Sosok Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris yang Rugikan Palestina Lewat Deklarasi Balfour

Jum'at, 10 Juni 2022 - 11:32 WIB
Negarawan Inggris Arthur James Balfour. Foto/britannica
LONDON - Arthur James Balfour merupakan seorang negarawan Inggris yang lahir pada 25 Juli 1848 di Skotlandia.

Selama 50 tahun, ia berhasil mempertahankan kekuasaan di Partai Konservatif Inggris. Melansir Britannica, Balfour menduduki posisi sebagai Perdana Menteri Inggris selama 3 tahun, yakni dari tahun 1902 hingga 1905.

Selanjutnya, Balfour dipercaya sebagai Menteri Luar Negeri Inggris periode 1916 sampai 1919.



Kesuksesannya sebagai tokoh penting Inggris tak lepas dari latar belakang keluarga Balfour yang sangat intelektual, aristokrat, dan bergelimang harta.



Karena lahir dari keluarga bangsawan, ia dengan mudah mendapat akses pendidikan terbaik, sehingga kecerdasannya bisa terasah dengan tepat.



Balfour mengenyam pendidikan di beberapa sekolah serta kampus bergengsi, seperti Eton College, Trinity College, dan Universitas Cambridge.



Usai lulus kuliah, Balfour langsung terjun ke parlemen dan mewakili Hertford.

Selama menjadi Menteri Luar Negeri, Balfour membuat gebrakan dengan melakukan deklarasi atas namanya.

Deklarasi Balfour lantas menjadi cikal bakal pertikaian antara Israel dan Palestina sampai hari ini.

Dalam jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah berjudul "Deklarasi Balfour: Awal Mula Konflik Israel Palestina", deklarasi ini diresmikan pada 2 November 1917 yang secara garis besar berisi Balfour mewakili pemerintah Inggris mendukung zionis (Israel) untuk mendirikan tanah air bagi orang-orang Yahudi di wilayah Palestina.

Di samping itu, pemerintah Inggris juga akan membantu Israel mencapai usaha tersebut. Deklarasi ini tentunya sangat merugikan Palestina.

Deklarasi Balfour ini diawali dengan adanya permintaan seorang Yahudi dari Inggris bernama Chaim Weizmann.

Ia dianggap berjasa lantaran berhasil membuat formula senjata dan membantu Inggris memenangkan peperangan.

Weizmann juga diganjar penghargaan dan hadiah dari David Lloyd George, Perdana Menteri Inggris.

Wiezmann meminta adanya wilayah yang dikhususkan untuk umat Yahudi. Semula George memberikan wilayah Uganda di Afrika yang bisa dijadikan rumah untuk Yahudi.

Namun, Weizmann menolak dan justru menuntut wilayah Palestina untuk menjadi milik Yahudi.

Selama hidupnya, Balfour dipandang sebagai tokoh yang amat cerdas dan memiliki sifat lemah lembut.

Namun, ia juga bisa berubah menjadi sosok galak dan tegas jika ada hal yang menurutnya tak sesuai. Balfour meninggal dunia pada 19 Maret 1930 karena gangguan sistem peredaran darah.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More