Anggota Parlemen Zionis Berharap Politisi Arab Tinggalkan Israel Selamanya

Rabu, 09 November 2022 - 01:10 WIB
Anggota Parlemen Israel yang ekstrem, Itamar Ben-Gvir, berharap anggota Parlemen dari komunitas Arab tinggalkan Israel untuk selamanya. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Anggota Knesset (Parlemen) Israel yang ekstrem, Itamar Ben-Gvir, mengatakan dia berharap anggota Knesset dari komunitas Arab akan meninggalkan Israel tanpa pernah kembali.

Ben-Gvir adalah kepala Partai Otzma Yehudit sayap kanan dan orang kedua dalam koalisi Religious Zionism sayap kanan yang dipimpin oleh Bezalel Smotrich.

Religious Zionism, yang berafiliasi dengan kubu sayap kanan yang dipimpin oleh calon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, memenangkan 14 dari 120 kursi Knesset selama pemilu 1 November.





Ben-Gvir yang dikenal karena tindakan permusuhannya terhadap orang Arab menerbitkan foto anggota Knesset Arab Ahmed Tibi ketika dia berada di bandara bersama dengan teman-temannya dan menulis di Twitter: "Mereka melarikan diri dari Israel...Kami menang."

Dia kemudian menghapus tweet tersebut dan memublikasikan tweet lain di mana dia menampilkan foto Tibi dengan judul: "Waktunya telah tiba! Kami harap kami hanya menerima kabar baik seperti itu dan mereka tidak kembali ke sini."

Faksi Arab di Israel yang meraih sejumlah kecil kursi di Knesset diketahui ada dua. Mereka adalah aliansi Democratic Front and Arab Change (aliansi Front Demokratik dan Perubahan Arab) yang dipimpin oleh Tibi dan United Arab List yang dipimpin oleh Mansour Abbas.

Ben-Gvir selama ini dikenal sebagai politisi dan pengacara yang membela para Yahudi radikal dalam pengadilan di Israel. Dia pernah menyerukan pengusiran warga Arab di Israel yang tak setia dengan negara tersebut.

Dia sebelumnya memimpin kelompok pemukim Yahudi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa dan menyerukan untuk mengizinkan umat Yahudi beribadah di sana, juga akan menuntut akses yang belum pernah terjadi sebelumnya ke masjid selama pembicaraannya dengan Benjamin Netanyahu.

Sebagai bagian dari pemahaman puluhan tahun antara Yordania—penjaga situs Islam dan Kristen di Yerusalem—dan Israel, non-Muslim tidak diizinkan untuk melakukan ritual keagamaan di dalam batas-batas Masjid Al-Aqsha, juga simbol Israel tidak diizinkan untuk ditampilkan.

Non-Muslim dapat mengunjungi masjid di bawah pengawasan Wakaf, lembaga Islam bersama Yordania-Palestina yang mengelola urusan masjid.

Pada tahun 2003, kunjungan manajemen Wakaf ke Masjid Al-Aqsa dibatalkan oleh otoritas Israel. Sejak itu, polisi Israel mengizinkan pemukim dan aktivis sayap kanan menyerbu situs tersebut hampir setiap hari.

Awal tahun ini, Ben-Gvir menggambarkan Wakaf sebagai “teroris”.

Pejabat dinas keamanan Israel mengatakan kepada Channel 13 bahwa tindakan yang diminta oleh Ben-Gvir hanya akan "menyalakan situasi di lapangan".

Aktivis sayap kanan Israel telah berulang kali mendorong peningkatan kehadiran Yahudi di situs tersebut dan beberapa telah menganjurkan penghancuran Masjid Al-Aqsa untuk memberi jalan bagi pendirian Kuil Ketiga.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More