AS Terus Dukung Taiwan dengan Senjata, Tuding China Ingin Superioritas Global
Sabtu, 12 November 2022 - 01:01 WIB
WASHINGTON - Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat (AS) Mark Milley mengatakan Pentagon akan mendukung militer Taiwan dengan senjata dan pelatihan.
Dia memperingatkan terhadap serangan China di Taiwan. Milley juga menuduh Beijing menginginkan “superioritas militer global.”
Berbicara di acara yang diadakan Economic Club of New York pada Rabu, jenderal Amerika itu menekankan Washington akan terus memperkuat kerja sama keamanan dengan Taipei, meskipun ada penolakan keras dari Beijing.
Beijing masih menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayah kedaulatan China.
“AS berkomitmen melalui Undang-Undang Hubungan Taiwan, dan Presiden (Joe) Biden telah mengatakan dalam banyak kesempatan baru-baru ini bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung Taiwan,” tegas Milley, merujuk pada undang-undang AS yang menguraikan hubungan dengan Taipei.
Dia menambahkan, “Kami akan mendukung mereka secara militer dan mencoba membantu melatih serta memperlengkapi mereka.”
Milley melanjutkan dengan mengklaim meski tidak ada indikasi Beijing akan menyerang pulau itu dalam waktu dekat, Presiden China Xi Jinping sekarang “mengevaluasi situasi dan menghitung ulang apa yang mungkin mereka lakukan.”
Dia mencatat bahwa serangan melintasi Selat Taiwan akan “benar-benar sulit."
“Ini sangat sulit. Dan saya pikir mereka mulai menyadari itu,” papar dia, menambahkan bahwa persiapan untuk serangan dan benar-benar melakukannya adalah “dua hal yang berbeda.”
Tahun lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengklaim prajurit AS sudah melatih pasukan di pulau itu, tetapi menolak merinci berapa banyak orang Amerika yang dikerahkan.
Dia hanya mengatakan, "Itu tidak sebanyak yang diperkirakan orang."
Kepala Pasukan Khusus AS, Christopher Maier, menyarankan agar Pentagon mengirim penasihat untuk menginstruksikan tentara Taiwan tentang cara mengusir “pendaratan amfibi” pada Mei 2021. Tidak jelas apakah proposal itu pernah diterima.
Milley menekankan poin pembicaraan utama yang berulang kali digaungkan para pejabat di Washington.
Dia bersikeras bahwa Beijing adalah pesaing utama dan masalah keamanan Amerika. Dia mengatakan China sedang mencari keunggulan militer regional dan akhirnya global, dengan alasan ingin mencapai yang terakhir sebelum tahun 2050.
“Kami baik-baik saja dengan persaingan, tidak masalah. Tetapi jika China menginginkan konflik, maka itu akan menjadi pilihan yang sangat buruk bagi China,” tegas dia.
Pejabat AS semakin memperlakukan pulau itu sebagai negara berdaulat yang bertentangan dengan kebijakan Satu-China, yang diakui secara resmi oleh Washington.
Presiden Biden bahkan berjanji pada beberapa kesempatan bahwa militer AS akan membantu mengusir invasi China, tetapi para pembantu Gedung Putih selalu meralat pernyataan ini.
Selama laporannya di Kongres Partai Komunis China bulan lalu, Presiden China Xi Jinping menyoroti risiko konflik bersenjata atas Taiwan.
Dia menegaskan kembali tujuan utama Beijing adalah reunifikasi damai, tetapi memperingatkan Beijing berhak menggunakan kekuatan militer untuk mencegah upaya apa pun oleh pemerintah Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Pekan lalu, dia memerintahkan militer negara itu memastikan siap menanggapi ancaman keamanan yang muncul dari era baru pergolakan global.
Dia memperingatkan terhadap serangan China di Taiwan. Milley juga menuduh Beijing menginginkan “superioritas militer global.”
Berbicara di acara yang diadakan Economic Club of New York pada Rabu, jenderal Amerika itu menekankan Washington akan terus memperkuat kerja sama keamanan dengan Taipei, meskipun ada penolakan keras dari Beijing.
Beijing masih menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayah kedaulatan China.
“AS berkomitmen melalui Undang-Undang Hubungan Taiwan, dan Presiden (Joe) Biden telah mengatakan dalam banyak kesempatan baru-baru ini bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung Taiwan,” tegas Milley, merujuk pada undang-undang AS yang menguraikan hubungan dengan Taipei.
Dia menambahkan, “Kami akan mendukung mereka secara militer dan mencoba membantu melatih serta memperlengkapi mereka.”
Milley melanjutkan dengan mengklaim meski tidak ada indikasi Beijing akan menyerang pulau itu dalam waktu dekat, Presiden China Xi Jinping sekarang “mengevaluasi situasi dan menghitung ulang apa yang mungkin mereka lakukan.”
Dia mencatat bahwa serangan melintasi Selat Taiwan akan “benar-benar sulit."
“Ini sangat sulit. Dan saya pikir mereka mulai menyadari itu,” papar dia, menambahkan bahwa persiapan untuk serangan dan benar-benar melakukannya adalah “dua hal yang berbeda.”
Tahun lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengklaim prajurit AS sudah melatih pasukan di pulau itu, tetapi menolak merinci berapa banyak orang Amerika yang dikerahkan.
Dia hanya mengatakan, "Itu tidak sebanyak yang diperkirakan orang."
Kepala Pasukan Khusus AS, Christopher Maier, menyarankan agar Pentagon mengirim penasihat untuk menginstruksikan tentara Taiwan tentang cara mengusir “pendaratan amfibi” pada Mei 2021. Tidak jelas apakah proposal itu pernah diterima.
Milley menekankan poin pembicaraan utama yang berulang kali digaungkan para pejabat di Washington.
Dia bersikeras bahwa Beijing adalah pesaing utama dan masalah keamanan Amerika. Dia mengatakan China sedang mencari keunggulan militer regional dan akhirnya global, dengan alasan ingin mencapai yang terakhir sebelum tahun 2050.
“Kami baik-baik saja dengan persaingan, tidak masalah. Tetapi jika China menginginkan konflik, maka itu akan menjadi pilihan yang sangat buruk bagi China,” tegas dia.
Pejabat AS semakin memperlakukan pulau itu sebagai negara berdaulat yang bertentangan dengan kebijakan Satu-China, yang diakui secara resmi oleh Washington.
Presiden Biden bahkan berjanji pada beberapa kesempatan bahwa militer AS akan membantu mengusir invasi China, tetapi para pembantu Gedung Putih selalu meralat pernyataan ini.
Selama laporannya di Kongres Partai Komunis China bulan lalu, Presiden China Xi Jinping menyoroti risiko konflik bersenjata atas Taiwan.
Dia menegaskan kembali tujuan utama Beijing adalah reunifikasi damai, tetapi memperingatkan Beijing berhak menggunakan kekuatan militer untuk mencegah upaya apa pun oleh pemerintah Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Pekan lalu, dia memerintahkan militer negara itu memastikan siap menanggapi ancaman keamanan yang muncul dari era baru pergolakan global.
(sya)
tulis komentar anda