Inilah Alasan Israel Menggali Masjidil Aqsa
Senin, 27 Juni 2022 - 23:55 WIB
JAKARTA - Israel memang dikenal dengan negara yang acap kali berkonflik dengan tetangganya Palestina demi kekuasaan suatu wilayah. Namun banyak yang belum tahu tentang penggalian yang terjadi di Masjidil Aqsa dan tujuan melakukan hal tersebut oleh kaum zionis ini.
Penggalian yang dilakukan Israel memang merupakan ancaman yang kompleks bagi penduduk kota suci "Masjidil Aqsa". Hal ini sempat diperingatkan oleh para ahli di Palestina.
Melansir dari aa.com.tr, Penggalian Israel yang berada di bawah kompleks Masjidil Aqsa ini telah berjalan selama 60 tahun terakhir. Hal ini berlangsung ketika Israel menduduki Yerusalem Timur dimana tempat suci tersebut berada selama perang Israel di tahun 1967.
Israel mencaplok hampir seluruh kota itu pada tahun 1980 dan mengakuisisi sebagai Ibu Kota mereka. Sejak 1967 Negara ini telah melakukan lebih dari 100 penggalian di bawah kota kuno yang diduga menjadi tempat drainase air hujan ini.
Saat ini Israel telah melakukan sebanyak 22 penggalian di Yerusalem dimana empat diantaranya berada di bawah tembok Al Buraq di barat dan lima diantaranya berada di lingkungan Silwan. Kedalaman penggalian ini diperkirakan mencapai 20 meter di bawah tanah.
Pada bulan Juni 2019 peresmian untuk terowongan "Path of the Pilgrims" ini dilakukan dengan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat David Friedman dan utusan Timur Tengah Jason Greenblatt.
Bagi umat Islam sendiri Masjidil Aqsa merupakan salah satu tempat suci selain Mekah dan Madinah. Sementara orang Yahudi menyebut tempat tersebut "Temple Mount" dan mengklaim bahwa situs itu merupakan dua kuil milik yahudi di zaman kuno.
Penggalian ini menyebabkan retakan di bangunan departemen wakaf, dinding selatan dan bagian barat komplek Masjidil Aqsa serta dinding sekolah Al-Ashrafieh yang terletak dalam komplek suci.
Bahkan penduduk Palestina sempat meninggalkan rumah mereka karena takut runtuh. Kejadian ini terjadi di lingkungan Wadi Hilweh.
UNESCO sempat mengecam kegagalan Israel untuk menghentikan penggalian yang terus menerus itu yang dianggap merupakan praktik ilegal di Yerusalem Timur menurut hukum internasional pada Juni 2017.
Israel kala itu menolak mengizinkan akses UNESCO untuk memeriksa tempat tempat di Yerusalem Timur.
Hanna Issa, kepala Komite Tinggi Islam-Kristen di Yerusalem, memperingatkan bahwa Israel ingin mengubah sejarah Yerusalem agar sesuai dengan narasi Yahudi.
Israel seakan ingin memberi tahu Palestina dalam kesepakatan apapun di masa depan bahwa hak atas tanah akan dibagi dan apa yang ada di bawah tanah hanya untuk orang Yahudi. Sehingga mereka sedang membangun kota di bawah tanah.
Pemerintah Israel dimungkinkan hendak mengubah semua hal hal yang ada di Yerusalem dan menghapus semua sejarah Arab dan Islam di kota tersebut. Untuk memberikan Identitas Yahudi yang kuat di kota itu.
Tentunya Yerusalem masih memungkinkan menjadi penyebab terjadinya perselisihan Timur Tengah. Hal ini dikarenakan warga Palestina yang berharap kota itu menjadi Ibu Kota negara Palestina.
Penggalian yang dilakukan Israel memang merupakan ancaman yang kompleks bagi penduduk kota suci "Masjidil Aqsa". Hal ini sempat diperingatkan oleh para ahli di Palestina.
Melansir dari aa.com.tr, Penggalian Israel yang berada di bawah kompleks Masjidil Aqsa ini telah berjalan selama 60 tahun terakhir. Hal ini berlangsung ketika Israel menduduki Yerusalem Timur dimana tempat suci tersebut berada selama perang Israel di tahun 1967.
Israel mencaplok hampir seluruh kota itu pada tahun 1980 dan mengakuisisi sebagai Ibu Kota mereka. Sejak 1967 Negara ini telah melakukan lebih dari 100 penggalian di bawah kota kuno yang diduga menjadi tempat drainase air hujan ini.
Saat ini Israel telah melakukan sebanyak 22 penggalian di Yerusalem dimana empat diantaranya berada di bawah tembok Al Buraq di barat dan lima diantaranya berada di lingkungan Silwan. Kedalaman penggalian ini diperkirakan mencapai 20 meter di bawah tanah.
Pada bulan Juni 2019 peresmian untuk terowongan "Path of the Pilgrims" ini dilakukan dengan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat David Friedman dan utusan Timur Tengah Jason Greenblatt.
Bagi umat Islam sendiri Masjidil Aqsa merupakan salah satu tempat suci selain Mekah dan Madinah. Sementara orang Yahudi menyebut tempat tersebut "Temple Mount" dan mengklaim bahwa situs itu merupakan dua kuil milik yahudi di zaman kuno.
Penggalian ini menyebabkan retakan di bangunan departemen wakaf, dinding selatan dan bagian barat komplek Masjidil Aqsa serta dinding sekolah Al-Ashrafieh yang terletak dalam komplek suci.
Bahkan penduduk Palestina sempat meninggalkan rumah mereka karena takut runtuh. Kejadian ini terjadi di lingkungan Wadi Hilweh.
UNESCO sempat mengecam kegagalan Israel untuk menghentikan penggalian yang terus menerus itu yang dianggap merupakan praktik ilegal di Yerusalem Timur menurut hukum internasional pada Juni 2017.
Israel kala itu menolak mengizinkan akses UNESCO untuk memeriksa tempat tempat di Yerusalem Timur.
Hanna Issa, kepala Komite Tinggi Islam-Kristen di Yerusalem, memperingatkan bahwa Israel ingin mengubah sejarah Yerusalem agar sesuai dengan narasi Yahudi.
Israel seakan ingin memberi tahu Palestina dalam kesepakatan apapun di masa depan bahwa hak atas tanah akan dibagi dan apa yang ada di bawah tanah hanya untuk orang Yahudi. Sehingga mereka sedang membangun kota di bawah tanah.
Pemerintah Israel dimungkinkan hendak mengubah semua hal hal yang ada di Yerusalem dan menghapus semua sejarah Arab dan Islam di kota tersebut. Untuk memberikan Identitas Yahudi yang kuat di kota itu.
Tentunya Yerusalem masih memungkinkan menjadi penyebab terjadinya perselisihan Timur Tengah. Hal ini dikarenakan warga Palestina yang berharap kota itu menjadi Ibu Kota negara Palestina.
(esn)
tulis komentar anda