Pembom PLA Mendarat di Rusia, NATO Cari Cara Hindari Bentrokan dengan China
Kamis, 01 Desember 2022 - 23:19 WIB
BUKARES - Pemerintah Rusia pada hari Rabu mengumumkan sejumlah pesawat pembom China mendarat di pangkalan udara negara itu untuk pertama kalinya. Pengumuman ini menyeruak ketika para pemimpun Barat menganggap kemunculan China sebagai ancaman bagi anggota NATO .
“Kami tidak mencari konflik dengan China; sebaliknya, kami ingin menghindarinya,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kepada wartawan di Rumania.
"Kami tidak menginginkan Perang Dingin yang baru; kami tidak ingin memisahkan ekonomi kami. Kami hanya ingin melihat dengan jelas beberapa tantangan yang diajukan China dan untuk memastikan bahwa, dalam mengatasi tantangan itu, kami melakukannya dengan orang lain," imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examiner, Kamis (1/12/2022).
Blinken dan menteri luar negeri NATO lainnya menghabiskan sebagian besar waktu mereka di Bukares disibukkan dengan perang di negara tetangga Ukraina. Namun para pemimpin Barat telah mengakui berkembangnya kegelisahan terkait China dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya digarisbawahi dari jauh oleh patroli udara bersama terbaru di kawasan Asia-Pasifik dari pembom Rusia dan China yang mampu membawa senjata nuklir.
“Kami tidak melihat China sebagai musuh. Kami akan terus terlibat dengan China jika itu adalah kepentingan kami, paling tidak untuk menyampaikan posisi bersatu kami dalam perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers hari Rabu.
“Hari ini, para menteri mempertimbangkan perkembangan militer China yang ambisius, kemajuan teknologinya, dan aktivitas dunia maya dan hibrida yang berkembang.”
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak membuat poin itu lebih kuat minggu ini dengan memaksa perusahaan nuklir milik China untuk meninggalkan perannya dalam proyek pembangkit listrik Inggris.
“Mari kita perjelas, apa yang disebut era keemasan telah berakhir, bersamaan dengan gagasan naif bahwa perdagangan akan mengarah pada reformasi sosial dan politik,” kata Sunak, awal pekan ini.
“Kami tidak mencari konflik dengan China; sebaliknya, kami ingin menghindarinya,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kepada wartawan di Rumania.
"Kami tidak menginginkan Perang Dingin yang baru; kami tidak ingin memisahkan ekonomi kami. Kami hanya ingin melihat dengan jelas beberapa tantangan yang diajukan China dan untuk memastikan bahwa, dalam mengatasi tantangan itu, kami melakukannya dengan orang lain," imbuhnya seperti dikutip dari Washington Examiner, Kamis (1/12/2022).
Blinken dan menteri luar negeri NATO lainnya menghabiskan sebagian besar waktu mereka di Bukares disibukkan dengan perang di negara tetangga Ukraina. Namun para pemimpin Barat telah mengakui berkembangnya kegelisahan terkait China dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya digarisbawahi dari jauh oleh patroli udara bersama terbaru di kawasan Asia-Pasifik dari pembom Rusia dan China yang mampu membawa senjata nuklir.
“Kami tidak melihat China sebagai musuh. Kami akan terus terlibat dengan China jika itu adalah kepentingan kami, paling tidak untuk menyampaikan posisi bersatu kami dalam perang ilegal Rusia di Ukraina,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers hari Rabu.
“Hari ini, para menteri mempertimbangkan perkembangan militer China yang ambisius, kemajuan teknologinya, dan aktivitas dunia maya dan hibrida yang berkembang.”
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak membuat poin itu lebih kuat minggu ini dengan memaksa perusahaan nuklir milik China untuk meninggalkan perannya dalam proyek pembangkit listrik Inggris.
“Mari kita perjelas, apa yang disebut era keemasan telah berakhir, bersamaan dengan gagasan naif bahwa perdagangan akan mengarah pada reformasi sosial dan politik,” kata Sunak, awal pekan ini.
tulis komentar anda