Biden Tawarkan Perundingan dengan Rusia, Minta China Terlibat

Selasa, 02 Agustus 2022 - 07:54 WIB
Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan saat pertemuan puncak AS-Rusia di Villa La Grange, Jenewa, Swiss, 16 Juni 2021. Foto/REUTERS/Kevin Lamarque
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyatakan kesiapannya merundingkan “kerangka kendali senjata baru” dengan Rusia untuk berpotensi menggantikan New START, atau Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis.

Presiden AS Joe Biden membuat pernyataan itu pada Senin (1/8/2022) dalam pidato menjelang konferensi tinjauan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) kesepuluh.

“Hari ini, pemerintahan saya siap untuk segera menegosiasikan kerangka kontrol senjata baru untuk menggantikan New START ketika berakhir pada 2026. Tetapi negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan itikad baik,” ungkap Biden.

Pada saat yang sama, presiden AS mengklaim, “Moskow telah menghancurkan perdamaian di Eropa dengan operasi militernya yang brutal dan tidak beralasan di Ukraina, yang menjadi serangan terhadap prinsip-prinsip dasar tatanan internasional.”





“Dalam konteks ini, Rusia harus menunjukkan bahwa mereka siap melanjutkan pekerjaan pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat,” ujar dia.

Biden juga meminta Beijing mengambil bagian dalam pembicaraan tentang perlucutan senjata nuklir.

“China juga memiliki tanggung jawab sebagai negara senjata nuklir NPT dan anggota P5 untuk terlibat dalam pembicaraan yang akan mengurangi risiko salah perhitungan dan mengatasi dinamika militer yang tidak stabil. Tidak ada manfaat bagi negara kita, atau bagi dunia, untuk menolak keterlibatan substantif dalam pengendalian senjata dan non-proliferasi nuklir,” ujar dia.



Sementara Moskow telah berulang kali meminta AS memperpanjang kesepakatan tanpa syarat selama lima tahun lagi, Washington melayangkan berbagai proposal tentang amandemennya, yaitu meminta China untuk berpartisipasi.

Penanda New START secara efektif merupakan perjanjian kontrol senjata besar terakhir yang tersisa antara Rusia dan AS.

Perjanjian itu diselamatkan setelah pelantikan Biden pada Januari 2021, tak lama sebelum kesepakatan itu akan berakhir.

Beijing secara konsisten menolak upaya mantan pemerintahan Donald Trump untuk menyeret China ke dalam kerangka kerja dan menolak bergabung dalam pembicaraan tentang perluasan perjanjian AS-Rusia.

China berpendapat bahwa persenjataan nuklirnya terlalu kecil dibandingkan dengan persediaan yang dipelihara AS dan Rusia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More