Profil Oei Tiong Ham, Konglomerat Pertama di Asia Tenggara yang Dijuluki Manusia 200 Juta Gulden

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 20:19 WIB
Kesuksesan bisnisnya dimulai saat berdagang candu yang dijalankannya sejak 1886. Setelah ayahnya meninggal pada 1900, semua bisnis keluarga dilanjutkan oleh Oei Tiong Ham.

Bersama kepemimpinannya, bisnis Kian Gwan terus berkembang pesat. Saat itu, beberapa usaha yang dijalankannya diantaranya adalah perdagangan gula, karet, lada, tepung tapioka, buah jarak, minyak sereh, dan lain sebagainya.

Salah satu strategi yang dilakukan Oei Tiong Ham dalam bisnisnya adalah dengan mengirim beberapa pegawainya ke pabrik-pabrik Eropa.

Adapun tujuannya agar mereka bisa belajar cara menjalankan sekaligus memperbaiki mesin dan metode produksi yang baru.

Strategi jenius ini membuah hasil yang cukup optimal. Pada akhirnya, pabrik gula Kian Gwan berhasil menjadi pabrik modern pertama di Hindia Belanda.

Semenjak saat itu, Oei Tiong Ham mulai dikenal sebagai pebisnis kaya di kawasan Hindia Belanda dan Asia yang sangat dihormati.

Sejumlah surat kabar seperti Nieuws van den Dag di Batavia, Soerabaiasch Handelsblad, De Locomotief di Semarang, hingga Java Bode pernah mencatatkan Oei Tiong Ham sebagai The Richest Man between Shanghai and Australia.

Saat pemerintah Kolonial Belanda memintanya membayar pajak ganda, Oei Tiong Ham menolaknya dan memilih pergi ke Singapura.

Di sana, dia dikenal sebagai juragan tanah, karena memiliki lahan hampir mencapai seperempat luas wilayah Singapura sendiri.

Selama kehidupannya di Singapura, dia sempat mendirikan Bank Vereeniging Oei Tiong Ham. Pasca perang dunia pertama berakhir, modal yang terhitung dari lima pabrik gulanya diperkirakan mencapai 40 juta gulden.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More