Ukraina Ogah Konfliknya Dibandingkan dengan Perang Korea
Selasa, 19 Juli 2022 - 13:06 WIB
KIEV - Ajudan Presiden Ukraina Mikhail Podolyak menyatakan konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina tidak boleh dibandingkan dengan Perang Korea 1950-1953.
Pernyataan pada Senin (18/7/2022) itu sebagai tanggapan atas penilaian yang dibuat mantan Panglima Aliansi Tertinggi NATO di Eropa, James Stavridis.
Pensiunan laksamana Amerika Serikat (AS) itu percaya kedua belah pihak tidak akan memiliki pilihan lain selain membiarkan konflik "membeku" antara empat dan enam bulan.
“Ukraina bukan Korea (Selatan) dan Rusia bukan DRPK,” ujar Podolyak dalam posting Twitter sebagai tanggapan atas penilaian Stavridis, yang dibuat selama wawancara untuk radio WABC yang berbasis di New York selama akhir pekan.
“Konteks dan skala konflik kali ini berbeda,” papar ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky itu.
Dia menambahkan satu-satunya cara untuk mengakhiri "perang" yang sedang berlangsung adalah dengan "mengalahkan" Rusia dan mengizinkan Ukraina "membebaskan wilayah."
“Setiap konflik beku berarti permusuhan akan kembali dalam beberapa tahun dan konflik baru akan lebih berdarah,” ungkap Podolyak memperingatkan.
Pernyataan pada Senin (18/7/2022) itu sebagai tanggapan atas penilaian yang dibuat mantan Panglima Aliansi Tertinggi NATO di Eropa, James Stavridis.
Pensiunan laksamana Amerika Serikat (AS) itu percaya kedua belah pihak tidak akan memiliki pilihan lain selain membiarkan konflik "membeku" antara empat dan enam bulan.
“Ukraina bukan Korea (Selatan) dan Rusia bukan DRPK,” ujar Podolyak dalam posting Twitter sebagai tanggapan atas penilaian Stavridis, yang dibuat selama wawancara untuk radio WABC yang berbasis di New York selama akhir pekan.
“Konteks dan skala konflik kali ini berbeda,” papar ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky itu.
Dia menambahkan satu-satunya cara untuk mengakhiri "perang" yang sedang berlangsung adalah dengan "mengalahkan" Rusia dan mengizinkan Ukraina "membebaskan wilayah."
“Setiap konflik beku berarti permusuhan akan kembali dalam beberapa tahun dan konflik baru akan lebih berdarah,” ungkap Podolyak memperingatkan.
tulis komentar anda