertempuran udara-ke-udara" pertama untuk F-22.
Meski terkesan sangat mahal, AIM-9X Sidewinder justru menjadi rudal udara-ke-udara terkecil dan termurah di gudang senjata Angkatan Udara AS.
(min)