Ulama Fethullah Gulen yang Dimusuhi Erdogan Sampaikan Pesan Ramadhan
Senin, 27 April 2020 - 11:41 WIB
PHILADELPHIA - Ulama terkemuka Fethullah Gulen yang dimusuhi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan masih berada di pengasingan di Amerika Serikat (AS). Dia menyampaikan pesan terkait Ramadhan di tengah pandemi virus corona baru (COVID-19).
Erdogan menuduh Gulen mendalangi upaya kudeta militer Turki tahun 2016. Erdogan sudah lama meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengekstradisi Gulen agar bisa dihukum di Turki. Ulama tersebut sudah berkali-kali membantah tuduhan mendalangi kudeta dan menduga kudeta itu hanya rekayasa rezim Turki.
Dalam pesannya, Gulen mengatakan bulan suci Ramadhan tahun ini berbeda, yang mana masjid-masjid di hampir seluruh dunia ditutup sementara untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Keluarga besar akan tetap terpisah, ketika mereka biasanya berkumpul untuk berbuka puasa dan berbagi makanan buatan sendiri. Dan pusat perbelanjaan, kafe, dan jalan-jalan akan sepi, ketika mereka biasanya menjadi lebih hidup setelah gelap," kata Gulen yang dilansir NBC, Minggu (26/4/2020).
Ramadhan dimulai pada Kamis malam atau Jumat dini hari. Bulan suci ini biasanya ditandai dengan keluarga-keluarga yang berkumpul untuk santap sahur agar fisik kuat menjalankan puasa.
Meski dunia tengah bergulat dengan wabah COVID-19, ritual ibadah Ramadhan tahun ini akan tetap berjalan dengan baik dan khusyuk. Sepanjang bulan suci, sebagian besar dari sekitar 1,8 miliar Muslim di dunia akan berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, menghabiskan waktu dengan mentadabburi Alquran, merefleksikan diri dan larut melantunkan doa-doa agar menjadi lebih dekat dengan Tuhan, dan bersyukur atas berkah yang selama ini diberikan Tuhan.
"Tapi tahun ini, pengecualian yang ditentukan dari puasa yang biasanya untuk anak kecil, musafir, ibu hamil dan siapa saja yang sakit, sekarang akan diperluas untuk mereka yang merasakan gejala COVID-19," kata Gulen.
Pada tahun ini, doa-doa yang dilantunkan umat Islam juga akan mencakup penekanan khusus kepada para pekerja perawatan kesehatan, pekerja darurat medis dan karyawan penting lainnya yang berada di garis depan perjuangan untuk melindungi komunitas.
Menurut Gulen, di mata Tuhan, menyelamatkan hidup manusia dan memberi manfaat bagi umat manusia adalah upaya paling mulia. Alquran, sambung dia, bahkan menyamakan menyelamatkan hidup satu manusia sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia, dan Nabi Muhammad mengatakan bahwa manusia yang terbaik adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.
"Kewajiban kita untuk membantu dan mendukung mereka yang membutuhkan juga memiliki makna tambahan tahun ini ketika tetangga dan masyarakat kita menghadapi ancaman penyakit, kesedihan, kesulitan ekonomi, dan kesepian karena harus melakukan isolasi mandiri," katanya.
Namun, hal yang mungkin paling sulit bagi banyak orang adalah untuk membatasi diri dari hasrat pertemuan di bulan suci Ramadhan yang telah lama dinanti-nantikan umat Islam. Pembatasan itu sebagai langkah pencegahan penyebaran COVID-19 yang diberlakukan pemerintah.
Menurut Gulen, mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut adalah kewajiban kewarganegaraan dan menjadi keharusan tanggung jawab sosial umat Islam untuk menghormati hukum-hukum Tuhan di alam semesta.
"Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW—yang tingkat keyakinan dan kepercayaannya pada Allah SWT tidak terlukiskan—bahkan menyarankan untuk mengarantina sebuah kota jika terjadi wabah penyakit menular," paparnya.
Erdogan menuduh Gulen mendalangi upaya kudeta militer Turki tahun 2016. Erdogan sudah lama meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengekstradisi Gulen agar bisa dihukum di Turki. Ulama tersebut sudah berkali-kali membantah tuduhan mendalangi kudeta dan menduga kudeta itu hanya rekayasa rezim Turki.
Dalam pesannya, Gulen mengatakan bulan suci Ramadhan tahun ini berbeda, yang mana masjid-masjid di hampir seluruh dunia ditutup sementara untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Keluarga besar akan tetap terpisah, ketika mereka biasanya berkumpul untuk berbuka puasa dan berbagi makanan buatan sendiri. Dan pusat perbelanjaan, kafe, dan jalan-jalan akan sepi, ketika mereka biasanya menjadi lebih hidup setelah gelap," kata Gulen yang dilansir NBC, Minggu (26/4/2020).
Ramadhan dimulai pada Kamis malam atau Jumat dini hari. Bulan suci ini biasanya ditandai dengan keluarga-keluarga yang berkumpul untuk santap sahur agar fisik kuat menjalankan puasa.
Meski dunia tengah bergulat dengan wabah COVID-19, ritual ibadah Ramadhan tahun ini akan tetap berjalan dengan baik dan khusyuk. Sepanjang bulan suci, sebagian besar dari sekitar 1,8 miliar Muslim di dunia akan berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, menghabiskan waktu dengan mentadabburi Alquran, merefleksikan diri dan larut melantunkan doa-doa agar menjadi lebih dekat dengan Tuhan, dan bersyukur atas berkah yang selama ini diberikan Tuhan.
"Tapi tahun ini, pengecualian yang ditentukan dari puasa yang biasanya untuk anak kecil, musafir, ibu hamil dan siapa saja yang sakit, sekarang akan diperluas untuk mereka yang merasakan gejala COVID-19," kata Gulen.
Pada tahun ini, doa-doa yang dilantunkan umat Islam juga akan mencakup penekanan khusus kepada para pekerja perawatan kesehatan, pekerja darurat medis dan karyawan penting lainnya yang berada di garis depan perjuangan untuk melindungi komunitas.
Menurut Gulen, di mata Tuhan, menyelamatkan hidup manusia dan memberi manfaat bagi umat manusia adalah upaya paling mulia. Alquran, sambung dia, bahkan menyamakan menyelamatkan hidup satu manusia sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia, dan Nabi Muhammad mengatakan bahwa manusia yang terbaik adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.
"Kewajiban kita untuk membantu dan mendukung mereka yang membutuhkan juga memiliki makna tambahan tahun ini ketika tetangga dan masyarakat kita menghadapi ancaman penyakit, kesedihan, kesulitan ekonomi, dan kesepian karena harus melakukan isolasi mandiri," katanya.
Namun, hal yang mungkin paling sulit bagi banyak orang adalah untuk membatasi diri dari hasrat pertemuan di bulan suci Ramadhan yang telah lama dinanti-nantikan umat Islam. Pembatasan itu sebagai langkah pencegahan penyebaran COVID-19 yang diberlakukan pemerintah.
Menurut Gulen, mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut adalah kewajiban kewarganegaraan dan menjadi keharusan tanggung jawab sosial umat Islam untuk menghormati hukum-hukum Tuhan di alam semesta.
"Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW—yang tingkat keyakinan dan kepercayaannya pada Allah SWT tidak terlukiskan—bahkan menyarankan untuk mengarantina sebuah kota jika terjadi wabah penyakit menular," paparnya.
(min)
tulis komentar anda