Mantan Kanselir Austria: Kejar Solusi Damai, Kalah Bukanlah Pilihan bagi Putin
Senin, 17 Oktober 2022 - 15:11 WIB
WINA - Mantan Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan para pemimpin Uni Eropa (UE) harus mengejar “solusi damai” untuk konflik di Ukraina, karena “kalah bukanlah pilihan” bagi Rusia.
Pernyataan itu diungkapkannya pada surat kabar Jerman Bild am Sontag.
“Semua orang berhak menginginkan kemenangan untuk Ukraina, tapi kalah bukanlah pilihan bagi (Presiden Rusia Vladimir) Putin,” ujar dia.
Kurz, yang mengundurkan diri tahun lalu di tengah tuduhan korupsi yang dia tegaskan bermotif politik, berpendapat, “Dalam menghadapi ancaman nuklir, UE harus terus maju dengan jalur negosiasi.”
"Saat ini, yang paling penting adalah mengakhiri pertumpahan darah dan mencapai solusi damai di meja perundingan untuk mencegah eskalasi total di benua kita," papar dia.
Kurz bukan satu-satunya tokoh publik yang menyebut "ancaman nuklir" Rusia. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan awal bulan ini tentang "ancaman langsung armagedon nuklir” dari Rusia.
Adapun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengancam Rusia dengan "konsekuensi yang mengerikan" jika menggunakan senjata atom di Ukraina.
Ketika Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menyerukan serangan pendahuluan ke Rusia, kepala diplomat Uni Eropa Josep Borrell menyatakan pada Kamis bahwa pasukan Moskow akan "dimusnahkan" jika Rusia menyerang lebih dulu.
Putin tidak mengancam Ukraina dengan serangan nuklir, dan dalam pernyataan publiknya telah menegaskan doktrin nuklir Rusia: bahwa Rusia akan mempertahankan diri dengan “semua cara yang tersedia” jika keberadaan Federasi Rusia terancam.
Dalam pidato bulan lalu, Putin membingkai konflik di Ukraina sebagai perjuangan eksistensial antara Rusia dan Barat yang “totaliter” yang bertekad melemahkan dan merendahkannya.
Dalam pernyataan terpisah, Putin menggambarkan pasukan Rusia memerangi “seluruh mesin militer Barat” di Ukraina.
Secara umum, para pemimpin Barat telah mendukung gagasan konflik yang berakhir dengan penyelesaian yang dinegosiasikan, tetapi menekankan Ukraina harus diizinkan mendikte persyaratan kesepakatan damai apa pun.
Sampai saat itu, AS, G7, dan UE semuanya telah bersumpah mempersenjatai Ukraina "selama yang diperlukan" bagi Kiev untuk mencapai tujuannya, yang mencakup perebutan wilayah Ukraina yang sekarang tergabung dalam Federasi Rusia.
Pernyataan itu diungkapkannya pada surat kabar Jerman Bild am Sontag.
“Semua orang berhak menginginkan kemenangan untuk Ukraina, tapi kalah bukanlah pilihan bagi (Presiden Rusia Vladimir) Putin,” ujar dia.
Kurz, yang mengundurkan diri tahun lalu di tengah tuduhan korupsi yang dia tegaskan bermotif politik, berpendapat, “Dalam menghadapi ancaman nuklir, UE harus terus maju dengan jalur negosiasi.”
"Saat ini, yang paling penting adalah mengakhiri pertumpahan darah dan mencapai solusi damai di meja perundingan untuk mencegah eskalasi total di benua kita," papar dia.
Kurz bukan satu-satunya tokoh publik yang menyebut "ancaman nuklir" Rusia. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan awal bulan ini tentang "ancaman langsung armagedon nuklir” dari Rusia.
Adapun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengancam Rusia dengan "konsekuensi yang mengerikan" jika menggunakan senjata atom di Ukraina.
Ketika Presiden Ukraina Vladimir Zelensky menyerukan serangan pendahuluan ke Rusia, kepala diplomat Uni Eropa Josep Borrell menyatakan pada Kamis bahwa pasukan Moskow akan "dimusnahkan" jika Rusia menyerang lebih dulu.
Putin tidak mengancam Ukraina dengan serangan nuklir, dan dalam pernyataan publiknya telah menegaskan doktrin nuklir Rusia: bahwa Rusia akan mempertahankan diri dengan “semua cara yang tersedia” jika keberadaan Federasi Rusia terancam.
Dalam pidato bulan lalu, Putin membingkai konflik di Ukraina sebagai perjuangan eksistensial antara Rusia dan Barat yang “totaliter” yang bertekad melemahkan dan merendahkannya.
Dalam pernyataan terpisah, Putin menggambarkan pasukan Rusia memerangi “seluruh mesin militer Barat” di Ukraina.
Secara umum, para pemimpin Barat telah mendukung gagasan konflik yang berakhir dengan penyelesaian yang dinegosiasikan, tetapi menekankan Ukraina harus diizinkan mendikte persyaratan kesepakatan damai apa pun.
Sampai saat itu, AS, G7, dan UE semuanya telah bersumpah mempersenjatai Ukraina "selama yang diperlukan" bagi Kiev untuk mencapai tujuannya, yang mencakup perebutan wilayah Ukraina yang sekarang tergabung dalam Federasi Rusia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda