Kampanye Trump di Oklahoma Dikacaukan Pengguna TikTok dan K-Pop
Selasa, 23 Juni 2020 - 11:09 WIB
WASHINGTON - Para pengguna TikTok dan K-Pop ikut mengacaukan kampanye yang dihadiri Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Tulsa, Oklahoma, Sabtu lalu. Para pengguna media sosial itu melakukan regristasi online gratis, tetapi mereka justru tidak hadir saat kampanye.
Menjelang kampanye digelar, manajer kampanye Trump, Brad Parscale mengungkapkan, lebih dari satu juta orang ikut mendaftar pada kampanye itu. Tapi, BOK Center yang memiliki 19.000 kursi ternyata masih banyak yang kosong. Departemen Pemadam Kebakaran Tulsa menyebutkan hanya ada 6.200 orang menghadiri kampanye tersebut.
CNN melaporkan video TikTok yang diunggal Mary Jo Laupp, dengan tagar #TikTokGrandma, mengklaim ikut regristasi kampanye Trump, tetapi tidak menghadirinya. Laupp memuji hal itu dan mengatakan kepada orang-orang muda yang belum cukup umur untuk memilih. “Ingat bahwa Anda memiliki dampak karena telah melakukan satu hal dan berbagi informasi,” katanya. (Baca: Media Australia Sebut Indonesia Akan Jadi Hotspot Covid-19 Dunia)
Kemudian dua penggemar K-Pop yang berbicara kepada Reuters mengatakan, mereka juga ikut mendaftar, tetapi tidak menggunakan nama asli. Langkah itu sebagai bentuk protes terhadap Trump. “Saya pikir itu langkah TikTokers dan penggemar K-Pop yang tidak suka dengan Trump,” kata Em, 17, asal Kansas.
Namun, tim kampanye Presiden Donald Trump membantah klaim bahwa pengguna TikTok dan penggemar K-Pop telah menyebabkan angka kehadiran kampanye yang rendah. Direktur kampanye tim mengatakan, “permintaan tiket palsu tidak pernah menjadi faktor pertimbangan kami karena tiket ke kampanye itu diberikan pada siapa pun yang mendaftar lebih dahulu.”
Parscale menyalahkan media dan pengunjuk rasa karena menghalangi orang-orang untuk hadir. “Kaum Kiri dan online troll (orang-orang yang menyerang melalui internet) melakukan perayaan kemenangan, (mereka) berpikir, entah bagaimana, telah memengaruhi kehadiran pada acara kampanye, (tetapi) tidak tahu apa yang mereka bicarakan atau bagaimana kampanye kami,” ujar Parscale. (Lihat videonya: Mengejutkan, Pulau Malambar di Mamuju Dijual Seharga Rp2 Miliar)
Mantan ahli strategi Partai Republik dan kritikus Trump, Steve Schmidt mengatakan, sejumlah remaja di berbagai wilayah di AS telah memesan tiket tanpa bermaksud hadir dalam acaranya. Putrinya yang berusia 16 tahun dan teman-temannya telah memesan ‘ratusan’ tiket.
Alexandria Ocasio-Cortez, tokoh progresif dari Partai Demokrat, memuji anak-anak muda dan penggemar K-Pop tersebut karena telah “membanjiri kampanye Trump dengan pemesanan tiket palsu”.
Dalam pidato pembukaannya, Trump mengatakan, ada ‘orang-orang yang sangat jahat di luar, mereka melakukan hal-hal buruk’, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Tuduhan Trump itu mengarah pada aktivis Black Lives Matter yang berkumpul di luar gedung kampanye itu sebelum kampanye dimulai. (Baca juga: Jerman Tangkap Dokter Asal Suriah, Diduga Terlibat Penyiksaan Tahanan)
Mengenai virus korona, Trump mengatakan, dia telah mendorong para pejabat untuk memperlambat pengujian karena hal itu menyebabkan ‘lebih banyak kasus yang ditemukan’. Dia menggambarkan tes Covid-19 sebagai ‘pedang bermata dua’. Anehnya, mereka yang menghadiri rapat umum harus menandatangani surat pernyataan yang melindungi kampanye Trump dari tanggung jawab atas penyakit apa pun. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
Menjelang kampanye digelar, manajer kampanye Trump, Brad Parscale mengungkapkan, lebih dari satu juta orang ikut mendaftar pada kampanye itu. Tapi, BOK Center yang memiliki 19.000 kursi ternyata masih banyak yang kosong. Departemen Pemadam Kebakaran Tulsa menyebutkan hanya ada 6.200 orang menghadiri kampanye tersebut.
CNN melaporkan video TikTok yang diunggal Mary Jo Laupp, dengan tagar #TikTokGrandma, mengklaim ikut regristasi kampanye Trump, tetapi tidak menghadirinya. Laupp memuji hal itu dan mengatakan kepada orang-orang muda yang belum cukup umur untuk memilih. “Ingat bahwa Anda memiliki dampak karena telah melakukan satu hal dan berbagi informasi,” katanya. (Baca: Media Australia Sebut Indonesia Akan Jadi Hotspot Covid-19 Dunia)
Kemudian dua penggemar K-Pop yang berbicara kepada Reuters mengatakan, mereka juga ikut mendaftar, tetapi tidak menggunakan nama asli. Langkah itu sebagai bentuk protes terhadap Trump. “Saya pikir itu langkah TikTokers dan penggemar K-Pop yang tidak suka dengan Trump,” kata Em, 17, asal Kansas.
Namun, tim kampanye Presiden Donald Trump membantah klaim bahwa pengguna TikTok dan penggemar K-Pop telah menyebabkan angka kehadiran kampanye yang rendah. Direktur kampanye tim mengatakan, “permintaan tiket palsu tidak pernah menjadi faktor pertimbangan kami karena tiket ke kampanye itu diberikan pada siapa pun yang mendaftar lebih dahulu.”
Parscale menyalahkan media dan pengunjuk rasa karena menghalangi orang-orang untuk hadir. “Kaum Kiri dan online troll (orang-orang yang menyerang melalui internet) melakukan perayaan kemenangan, (mereka) berpikir, entah bagaimana, telah memengaruhi kehadiran pada acara kampanye, (tetapi) tidak tahu apa yang mereka bicarakan atau bagaimana kampanye kami,” ujar Parscale. (Lihat videonya: Mengejutkan, Pulau Malambar di Mamuju Dijual Seharga Rp2 Miliar)
Mantan ahli strategi Partai Republik dan kritikus Trump, Steve Schmidt mengatakan, sejumlah remaja di berbagai wilayah di AS telah memesan tiket tanpa bermaksud hadir dalam acaranya. Putrinya yang berusia 16 tahun dan teman-temannya telah memesan ‘ratusan’ tiket.
Alexandria Ocasio-Cortez, tokoh progresif dari Partai Demokrat, memuji anak-anak muda dan penggemar K-Pop tersebut karena telah “membanjiri kampanye Trump dengan pemesanan tiket palsu”.
Dalam pidato pembukaannya, Trump mengatakan, ada ‘orang-orang yang sangat jahat di luar, mereka melakukan hal-hal buruk’, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Tuduhan Trump itu mengarah pada aktivis Black Lives Matter yang berkumpul di luar gedung kampanye itu sebelum kampanye dimulai. (Baca juga: Jerman Tangkap Dokter Asal Suriah, Diduga Terlibat Penyiksaan Tahanan)
Mengenai virus korona, Trump mengatakan, dia telah mendorong para pejabat untuk memperlambat pengujian karena hal itu menyebabkan ‘lebih banyak kasus yang ditemukan’. Dia menggambarkan tes Covid-19 sebagai ‘pedang bermata dua’. Anehnya, mereka yang menghadiri rapat umum harus menandatangani surat pernyataan yang melindungi kampanye Trump dari tanggung jawab atas penyakit apa pun. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Siapa John Ratcliffe? Calon Direktur CIA Pilihan Trump yang Agresif terhadap China dan Iran
(ysw)
tulis komentar anda