Uni Eropa Rancang Misi Besar untuk Ukraina, Ini Rincian Lengkapnya

Selasa, 23 Agustus 2022 - 16:07 WIB
Prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat (berdiri) melatih anggota Garda Nasional Ukraina di Pusat Penjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional dekat desa barat Starychy, Ukraina, 7 Mei 2015. Foto/REUTERS/Roman Baluk
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) sedang mempertimbangkan membuat program besar untuk melatih pasukan Ukraina di negara-negara tetangga.

Rencana itu diungkapkan diplomat top UE Josep Borrell. Para Menteri Pertahanan (menhan) Uni Eropa akan membahas masalah ini selama pertemuan di Praha pada 29 Agustus.

“Saya berharap disetujui,” ujar Borrell di sela-sela forum di Santander, Spanyol, Senin (22/8/2022).



“Tentu saja, itu akan menjadi misi besar,” papar dia, seraya menambahkan, “Program pelatihan harus sampai pada tingkat konflik.”



“Tampaknya masuk akal bahwa perang yang berlangsung lama dan tampaknya akan berlangsung lama membutuhkan upaya tidak hanya dalam hal pasokan materi tetapi juga pelatihan dan bantuan untuk mengorganisir tentara,” ujar dia.

AS dan Inggris sudah melatih tentara Ukraina dalam penggunaan senjata yang dipasok Barat dan juga mengajari mereka taktik pertempuran.

Kantor berita Euractiv mengutip sumber-sumber Uni Eropa yang mengatakan menteri luar negeri (menlu) dan pertahanan Ukraina menulis surat kepada Borrell musim panas lalu untuk meminta program pelatihan, dan blok tersebut sejak itu "membuat beberapa opsi."



Moskow bersikeras bantuan militer Barat ke Ukraina akan menyebabkan lebih banyak korban tetapi tidak akan mengubah arah konflik.

“Kita harus sebut satu sekop satu sekop: UE akan mendirikan pangkalan untuk melatih teroris dan militan Nazi untuk rezim Kiev,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova di media sosial pada Senin, dilansir RT.com.

“Seratus tahun yang lalu, orang-orang Eropa juga tidak segera menyadari seperti apa fasisme itu. Mereka sadar kemudian, tapi sudah terlambat,” papar dia.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More