Rusia Halau Serangan Drone di Pelabuhan Utama Crimea
Kamis, 08 Desember 2022 - 19:36 WIB
MOSKOW - Gubernur Sevastopol di Crimea , Mikhail Razvozhaev mengatakan, Angkatan Laut Rusia menggagalkan serangan pesawat tak berawak di kota itu pada Kamis (8/12/2022) pagi. Kota pelabuhan strategis itu telah mengalami sejumlah serangan serupa dalam beberapa bulan terakhir, dengan pihak berwenang Rusia menuding Ukraina sebagai pelakunya.
Terletak di pantai barat daya Crimea, yang bergabung dengan Rusia setelah referendum pada tahun 2014, Sevastopol dianggap memiliki kepentingan strategis karena memiliki status khusus sebagai kota federal yang diberikan kepadanya oleh otoritas Rusia.
Artinya, meskipun merupakan kota dan bukan daerah, ia dipimpin oleh seorang gubernur. Dua kota lain dengan status ini di Rusia adalah Moskow dan Saint Petersburg.
"Di pagi hari, kapal Armada Laut Hitam Rusia yang bertugas menembak jatuh sebuah UAV di atas laut," Razvozhaev memposting pesan singkat di saluran Telegramnya seperti dikutip dari Russia Today.
Dia lantas memuji personel militer Rusia, melaporkan bahwa mereka "seperti biasa" telah menangani ancaman secara profesional.
Komentar gubernur Crimea ini muncul setelah penduduk setempat mulai menggambarkan di media sosial ledakan keras yang mereka dengar di kota itu.
Menurut media lokal, kejadian serupa pernah terjadi di Sevastopol pada Selasa dini hari.
Pada bulan Oktober, sekitar sembilan drone udara dan tujuh angkatan laut berusaha menyerang kapal Armada Laut Hitam Rusia yang berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Sevastopol. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada saat itu serangan tersebut berhasil dipukul mundur, dengan satu kapal mengalami kerusakan ringan sebagai akibatnya.
Para pejabat Rusia mengatakan bahwa data yang diambil dari serangan pesawat tak berawak Oktober lalu menunjukkan bahwa UAV dan pesawat tak berawak angkatan laut telah diluncurkan dari pantai Laut Hitam Ukraina, tidak jauh dari kota pelabuhan Odessa, dan telah bergerak di sepanjang Laut Hitam yang ditengahi oleh koridor PBB.
Pada bulan Juli, sebuah UAV, yang diduga berasal dari Ukraina, menyerang markas Armada Laut Hitam di Sevastopol.
Ukraina menganggap Crimea sebagai bagian yang tidak dapat dicabut dari wilayahnya, yang untuk sementara diduduki oleh Rusia. Presiden Volodymyr Zelensky telah berulang kali bersumpah untuk merebut kembali semenanjung itu.
Pada akhir April, Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan bahwa serangan militer terhadap Ukraina yang diluncurkan oleh Rusia beberapa bulan sebelumnya telah berusaha, antara lain, untuk menjamin perdamaian dan keamanan Crimea.
Pada bulan Mei, kepala negara Rusia itu menegaskan kembali bahwa Ukraina telah secara terbuka mempersiapkan invasi ke tanah bersejarah negaranya, termasuk Crimea. Dia mengklaim bahwa kampanye militer Rusia bersifat pre-emptive.
Terletak di pantai barat daya Crimea, yang bergabung dengan Rusia setelah referendum pada tahun 2014, Sevastopol dianggap memiliki kepentingan strategis karena memiliki status khusus sebagai kota federal yang diberikan kepadanya oleh otoritas Rusia.
Artinya, meskipun merupakan kota dan bukan daerah, ia dipimpin oleh seorang gubernur. Dua kota lain dengan status ini di Rusia adalah Moskow dan Saint Petersburg.
"Di pagi hari, kapal Armada Laut Hitam Rusia yang bertugas menembak jatuh sebuah UAV di atas laut," Razvozhaev memposting pesan singkat di saluran Telegramnya seperti dikutip dari Russia Today.
Dia lantas memuji personel militer Rusia, melaporkan bahwa mereka "seperti biasa" telah menangani ancaman secara profesional.
Komentar gubernur Crimea ini muncul setelah penduduk setempat mulai menggambarkan di media sosial ledakan keras yang mereka dengar di kota itu.
Menurut media lokal, kejadian serupa pernah terjadi di Sevastopol pada Selasa dini hari.
Pada bulan Oktober, sekitar sembilan drone udara dan tujuh angkatan laut berusaha menyerang kapal Armada Laut Hitam Rusia yang berlabuh di Pangkalan Angkatan Laut Sevastopol. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada saat itu serangan tersebut berhasil dipukul mundur, dengan satu kapal mengalami kerusakan ringan sebagai akibatnya.
Para pejabat Rusia mengatakan bahwa data yang diambil dari serangan pesawat tak berawak Oktober lalu menunjukkan bahwa UAV dan pesawat tak berawak angkatan laut telah diluncurkan dari pantai Laut Hitam Ukraina, tidak jauh dari kota pelabuhan Odessa, dan telah bergerak di sepanjang Laut Hitam yang ditengahi oleh koridor PBB.
Pada bulan Juli, sebuah UAV, yang diduga berasal dari Ukraina, menyerang markas Armada Laut Hitam di Sevastopol.
Ukraina menganggap Crimea sebagai bagian yang tidak dapat dicabut dari wilayahnya, yang untuk sementara diduduki oleh Rusia. Presiden Volodymyr Zelensky telah berulang kali bersumpah untuk merebut kembali semenanjung itu.
Pada akhir April, Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan bahwa serangan militer terhadap Ukraina yang diluncurkan oleh Rusia beberapa bulan sebelumnya telah berusaha, antara lain, untuk menjamin perdamaian dan keamanan Crimea.
Pada bulan Mei, kepala negara Rusia itu menegaskan kembali bahwa Ukraina telah secara terbuka mempersiapkan invasi ke tanah bersejarah negaranya, termasuk Crimea. Dia mengklaim bahwa kampanye militer Rusia bersifat pre-emptive.
(ian)
tulis komentar anda