Netanyahu Hampir Menang, Warga Palestina Cemas Kekerasan Meningkat
Kamis, 03 November 2022 - 14:59 WIB
TEL AVIV - Prospek Benjamin Netanyahu kembali berkuasa di Israel memicu kekhawatiran warga Palestina bahwa kekerasan akan meningkat.
Netanyahu merupakan salah satu pemimpin koalisi sayap kanan ekstrem yang memiliki sejarah melakukan banyak kekerasan terhadap warga sipil Palestina.
Lebih dari 100 warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki Israel telah dibunuh oleh pasukan Israel tahun ini.
Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh menjelaskan, “Kebangkitan partai-partai sayap kanan adalah hasil alami dari tumbuhnya ekstremisme dan rasisme dalam masyarakat Israel, yang telah diderita rakyat Palestina selama bertahun-tahun.”
“Tetapi orang-orang Palestina tidak akan menghentikan perjuangan sah mereka untuk mengakhiri pendudukan, mendapatkan kebebasan dan mendirikan negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya terlepas dari identitas pemenang dalam pemilihan Israel,” papar dia.
Dia menambahkan, “Perbedaan antara pihak-pihak Israel sama dengan perbedaan antara Pepsi-Cola dan Coca-Cola.
“Kami tidak memiliki ilusi bahwa kotak suara dalam pemilihan Israel akan menghasilkan mitra untuk perdamaian mengingat kebijakan dan praktik agresif yang diderita rakyat kami, yang tidak memberi bobot pada keputusan dan hukum internasional,” ujar dia.
“Hasil pemilihan Israel menegaskan bahwa kami tidak memiliki mitra di Israel untuk perdamaian dan bahwa komunitas internasional harus memikul tanggung jawabnya untuk menerapkan resolusi internasional dan melindungi rakyat kami setelah bangkitnya partai-partai rasis untuk berkuasa di Israel,” ujar dia.
Netanyahu merupakan salah satu pemimpin koalisi sayap kanan ekstrem yang memiliki sejarah melakukan banyak kekerasan terhadap warga sipil Palestina.
Lebih dari 100 warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki Israel telah dibunuh oleh pasukan Israel tahun ini.
Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh menjelaskan, “Kebangkitan partai-partai sayap kanan adalah hasil alami dari tumbuhnya ekstremisme dan rasisme dalam masyarakat Israel, yang telah diderita rakyat Palestina selama bertahun-tahun.”
“Tetapi orang-orang Palestina tidak akan menghentikan perjuangan sah mereka untuk mengakhiri pendudukan, mendapatkan kebebasan dan mendirikan negara merdeka mereka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya terlepas dari identitas pemenang dalam pemilihan Israel,” papar dia.
Dia menambahkan, “Perbedaan antara pihak-pihak Israel sama dengan perbedaan antara Pepsi-Cola dan Coca-Cola.
“Kami tidak memiliki ilusi bahwa kotak suara dalam pemilihan Israel akan menghasilkan mitra untuk perdamaian mengingat kebijakan dan praktik agresif yang diderita rakyat kami, yang tidak memberi bobot pada keputusan dan hukum internasional,” ujar dia.
“Hasil pemilihan Israel menegaskan bahwa kami tidak memiliki mitra di Israel untuk perdamaian dan bahwa komunitas internasional harus memikul tanggung jawabnya untuk menerapkan resolusi internasional dan melindungi rakyat kami setelah bangkitnya partai-partai rasis untuk berkuasa di Israel,” ujar dia.
tulis komentar anda