Ketika AS Menjauh, China Perkuat Pengaruh di PBB

Minggu, 26 April 2020 - 00:05 WIB
Ilustrasi
WASHINGTON - Ketika Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan penghentian pendanaan pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di saat yang sama, Beijing membangun strategi yang sudah mapan untuk meningkatkan kedudukan globalnya di mana pun AS melepaskan pengaruhnya.

Permainan panjang China tentang pengaruh global sangat jelas di Afrika, di mana 10 tahun yang lalu utang negara-negara Afrika ke negara ekonomi nomor dua dunia itu sangat minim.

Saat ini, seorang pejabat PBB mengatakan, jumlah utangnya mencapai USD 140 miliar, saat Beijing meningkatkan investasi melalui Belt and Road Initiative, proyek infrastruktur global utama Presiden Xi Jinping. Tawaran Beijing telah menempatkannya dalam posisi yang kuat untuk meningkatkan dukungan Afrika pada berbagai masalah dan pada lembaga internasional.



Dipimpin oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus dari Ethiopia, WHO dituduh oleh Washington secara tidak kritis menerima pernyataan awal China bahwa Covid-19 tidak menyebar di antara manusia dan secara salah memuji "transparansi" Beijing atas besarnya krisis.

"Apa yang telah kita lihat selama lebih dari 10 tahun, dan terutama sejak 2012 dengan Xi Jinping, adalah dorongan nyata dari diplomasi China untuk merestrukturisasi pemerintahan global," ujar Alice Ekman, analis senior yang bertanggung jawab atas portofolio Asia di European Union Institute for Security Studies.

"Ini adalah ambisi yang tinggi karena Cina berbicara tentang 'mengujicobakan' restrukturisasi ini," sambungnya, seperti dilansir Japan Today.

Seiring dengan ketersediaannya untuk peningkatan jumlah misi pemeliharaan perdamaian, Beijing telah menjadi kontributor keuangan terbesar kedua bagi PBB, menyalip Jepang. Tetapi, masih jauh di belakang AS.

Jauh dari kegiatan PBB yang diarahkan dari kantor pusatnya di New York, China telah memegang pengaruh keuangan di banyak lembaga organisasi di seluruh dunia, termasuk UNESCO di Paris.

Mundurnya Washington sejak 2019 dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atas dugaan bias terhadap Israel, terjadi ketika China meningkatkan pengaruhnya untuk menjadi kontributor wajib terbesar badan tersebut. Beijing memiliki kehadiran yang kuat dalam program-program untuk pendidikan wanita dan anak perempuan, dan pejabat tertinggi kedua di UNESCO, Xing Qu, adalah orang China.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More