Tingkatkan Kekuatan Tentaranya, China Kirim Pelatih Bela Diri ke Perbatasan
Senin, 29 Juni 2020 - 12:10 WIB
BEIJING - Pemerintah China mengirimkan 20 pelatih bela diri ke Lembah Tibet untuk melatih pasukannya. Tidak ada penjelasan resmi mengenai hal itu. Tapi, banyak pihak mengaitkan hal tersebut dengan upaya China meningkatkan kekuatan tentaranya setelah bentrokan berdarah dengan pasukan India di perbatasan.
Sesuai dengan kesepakatan pada 1996, baik China dan India tidak diperbolehkan menggunakan senjata api dan bahan peledak di Kawasan perbatasan. China tidak merilis jumlah korban tewas, tetapi India menuding 76 tentara China tewas dalam pertarungan di perbatasan.
Stasiun televisi pemerintah China, CCTV, melaporkan 20 petarung dari Enbo Fight Club yang berbasis di Lhasa, ibu kota Tibe, dikirim menjadi pelatih bela diri bagi tentara di perbatasan. “Lokasi Latihan tersebut berada di lembah yang tinggi di dekat Aksai Chin, yang diklaim oleh China dan India, tetapi dikuasai Beijing,” demikian laporan CCTV. Padahal, Aksai Chin dikenal memiliki cuaca yang ekstrim. (Baca: Vietnam dan Filipina Ingatkan China Kian Agresif Saat Pandemi)
Sebelumnya, China dan India yang keduanya memiliki senjata nuklir terlibat aksi saling menyalahkan setelah pertarungan antar tentara perbatasan di lembah sungai Galwan, Ladakhon, pada 15 Juni lalu. Tidak ada upaya penyelesaikan konflik tersebut. Banyak pihak menyatakan konflik perbatasan kedua negara diperkirakan akan semakin memanas.
Sejumlah pensiunan jenderal China dan pakar pertahanan telah meminta Beijing untuk mempersiapkan segala kemungkinan menghadapi konflik perbatasan dengan India. Mereka justru menyarankan agar Beijing siap menghadapi ekskalasi konflik bersenjata dengan India.
“Kita tidak boleh mengabaikan respons India, tetapi kita tidak boleh membiarkan penjagaan kita melemah,” Qiao Liang, pensiunan mayor jenderal China dan pakar militer, dilansir South China Morning Post. “China harus mengambil inisiatif untuk menghadapi konflik militer yang lebih serius di perbatasan,” katanya. (Baca juga: Covid-19 di Kabupaten Bekasi Menyisakan 10 Kasus)
Qiao mengungkapkan, jika China menghadapi perang harus bergerak cepat dari skala kecil menjadi menengah sehingga bisa mengakibatkan penderitaan bagi musuh. Dia juga memprediksi bahwa kekuatan tempur China lebih kuat dibandingkan negara lain seperti India, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Sedangkan Wan Yunfei, pakar tentara Angkatan Laut China, mengungkpkan Beijing tak perlu memperkuat pasukan di garda depan. Yang penting tidak menjadi tidak terjadi penyusupan. “Kita harus memperkuat pengawasan di perbatasan dan mengawasi pergerakan pasukan India,” katanya.
Kantor berita India melaporkan tentara India telah diizinkan menggunakan senjata api dalam kasus luar biasa di garis perbatasan. Pemerintah India telah meningkatkan anggaran untuk membeli amunisi dan senjata. (Lihat videonya: Lima Rumah warga Terseret Longsor di Palopo)
“Klaim kedaulatan China di Lembah Galwan di Ladakh merupakan hal yang tak bisa diterima,” kata Duta Besar India untuk China, Vikram Misir. Dia meminta China agar bertanggung jawab dan menurunkan ketegangan di Kawasan konflik. “Semuanya adalah tanggung jawab China dalam memandang hubungan China-India dan menentukan arah hubungan kedepannya,” katanya kepada Press Trust of India. (Andika H Mustaqim)
Sesuai dengan kesepakatan pada 1996, baik China dan India tidak diperbolehkan menggunakan senjata api dan bahan peledak di Kawasan perbatasan. China tidak merilis jumlah korban tewas, tetapi India menuding 76 tentara China tewas dalam pertarungan di perbatasan.
Stasiun televisi pemerintah China, CCTV, melaporkan 20 petarung dari Enbo Fight Club yang berbasis di Lhasa, ibu kota Tibe, dikirim menjadi pelatih bela diri bagi tentara di perbatasan. “Lokasi Latihan tersebut berada di lembah yang tinggi di dekat Aksai Chin, yang diklaim oleh China dan India, tetapi dikuasai Beijing,” demikian laporan CCTV. Padahal, Aksai Chin dikenal memiliki cuaca yang ekstrim. (Baca: Vietnam dan Filipina Ingatkan China Kian Agresif Saat Pandemi)
Sebelumnya, China dan India yang keduanya memiliki senjata nuklir terlibat aksi saling menyalahkan setelah pertarungan antar tentara perbatasan di lembah sungai Galwan, Ladakhon, pada 15 Juni lalu. Tidak ada upaya penyelesaikan konflik tersebut. Banyak pihak menyatakan konflik perbatasan kedua negara diperkirakan akan semakin memanas.
Sejumlah pensiunan jenderal China dan pakar pertahanan telah meminta Beijing untuk mempersiapkan segala kemungkinan menghadapi konflik perbatasan dengan India. Mereka justru menyarankan agar Beijing siap menghadapi ekskalasi konflik bersenjata dengan India.
“Kita tidak boleh mengabaikan respons India, tetapi kita tidak boleh membiarkan penjagaan kita melemah,” Qiao Liang, pensiunan mayor jenderal China dan pakar militer, dilansir South China Morning Post. “China harus mengambil inisiatif untuk menghadapi konflik militer yang lebih serius di perbatasan,” katanya. (Baca juga: Covid-19 di Kabupaten Bekasi Menyisakan 10 Kasus)
Qiao mengungkapkan, jika China menghadapi perang harus bergerak cepat dari skala kecil menjadi menengah sehingga bisa mengakibatkan penderitaan bagi musuh. Dia juga memprediksi bahwa kekuatan tempur China lebih kuat dibandingkan negara lain seperti India, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Sedangkan Wan Yunfei, pakar tentara Angkatan Laut China, mengungkpkan Beijing tak perlu memperkuat pasukan di garda depan. Yang penting tidak menjadi tidak terjadi penyusupan. “Kita harus memperkuat pengawasan di perbatasan dan mengawasi pergerakan pasukan India,” katanya.
Kantor berita India melaporkan tentara India telah diizinkan menggunakan senjata api dalam kasus luar biasa di garis perbatasan. Pemerintah India telah meningkatkan anggaran untuk membeli amunisi dan senjata. (Lihat videonya: Lima Rumah warga Terseret Longsor di Palopo)
“Klaim kedaulatan China di Lembah Galwan di Ladakh merupakan hal yang tak bisa diterima,” kata Duta Besar India untuk China, Vikram Misir. Dia meminta China agar bertanggung jawab dan menurunkan ketegangan di Kawasan konflik. “Semuanya adalah tanggung jawab China dalam memandang hubungan China-India dan menentukan arah hubungan kedepannya,” katanya kepada Press Trust of India. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda