Tentara Rusia Dituduh Cabuti Gigi Emas Warga Ukraina, Ini Kata Media Jerman
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 00:01 WIB
Ketika ditanya apakah gigi tersebut berasal dari orang yang sudah meninggal, dokter gigi dengan tegas menolak anggapan tersebut.
“Ya Tuhan, tidak! Mereka milik orang-orang yang telah saya rawat selama ini. Saya cabut gigi ini karena jelek,” ujar dia.
Dokter gigi itu juga curiga tentara Rusia yang mencurinya, entah karena mengira terbuat dari emas, atau untuk mengintimidasi warga setempat.
Meskipun gigi tersebut bukan hasil penyiksaan, penduduk setempat mengklaim pasukan Rusia telah terlibat dalam sejumlah dugaan kekejaman.
Mereka mengatakan tentara telah memukuli beberapa penduduk setempat dan menggunakan mereka sebagai tenaga kerja paksa untuk menggali parit.
Moskow berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Rusia mengirim pasukan ke negara itu pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014.
Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
“Ya Tuhan, tidak! Mereka milik orang-orang yang telah saya rawat selama ini. Saya cabut gigi ini karena jelek,” ujar dia.
Dokter gigi itu juga curiga tentara Rusia yang mencurinya, entah karena mengira terbuat dari emas, atau untuk mengintimidasi warga setempat.
Meskipun gigi tersebut bukan hasil penyiksaan, penduduk setempat mengklaim pasukan Rusia telah terlibat dalam sejumlah dugaan kekejaman.
Mereka mengatakan tentara telah memukuli beberapa penduduk setempat dan menggunakan mereka sebagai tenaga kerja paksa untuk menggali parit.
Moskow berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Rusia mengirim pasukan ke negara itu pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014.
Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda