5 Warisan Dunia UNESCO Semarakkan Malam Budaya Indonesia di Argentina

Sabtu, 24 September 2022 - 22:37 WIB
Tari Saman, satu dari 5 warisan dunia UNESCO dari Indonesia yang ditampilkan dalam acara Malam Budaya Indonesia di Buenos Aires, Argentina. Foto/KBRI Buenos Aires
BUENOS AIRES - Lima warisan dunia UNESCO dari Indonesia; Tari Saman, angklung, gamelan, batik, dan wayang, ditampilkan di "Malam Budaya Indonesia" di Buenos Aires, Argentina.

Pementasan yang berlangsung pada 22 September tersebut berhasil memukau 400 diplomat negara sahabat dan para warga Argentina yang hadir.

Tari Saman merupakan persembahan pembuka di malam itu. Suara lantang "syeikh" dari belakang ruang teater menggema di seluruh sisi ruangan dan mengejutkan para penonton.



Para penari Saman sontak muncul dari belakang kursi penonton dan menuju ke atas panggung untuk menari. Mereka menunjukkan kelihaian gerak tangan mereka dalam berbagai gerakan rumit yang melibatkan koordinasi antar penari.

Dara Danisa Elgul, mahasiswi Argentina yang merupakan salah satu penari Saman merasa senang dapat menjadi bagian dari kelompok tari ini. "Suatu pengalaman yang luar biasa ketika orang memberi tepuk tangan meriah dan menghargai apa yang kita tampilkan," katanya.

Salah satu penonton, Gonzalo Meschengieser, mengaku sangat terpukau dengan tarian ini. Baginya, kekompakan dan kelincahan gerak para penari Saman membuat tarian ini memiliki daya tarik tersendiri.

Bukan itu saja, dia juga menyukai pula pertunjukan angklung yang memainkan lagu Libertango karya maestro musisi Argentina, Astor Piazzola.

Lagu Argentina itu menjadi salah satu lagu yang dimainkan grup angklung Damai bersama diaspora Indonesia dan keluarga besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Buenos Aires.

Libertango dilantunkan bersama dengan lagu tradisional Indonesia lainnya, yaitu Bubuy Bulan, Suara Suling, dan Mojang Priangan. Nuansa musik riang yang menjadi ciri khas angklung membuat suasana di teater menjadi semakin hidup.



Foto/KBRI Buenos Aires

Akan tetapi, yang menjadi suguhan utama di malam itu adalah orkestra gamelan yang dibawakan oleh Sang Bagaskara.

Sang Bagaskara adalah kelompok gamelan yang beranggotakan musisi muda Argentina dan secara rutin menampilkan pertunjukan gamelan di Argentina. Mereka memainkan sejumlah lagu Jawa klasik seperti Kinanti Padang Bulan, Ketawang Puspawama, Gending Talu, dan Bendrong.

Sebagai sahabat Indonesia, Sang Bagaskara turut mempromosikan seni budaya Indonesia ke masyarakat setempat. Mereka sudah mendalami gamelan selama lebih dari satu dekade, sehingga mereka kerap kali diundang untuk mengisi pentas seni, seperti Centro Cultural Kirchner yang merupakan pusat budaya terbesar di Amerika Latin dan Plaza PBB di Buenos Aires.

Tarian Nusantara

Pada "Malam Budaya Indonesia", penonton juga dihibur dengan tarian nusantara lainnya, seperti Panji Semirang (Bali), Cenderawasih (Bali), Jaipongan (Jawa Barat), Merak (Jawa Barat), dan menjadi penutup, Tari Bambangan Cakil (Jawa Tengah).

Tari Bambangan Cakil membius penonton dengan kisah pertikaian seorang ksatria (Bambangan) dengan raksasa (Cakil) dalam epos Mahabharata. Penonton terhenyak saat di adegan akhir, Cakil ditusuk Bambangan dengan kerisnya sendiri, melambangkan kejahatan tak akan pernah melawan kebaikan.

Tim kesenian binaan KBRI Buenos Aires yang bernama Caraka Budaya menjadi penampil utama di malam itu. Caraka Budaya terdiri dari grup gamelan Sang Bagaskara, grup angklung Damai, sanggar Saman Buenos Aires, sanggar tari Saraswati serta diaspora Indonesia dan keluarga besar KBRI.

Selain itu ada pula Vanessa Moreira, salah satu warga Argentina yang pernah mendapat Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Seluruhnya dibesut oleh pembina seni budaya kedutaan, Sisjugo T. Siswojo, yang juga merupakan suami Dubes RI Buenos Aires, Niniek Kun Naryatie.

Resepsi Diplomatik

Malam Budaya Indonesia diselenggarakan dalam rangka merayakan hari ulang tahun ke-77 RI. Teatro Globo kembali dipilih sebagai lokasi Malam Budaya karena tempatnya yang bersejarah. Gedung ini menjadi tempat siaran radio pertama di Argentina tahun 1920.



Foto/KBRI Buenos Aires

Untuk mengenalkan keragaman budaya Indonesia, semua panitia dan penampil seluruhnya mengenakan busana daerah, seperti Riau, Lampung, Betawi, Jawa, Bali, dan Sulawesi.

Ruangan resepsi pun dibuat berbeda. Kain batik dari berbagai daerah di Indonesia dipajang di gawangan atau menjadi aksen di meja.

Wayang Golek dari Jawa Barat, menjadi omamen penting di dinding yang membuat resepsi diplomatik dari Indonesia begitu khas. Nasi tumpeng yang dilengkapi berbagai macam lauk pauk menjadi hidangan favorit para tamu undangan karena cita rasanya yang bervariasi.

Menurut Dubes Niniek, Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan beragam budaya. Oleh karena itu, setiap warga Indonesia mempunyai kewajiban menjaga dan melestarikan kebudayaan, terutama yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Oleh karena itu, KBRI dari tahun ke tahun terus mempromosikan budaya luhur ini sebagai bagian dari budaya global, kepada generasi muda.

Dalam resepsi ini, Dubes Niniek tidak lupa menyampaikan pesan perdamaian dari Indonesia kepada perwakilan negara yang hadir. Saat ekonomi dunia melemah dan stabilitas geopolitik rapuh, Indonesia mengajak semuanya untuk menciptakan paradigma kolaboratif, sebuah paradigma untuk membangun dunia yang damai, adil, dan sejahtera.

Menurut Niniek, Indonesia ingin menginspirasi harapan, menjembatani perbedaan, dan bertekad untuk menjadi bagian dari solusi.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More