Wanita China Ini di Balik Rumor Presiden Xi Jinping Dikudeta
Senin, 26 September 2022 - 10:43 WIB
BEIJING - Rumor kudeta militer terhadap Presiden China Xi Jinping telah "mencengkeram" Internet sepanjang Sabtu pekan lalu.
Rumor yang terindikasi tidak terbukti ini bermula dari Jennifer Zeng, jurnalis lepas dan aktivis hak asasi manusia (HAM) asal China. Dia diduga berbasis di New York, Amerika Serikat.
Namun, analisis siber oleh analis intelijen sumber terbuka telah mematahkan rumor tersebut. Hasilnya adalah bahwa pergerakan pasukan China dan pembatalan penerbangan di negara itu tidak benar.
Semuanya dimulai ketika Jennifer Zeng, yang menjadi salah satu di balik munculnya rumor kudeta, men-tweet dalam bahasa Mandarin.
Cerita yang dia sebar mengatakan bahwa mantan Presiden dan Perdana Menteri (PM) telah membujuk Song Ping, mantan anggota Komite Tetap Partai Komunis China, untuk mengambil kendali Biro Pengawal Pusat malam itu sementara Xi ditahan di bandara sekembalinya dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand pada 16 September.
Ada rincian yang menunjukkan sesuatu yang jahat sedang terjadi. Grafik palsu dibuat untuk menunjukkan bahwa penerbangan telah dibatalkan di China; sebuah video ledakan besar menunjukkan ada pertempuran sengit di Beijing dan video pendek lainnya menunjukkan pergerakan pasukan, yang diklaim menuju Zhongnanhai, markas besar Komite Sentral Partai Komunis China.
Analis intelijen sumber terbuka yang dikutip Tribune India dengan cepat mematahkan klaim ini. Visual dari ledakan tersebut berhasil dilacak, yakni visual dari kejadian di Tianjin pada tahun 2015.
Situs web pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa semua normal di langit di atas China dan grafik penerbangan yang disebar sebelumnya adalah palsu.
Video pergerakan pasukan China yang disebar sebagai bagian dari rumor itu juga ditemukan tidak berhubungan.
Analis intelijen sumber terbuka menemukan bahwa sejumlah akun dengan pengikut yang sangat rendah dan tidak ada yang terhubung dengan media asli—dan anehnya beberapa dari Afrika—bertindak sebagai penyebar utama rumor.
Mengingat ketegangan dengan China, beberapa akun Twitter sayap kanan dari India juga me-retweet banyak klaim kudeta.
Pada akhirnya, apa yang banyak dibicarakan itu sepenuhnya tidak terbukti.
Ketidakmunculan Presiden Xi Jinping di depan publik sejak sekembalinya dari KTT SCO di Samarkand kemungkinan besar karena dia menjalani karantina terkait pandemi Covid-19.
Media-media China juga tak satu pun yang melaporkan adanya kudeta militer.
Pakar tentang masalah China, Aadil Brar, mencatat bahwa Xi Jinping kemungkinan dikarantina setelah kembali dari KTT SCO. Itu menjadi alasan yang logis mengapa dia tidak muncul di tengah publik saat ini.
Brar juga membagikan data penerbangan yang menunjukkan tidak ada gangguan penerbangan. Dia lebih lanjut membagikan visual briefing publik oleh pejabat senior China, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal.
Jurnalis Zakka Jacob menyoroti bahwa Xi memiliki kekuasaan institusional yang kuat atas China yang membuat kudeta tidak mungkin terjadi.
"Banyak desas-desus pagi ini tentang kudeta militer di China. Sejauh ini tidak ada yang kredibel. Kudeta militer tidak mungkin terjadi di China karena Tentara Pembebasan Rakyat berada di bawah Komisi Militer Pusat (CMC). Xi, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis mengepalai CMC. Tentara adalah milik partai, bukan pemerintah," kata Jacob dalam tweet-nya, seperti dikutip Hindustan Times, Senin (26/9/2022).
Jurnalis dan penulis Ananth Krishnan juga mengatakan sejauh ini tidak ada bukti kudeta. "Sementara politik China adalah kotak hitam paling hitam, saya tidak menemukan bukti di Beijing hari ini untuk mendukung rumor media sosial mana pun," kata Krishnan di Twitter, mencatat bahwa desas-desus itu telah muncul menjelang pertemuan penting China.
Rumor yang terindikasi tidak terbukti ini bermula dari Jennifer Zeng, jurnalis lepas dan aktivis hak asasi manusia (HAM) asal China. Dia diduga berbasis di New York, Amerika Serikat.
Namun, analisis siber oleh analis intelijen sumber terbuka telah mematahkan rumor tersebut. Hasilnya adalah bahwa pergerakan pasukan China dan pembatalan penerbangan di negara itu tidak benar.
Semuanya dimulai ketika Jennifer Zeng, yang menjadi salah satu di balik munculnya rumor kudeta, men-tweet dalam bahasa Mandarin.
Cerita yang dia sebar mengatakan bahwa mantan Presiden dan Perdana Menteri (PM) telah membujuk Song Ping, mantan anggota Komite Tetap Partai Komunis China, untuk mengambil kendali Biro Pengawal Pusat malam itu sementara Xi ditahan di bandara sekembalinya dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand pada 16 September.
Ada rincian yang menunjukkan sesuatu yang jahat sedang terjadi. Grafik palsu dibuat untuk menunjukkan bahwa penerbangan telah dibatalkan di China; sebuah video ledakan besar menunjukkan ada pertempuran sengit di Beijing dan video pendek lainnya menunjukkan pergerakan pasukan, yang diklaim menuju Zhongnanhai, markas besar Komite Sentral Partai Komunis China.
Analis intelijen sumber terbuka yang dikutip Tribune India dengan cepat mematahkan klaim ini. Visual dari ledakan tersebut berhasil dilacak, yakni visual dari kejadian di Tianjin pada tahun 2015.
Situs web pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa semua normal di langit di atas China dan grafik penerbangan yang disebar sebelumnya adalah palsu.
Video pergerakan pasukan China yang disebar sebagai bagian dari rumor itu juga ditemukan tidak berhubungan.
Analis intelijen sumber terbuka menemukan bahwa sejumlah akun dengan pengikut yang sangat rendah dan tidak ada yang terhubung dengan media asli—dan anehnya beberapa dari Afrika—bertindak sebagai penyebar utama rumor.
Mengingat ketegangan dengan China, beberapa akun Twitter sayap kanan dari India juga me-retweet banyak klaim kudeta.
Pada akhirnya, apa yang banyak dibicarakan itu sepenuhnya tidak terbukti.
Ketidakmunculan Presiden Xi Jinping di depan publik sejak sekembalinya dari KTT SCO di Samarkand kemungkinan besar karena dia menjalani karantina terkait pandemi Covid-19.
Media-media China juga tak satu pun yang melaporkan adanya kudeta militer.
Pakar tentang masalah China, Aadil Brar, mencatat bahwa Xi Jinping kemungkinan dikarantina setelah kembali dari KTT SCO. Itu menjadi alasan yang logis mengapa dia tidak muncul di tengah publik saat ini.
Brar juga membagikan data penerbangan yang menunjukkan tidak ada gangguan penerbangan. Dia lebih lanjut membagikan visual briefing publik oleh pejabat senior China, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal.
Jurnalis Zakka Jacob menyoroti bahwa Xi memiliki kekuasaan institusional yang kuat atas China yang membuat kudeta tidak mungkin terjadi.
"Banyak desas-desus pagi ini tentang kudeta militer di China. Sejauh ini tidak ada yang kredibel. Kudeta militer tidak mungkin terjadi di China karena Tentara Pembebasan Rakyat berada di bawah Komisi Militer Pusat (CMC). Xi, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis mengepalai CMC. Tentara adalah milik partai, bukan pemerintah," kata Jacob dalam tweet-nya, seperti dikutip Hindustan Times, Senin (26/9/2022).
Jurnalis dan penulis Ananth Krishnan juga mengatakan sejauh ini tidak ada bukti kudeta. "Sementara politik China adalah kotak hitam paling hitam, saya tidak menemukan bukti di Beijing hari ini untuk mendukung rumor media sosial mana pun," kata Krishnan di Twitter, mencatat bahwa desas-desus itu telah muncul menjelang pertemuan penting China.
(min)
tulis komentar anda