Terobosan Besar, Iran akan Pasok Turbin Gas ke Rusia
Senin, 24 Oktober 2022 - 15:01 WIB
TEHERAN - Moskow dan Teheran telah mencapai kesepakatan yang akan membuat Republik Islam itu menjual 40 turbin gas yang diproduksi di dalam negeri ke Rusia.
Kabar tersebut diungkapkan CEO Perusahaan Pengembangan dan Teknik Gas Iran Reza Noishadi kepada kantor berita Kementerian perminyakan Iran Shana pada Minggu (23/10/2022).
Menurut Noushadi, Iran saat ini mampu secara mandiri memproduksi “85% dari … peralatan yang dibutuhkan dalam industri gas.”
“Kemampuan ini memungkinkannya menandatangani kontrak dengan Moskow,” ujar dia.
CEO itu tidak mengungkapkan kapan tepatnya kesepakatan itu dibuat dan kapan turbin akan tiba di Rusia.
Pejabat Rusia sejauh ini belum mengomentari pernyataan Noushadi. Perkembangan itu terjadi ketika kebijakan sanksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah memukul hubungan industri antara Rusia dan pemasok peralatan Baratnya.
Awal tahun ini, raksasa energi negara Gazprom harus secara bertahap mengurangi pengiriman gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 karena masalah teknis terkait dengan servis turbin.
“Masalah muncul karena sanksi terhadap Rusia yang telah mencegah pemeliharaan beberapa peralatan dan pengiriman suku cadang,” ungkap perusahaan itu.
Salah satu turbin yang awalnya dipasok ke Rusia oleh perusahaan Jerman Siemens, menjadi macet di Kanada karena kebijakan sanksi Ottawa. Turbin itu telah dikirim ke Kanada untuk pemeliharaan.
Berlin akhirnya berhasil mendapatkannya kembali tetapi tidak pernah dikirim dari Jerman ke Rusia.
Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang belum diluncurkan karena oposisi Berlin, saat ini tidak beroperasi karena kebocoran pada kedua pipa karena serangkaian ledakan bawah laut, yang diyakini banyak negara sebagai tindakan sabotase.
Sementara itu, Rusia memperluas kerja sama ekonominya dengan Iran. Pada akhir September, kementerian perminyakan Iran mengumumkan rencana membeli sembilan juta meter kubik gas per hari dari Rusia melalui Azerbaijan untuk kebutuhannya.
Jumlah tersebut tambahan enam juta meter kubik gas per hari. Langkah itu sebagai bagian dari perjanjian pertukaran yang akan melihat gas yang diekspor ke negara lain dari terminal gas alam cair (LNG) Iran.
Pengumuman itu dibuat ketika Teheran mengungkapkan rincian kesepakatan yang dicapai pada Juli antara Perusahaan Minyak Nasional Iran (NIOC) dan Gazprom.
“Perjanjian tersebut melibatkan kerja sama di bidang pengembangan infrastruktur minyak dan gas, termasuk pembangunan terminal LNG dan jaringan pipa gas,” ungkap pejabat Iran.
Kesepakatan itu bernilai USD40 miliar, menurut media lokal.
Pada Jumat, Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalali juga mengatakan kepada wartawan bahwa Republik Islam berencana meningkatkan impor gandum Rusia dan menjadi importir terbesar produk ini.
“Tahun lalu, saya percaya, kami berada di tempat kedua dalam pembelian kami dari Rusia. Tahun depan, saya pikir, kami akan menjadi nomor satu,” ungkap diplomat itu dalam forum “Made in Russia” baru-baru ini.
Kabar tersebut diungkapkan CEO Perusahaan Pengembangan dan Teknik Gas Iran Reza Noishadi kepada kantor berita Kementerian perminyakan Iran Shana pada Minggu (23/10/2022).
Menurut Noushadi, Iran saat ini mampu secara mandiri memproduksi “85% dari … peralatan yang dibutuhkan dalam industri gas.”
“Kemampuan ini memungkinkannya menandatangani kontrak dengan Moskow,” ujar dia.
CEO itu tidak mengungkapkan kapan tepatnya kesepakatan itu dibuat dan kapan turbin akan tiba di Rusia.
Pejabat Rusia sejauh ini belum mengomentari pernyataan Noushadi. Perkembangan itu terjadi ketika kebijakan sanksi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah memukul hubungan industri antara Rusia dan pemasok peralatan Baratnya.
Awal tahun ini, raksasa energi negara Gazprom harus secara bertahap mengurangi pengiriman gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 karena masalah teknis terkait dengan servis turbin.
“Masalah muncul karena sanksi terhadap Rusia yang telah mencegah pemeliharaan beberapa peralatan dan pengiriman suku cadang,” ungkap perusahaan itu.
Salah satu turbin yang awalnya dipasok ke Rusia oleh perusahaan Jerman Siemens, menjadi macet di Kanada karena kebijakan sanksi Ottawa. Turbin itu telah dikirim ke Kanada untuk pemeliharaan.
Berlin akhirnya berhasil mendapatkannya kembali tetapi tidak pernah dikirim dari Jerman ke Rusia.
Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang belum diluncurkan karena oposisi Berlin, saat ini tidak beroperasi karena kebocoran pada kedua pipa karena serangkaian ledakan bawah laut, yang diyakini banyak negara sebagai tindakan sabotase.
Sementara itu, Rusia memperluas kerja sama ekonominya dengan Iran. Pada akhir September, kementerian perminyakan Iran mengumumkan rencana membeli sembilan juta meter kubik gas per hari dari Rusia melalui Azerbaijan untuk kebutuhannya.
Jumlah tersebut tambahan enam juta meter kubik gas per hari. Langkah itu sebagai bagian dari perjanjian pertukaran yang akan melihat gas yang diekspor ke negara lain dari terminal gas alam cair (LNG) Iran.
Pengumuman itu dibuat ketika Teheran mengungkapkan rincian kesepakatan yang dicapai pada Juli antara Perusahaan Minyak Nasional Iran (NIOC) dan Gazprom.
“Perjanjian tersebut melibatkan kerja sama di bidang pengembangan infrastruktur minyak dan gas, termasuk pembangunan terminal LNG dan jaringan pipa gas,” ungkap pejabat Iran.
Kesepakatan itu bernilai USD40 miliar, menurut media lokal.
Pada Jumat, Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalali juga mengatakan kepada wartawan bahwa Republik Islam berencana meningkatkan impor gandum Rusia dan menjadi importir terbesar produk ini.
“Tahun lalu, saya percaya, kami berada di tempat kedua dalam pembelian kami dari Rusia. Tahun depan, saya pikir, kami akan menjadi nomor satu,” ungkap diplomat itu dalam forum “Made in Russia” baru-baru ini.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda