Korea Selatan: China-Rusia Kunci Denuklirisasi Korea Utara

Kamis, 01 September 2022 - 20:49 WIB
Pejabat Korea Selatan menyebut China-Rusia memegang kunci denuklirisasi Korea Utara. Foto/Ilustrasi
SEOUL - Keengganan China dan Rusia untuk memperketat sanksi PBB terhadap Korea Utara (Korut) adalah “tantangan terbesar” yang dihadapi upaya untuk menghilangkan persenjataan nuklir Pyongyang. Hal itu diungkapkan pejabat tinggi Korea Selatan (Korsel), saat Korut tetap siap untuk melakukan uji coba nuklir pertama dalam lima tahun.

China dan Rusia, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan Korut dan terkunci dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat (AS), telah memveto upaya yang dipimpin Washington untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Pyongyang atas uji coba misilnya tahun ini. Hal itu menimbulkan kekhawatiran Korut akan lolos dari hukuman bahkan jika melakukan provokasi yang lebih besar seperti uji coba meledakkan nuklir, yang dilarang oleh resolusi PBB.

“Bahkan jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir tambahan, ada kemungkinan tidak ada sanksi tambahan yang akan diterapkan di Dewan Keamanan PBB karena persaingan strategis AS-China dan ketegangan AS-Rusia atas perang Ukraina,” kata Wakil Menteri Pertahanan Korsel, Shin Beomchul, kepada The Associated Press, Kamis (1/9/2022).

“Saya pikir itu adalah tantangan terbesar (upaya untuk menyelesaikan) masalah nuklir Korea Utara dan rezim anti-proliferasi internasional,” imbuhnya.



Hal itu diungkapkan Shin jelang forum keamanan tahunan yang diselenggarakan Korsel yang berfokus pada kerja sama tentang bagaimana mencapai denuklirisasi Korut dan masalah regional lainnya. Acara yang dihelat pada 6-8 September itu akan menghadirkan para pejabat dan pakar pertahanan senior dari lebih 50 negara.



Shin mengatakan forum Seoul dirancang untuk memperluas kapasitas diplomatik Korsel dalam menghadapi berbagai masalah keamanan regional yang kompleks.

“Sementara faktor krisis geopolitik seperti perang Ukraina dan persaingan strategis AS-China telah berkembang, Korea Utara juga mempercepat pengembangan senjata nuklirnya,” ujarnya.

“Di tengah tantangan keamanan ini, akan berarti bahwa kami akan mengadakan Dialog Pertahanan Seoul untuk melakukan pembicaraan komprehensif tentang perkembangan politik internasional, ancaman nuklir Korea Utara dan perubahan dalam perang internasional dan mencari cara untuk menanggapinya,” jelasnya.

Shin mengatakan pemimpin Korut Kim Jong-un akan kembali ke meja perundingan jika dia dapat memastikan China dan Rusia akan mendukung upaya untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Korut ketika melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik antarbenua yang dilarang.

“Jika kita dapat membuat (Kim) percaya bahwa China dan Rusia akan berhenti mendukung Korea Utara dan membalikkan posisi mereka dan beralih ke sanksi tambahan ketika Korea Utara melakukan uji coba nuklir tambahan dan terus meluncurkan ICBM, saya pikir Korea Utara dapat kembali kapan saja ke pembicaraan,” ucap Shin.



Selanjutnya, dia mengatakan Korsel harus meningkatkan upaya diplomatiknya untuk membujuk China dan Rusia untuk berbicara dengan satu suara dengan negara-negara lain mengenai program nuklir Korea Utara.

Shin mengatakan China “memegang kunci terbesar” untuk denuklirisasi Korut, mengingat ketergantungan ekonomi Pyongyang padanya. Para ahli mengatakan China adalah penyumbang bantuan terbesar Korut dan lebih dari 90% perdagangan Utara melewati China.

Shin mengatakan Korut ingin melakukan uji coba tanpa menerima sanksi internasional untuk mendapatkan status tenaga nuklir. Dia memperingatkan bahwa kurangnya kecaman di Dewan Keamanan PBB akan mendorong Korut untuk percaya bahwa mereka telah selangkah lebih dekat untuk menjadi negara nuklir yang diakui.

Selama beberapa bulan terakhir, pejabat Korsel dan AS mengatakan Korut siap untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh sebagai bagian dari uji coba senjata yang panas tahun ini.

Beberapa pengamat mengatakan Korut bertujuan untuk memperbesar persenjataannya, memenangkan pengakuan dari luar sebagai kekuatan nuklir yang sah dan menyerukan pencabutan sanksi internasional terhadapnya.



(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More