Serbu Istana Kepresidenan Sri Lanka, Ribuan Warga Antre Duduki Kursi Rajapaksa
Senin, 11 Juli 2022 - 07:48 WIB
Rajapaksa (73) melarikan diri dari Istana Kepresidenan pada hari Sabtu menggunakan pintu belakang di bawah perlindungan militer.
Ini terjadi beberapa menit sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menerobos gerbang besi meskipun ada polisi dengan peluru tajam, gas air mata, dan meriam air.
Pada hari Minggu dia bersembunyi di sebuah kapal Angkatan Laut di lepas pantai dan mengatakan dia akan mengundurkan diri pada hari Rabu.
Pada hari Minggu, pengawal presiden bersenjata lengkap masih ada, tetapi kali ini berbaur dengan pengunjung baru dan bahkan berpose untuk selfie dengan mereka yang sekarang mengendalikan koridor kekuasaan baru.
Ada olok-olok ringan saat para keluarga berebut untuk berfoto di depan karya seni mahal atau artefak lain yang masih dipamerkan.
“Jangan rusak lukisan-lukisan ini, ini tidak dilakukan oleh Gotabaya,” demikian tulisan tangan yang dipasang oleh para aktivis universitas di garis depan gerakan kekuatan rakyat yang dikenal sebagai “Aragalaya” atau "Perjuangan".
Tak lama setelah penyerbuan istana, banyak warga yang menyelam ke kolam kepresidenan untuk menenangkan diri, tetapi pada hari Minggu air menjadi keruh dan hanya segelintir yang mau menyelam.
Buddhika Gunatillaka (46) mengendarai sepeda motornya dari pinggiran Colombo untuk mengunjungi gedung megah yang sebagian besar tetap terlarang bagi rakyat jelata.
"Saya menghabiskan bensin yang saya simpan untuk melakukan perjalanan dengan istri saya karena Anda tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi kediaman terpenting di Sri Lanka," kata Gunatillaka kepada AFP yang dilansir Senin (11/7/2022).
Kendati demikian, pengingat menyakitkan dari perjuangan tetap ada.
Ini terjadi beberapa menit sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menerobos gerbang besi meskipun ada polisi dengan peluru tajam, gas air mata, dan meriam air.
Pada hari Minggu dia bersembunyi di sebuah kapal Angkatan Laut di lepas pantai dan mengatakan dia akan mengundurkan diri pada hari Rabu.
Pada hari Minggu, pengawal presiden bersenjata lengkap masih ada, tetapi kali ini berbaur dengan pengunjung baru dan bahkan berpose untuk selfie dengan mereka yang sekarang mengendalikan koridor kekuasaan baru.
Ada olok-olok ringan saat para keluarga berebut untuk berfoto di depan karya seni mahal atau artefak lain yang masih dipamerkan.
“Jangan rusak lukisan-lukisan ini, ini tidak dilakukan oleh Gotabaya,” demikian tulisan tangan yang dipasang oleh para aktivis universitas di garis depan gerakan kekuatan rakyat yang dikenal sebagai “Aragalaya” atau "Perjuangan".
Tak lama setelah penyerbuan istana, banyak warga yang menyelam ke kolam kepresidenan untuk menenangkan diri, tetapi pada hari Minggu air menjadi keruh dan hanya segelintir yang mau menyelam.
Buddhika Gunatillaka (46) mengendarai sepeda motornya dari pinggiran Colombo untuk mengunjungi gedung megah yang sebagian besar tetap terlarang bagi rakyat jelata.
"Saya menghabiskan bensin yang saya simpan untuk melakukan perjalanan dengan istri saya karena Anda tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi kediaman terpenting di Sri Lanka," kata Gunatillaka kepada AFP yang dilansir Senin (11/7/2022).
Kendati demikian, pengingat menyakitkan dari perjuangan tetap ada.
Lihat Juga :
tulis komentar anda