Panglima Militer Ukraina Waswas Rusia Gunakan Senjata Nuklir, Bisa Perang Dunia III

Kamis, 08 September 2022 - 08:38 WIB
Panglima Militer Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi khawatir Rusia akan menggunakan senjata nuklir, yang akan memicu Perang Dunia III. Foto/REUTERS
KIEV - Panglima Militer Ukraina Jenderal Valeriy Zaluzhnyi khawatir Rusia akan menggunakan senjata nuklir dalam perangnya saat ini, yang berpotensi memicu konflik dengan kekuatan nuklir lainnya.

Dalam artikel yang ditulis bersama anggota Parlemen Mykhailo Zabrodskyi di Ukrinform, Jenderal Zaluzhnyi memprediksi perang di Ukraina yang dimulai dengan invasi Rusia pada 24 Februari akan berlanjut hingga tahun depan.

Artikel tersebut sejauh ini berisi penilaian paling rinci dari Panglima Militer Ukraina tentang perang hingga saat ini, dan memberikan pesan yang sangat kontras dengan yang diberikan oleh para pejabat tinggi Ukraina.





“Ada ancaman langsung penggunaan, dalam keadaan tertentu, senjata nuklir taktis oleh Angkatan Bersenjata Rusia,” kata Zaluzhnyi.

"Juga tidak mungkin untuk sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan keterlibatan langsung negara-negara terkemuka dunia dalam konflik nuklir 'terbatas', di mana prospek Perang Dunia II sudah terlihat secara langsung," lanjut jenderal tersebut.

Moskow di masa lalu membantah spekulasi potensi penggunaan senjata nuklir atau pun senjata kimia dalam perangnya di Ukraina.

Zaluzhnyi dan Zabrodskyi, dalam artikel tersebut, menulis bahwa Ukraina perlu mencocokkan jangkauan serangan senjata Moskow untuk mengubah gelombang perang.

“Satu-satunya jalan menuju perubahan utama dalam situasi strategis tidak diragukan lagi adalah serangkaian beberapa serangan balik berturut-turut, atau idealnya simultan, oleh Angkatan Bersenjata Ukraina selama kampanye 2023,” tulis mereka, yang dilansir Reuters, Kamis (8/9/2022).

Amerika Serikat telah memasok pemerintah Kiev dengan senjata jarak jauh yang canggih dengan syarat Ukraina tidak akan menggunakannya untuk menjangkau target di wilayah Rusia.

Artikel tersebut berisi pengakuan pertama Ukraina bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang para penulis katakan sebagai serangan roket ke pangkalan udara Rusia di Crimea, termasuk yang merusak pangkalan militer Saky bulan lalu.

Sampai saat ini, Ukraina menolak untuk secara terbuka mengakui keterlibatannya, di mana seorang pejabat senior berbicara dengan syarat anonim mengutip kekhawatiran akan pembalasan Rusia.

“Kita berbicara tentang serangkaian serangan roket yang berhasil terhadap pangkalan udara musuh di Crimea, pertama-tama, lapangan terbang Saky,” bunyi artikel itu, menggunakan bahasa yang tidak menjelaskan apakah itu berarti roket atau rudal yang tidak terarah.

Menurut artikel itu, serangan terhadap pangkalan Saky membuat 10 pesawat tempur Rusia “tidak beroperasi” pada 9 Agustus.

Ukraina tidak diketahui oleh publik memiliki sistem senjata yang beroperasi dengan jangkauan yang cukup untuk menghantam Saky, yang terletak setidaknya 200 kilometer dari garis depan pertempuran.

Nada artikel itu kontras dengan pernyataan yang seringkali optimistis dari pejabat senior Ukraina.

“Lamanya perang sudah diukur dalam beberapa bulan, dan ada banyak alasan untuk percaya bahwa periode waktu ini akan melampaui 2022,” katanya.

Zaluzhnyi dan Zabrodskyi mengakui bahwa Ukraina diposisikan “sangat tidak menguntungkan” di dua garis depan timur, di sekitar kota Bakhmut dan Izyum.

Menurut mereka, senjata yang dipasok asing akan menjadi tulang punggung pertahanan Ukraina tahun depan.

“Pada tahun 2023, basis material perlawanan Ukraina harus tetap menerima bantuan militer yang signifikan dari negara-negara mitra kami,” imbuh mereka.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More