Campur Tangan Amerika Serikat dalam Perang Rusia-Ukraina

Selasa, 01 November 2022 - 14:40 WIB
Marinir AS memuat howitzer 155 mm M777 ke dalam ruang kargo pesawat angkut C-17 Globemaster III Angkatan Udara AS, yang akan dikirim untuk pasukan Ukraina, di Pangkalan Cadangan Udara Maret, California, AS, 21 April 2022. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Sebelum pecah perang Rusia-Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan pihaknya akan menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Akibatnya, masyarakat dunia dibuat terkejut atas keputusan Moskow ini. Berbagai sumber menyebut, Putin melakukan hal tersebut dengan tujuan melindungi orang-orang yang mengalami intimidasi oleh pemerintah Ukraina.

Selain itu, Putin tidak ingin Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.

Kedua negara ini diketahui memiliki perbatasan yang sangat panjang. Jika Putin membiarkan Ukraina bergabung dengan NATO, maka Ukraina akan menjadi negara terdepan yang menyerang Rusia.





Di sisi lain, Rusia menyebut upaya tersebut merupakan strategi Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya untuk melemahkan Rusia.

Amerika Serikat menjadi negara yang paling lantang menentang invasi Rusia terhadap Ukraina. Presiden AS Joe Biden mengemukakan bahwa AS ingin melihat Ukraina seebagai negara demokratis, independen, berdaulat, dan makmur.

Menanggapi pernyataan Putin yang menuduh Barat ingin menekan Rusia, Biden menyatakan bahwa hal tersebut salah. Namun, Rusia sudah telanjur menginvasi Ukraina, dan Barat beserta NATO siap akan langkah tersebut.

Melansir laman Departemen Pertahanan AS, Washington beserta para sekutunya siap mendukung Ukraina dalam menghadapi serangan asal Rusia.

Menurut pemerintah, serangan tersebut dilakukan dengan tanpa alasan dan sudah pasti tidak dapat dibenarkan.

AS juga tidak akan melupakan agresi Rusia di Ukraina Timur yang pernah terjadi pada tahun 2014, terkait aneksasi Crimea.

Untuk permasalahan yang saat ini tengah menimpa Ukraina, AS menegaskan pihaknya tidak akan sedikitpun mengurangi dukungannya.

Dijelaskan lebih rinci, Ukraina dianggap sebagai mitra strategis yang sudah melakukan upaya memodernisasi militernya dengan NATO.

Dengan ini, maka bantuan keamanan kepada Ukraina menjadi prioritas utama. Sebab, bantuan tersebut bisa sangat berguna sebagai alat pertahanan diri Ukraina.

Adapun campur tangan AS dalam invasi Rusia-Ukraina adalah dengan terus memberikan dukungan dan mengirim bantuan keamanan, seperti 4 ribu peluru artileri 155 mm berpemandu presisi, 11 ribu peluru 155 mm RAAM (Remote Anti-Armor Mine), 216 kendaraan taktis untuk menarik senjata, 22 kendaraan taktis guna memulihkan peralatan, 8 sistem rudal permukaan ke udara tingkat lanjut nasionla atau NASAMS dan amunisi, rudal anti-radiasi berkecepatan tinggi, 20 helikopter Mi-17, dan 700 sistem udara tak berawak taktis Phoenix Ghost, serta masih banyak lagi.

Sementara itu, Biden kembali menegaskan ia tidak akan mengirim satu pun pasukannya ke Ukraina dengan tujuan ikut bertarung melawan Rusia.

Amerika Serikat lebih mementingkan diplomasi untuk menurunkan ketegangan atau de-eskalasi. “Itu adalah Perang Dunia, ketika AS dan Rusia mulai saling menembak,” ujar Biden, sebagaimana dilansir dari ABC News.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More