TV Rusia: Invasi Ukraina Hanya Latihan untuk Perang Dunia
Sabtu, 21 Mei 2022 - 17:59 WIB
MOSKOW - Seorang analis televisi pemerintah Rusia menggambarkan invasi ke Ukraina sebagai latihan belaka untuk Perang Dunia yang jauh lebih besar.
Profesor Alexei Fenenko, seorang peneliti terkemuka di Institut Studi Keamanan Internasional, menyinggung bahwa konflik di masa depan ini mungkin melawan NATO .
Berbicara pada panel diskusi di jaringan telvisi Russia-1 minggu ini, Fenenko menggunakan istilah "perang" dan memberikan kesan lebih banyak lagi yang akan datang.
Untuk diketahui, Kremlin belum secara resmi menggambarkan konflik di Ukraina sebagai perang, alih-alih berpegang pada garis "operasi militer khusus" mereka yang digunakan oleh Vladimir Putin ketika ia mengumumkan invasi pada 24 Februari.
"Bagi kami, perang di Ukraina adalah latihan. Latihan untuk kemungkinan konflik yang lebih besar di masa depan," ujarnya.
“Kami akan menguji dan membandingkan senjata NATO dengan senjata kami sendiri, kami akan mencari tahu di medan perang seberapa kuat senjata kami dibandingkan senjata mereka," imbuhnya.
"Ini mungkin menjadi pengalaman belajar untuk konflik di masa depan," katanya seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (21/5/2022).
Jika ternyata komentar Fenenko mendapat sanksi dari atas, itu akan mewakili perubahan signifikan dalam pendekatan dari Kremlin.
Bereaksi di Twitter, pensiunan jenderal Amerika Serikat (AS) Barry R McCaffery menggambarkan pernyataan Fenenko sebagai "mencengangkan" mengingat seberapa kuat NATO dibandingkan dengan Rusia.
"Kekuatan militer ekonomi dan konvensional NATO/UE berkali-kali lipat dari Rusia," katanya.
“Latihan untuk perang dengan NATO melawan musuh yang jauh lebih kecil di Ukraina akan sangat buruk bagi Rusia," sambungnya.
"Eskalasi agresi Rusia terhadap negara-negara NATO lainnya akan benar-benar tidak logis," ujarnya.
Komentar Fenenko muncul setelah Swedia dan Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan NATO.
Putin mengatakan pada hari Senin bahwa perluasan infrastruktur militer aliansi ke kedua negara akan memaksa Moskow untuk bereaksi. Ini terjadi setelah Rusia mengklaim bahwa mereka telah "benar-benar membebaskan" pabrik baja Azovstal di Mariupol dari Ukraina.
Rusia sebelumnya mengatakan hampir 1.000 tentara Ukraina meninggalkan pabrik baja Azovstal awal pekan ini, mengakhiri pengepungan yang membuat sekitar 20.000 tentara Rusia terikat selama lebih dari 80 hari.
Sekarang, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa situs yang penting secara strategis "telah sepenuhnya dibebaskan."
"Wilayah pabrik metalurgi Azovstal di Mariupol, di mana sejak 21 April kelompok militan Ukraina dari formasi Azov Nazi telah diblokir, telah sepenuhnya dibebaskan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Kantor berita Rusia, Ria, telah menyatakan bahwa fasilitas bawah tanah pabrik berada di bawah kendali pasukan Rusia.
Tawanan Ukraina yang dikumpulkan awal pekan ini dibawa ke penjara koloni Rusia, ada kekhawatiran bahwa mereka dapat diadili sebagai "penjahat perang Nazi."
Profesor Alexei Fenenko, seorang peneliti terkemuka di Institut Studi Keamanan Internasional, menyinggung bahwa konflik di masa depan ini mungkin melawan NATO .
Berbicara pada panel diskusi di jaringan telvisi Russia-1 minggu ini, Fenenko menggunakan istilah "perang" dan memberikan kesan lebih banyak lagi yang akan datang.
Untuk diketahui, Kremlin belum secara resmi menggambarkan konflik di Ukraina sebagai perang, alih-alih berpegang pada garis "operasi militer khusus" mereka yang digunakan oleh Vladimir Putin ketika ia mengumumkan invasi pada 24 Februari.
"Bagi kami, perang di Ukraina adalah latihan. Latihan untuk kemungkinan konflik yang lebih besar di masa depan," ujarnya.
Baca Juga
“Kami akan menguji dan membandingkan senjata NATO dengan senjata kami sendiri, kami akan mencari tahu di medan perang seberapa kuat senjata kami dibandingkan senjata mereka," imbuhnya.
"Ini mungkin menjadi pengalaman belajar untuk konflik di masa depan," katanya seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (21/5/2022).
Jika ternyata komentar Fenenko mendapat sanksi dari atas, itu akan mewakili perubahan signifikan dalam pendekatan dari Kremlin.
Bereaksi di Twitter, pensiunan jenderal Amerika Serikat (AS) Barry R McCaffery menggambarkan pernyataan Fenenko sebagai "mencengangkan" mengingat seberapa kuat NATO dibandingkan dengan Rusia.
"Kekuatan militer ekonomi dan konvensional NATO/UE berkali-kali lipat dari Rusia," katanya.
“Latihan untuk perang dengan NATO melawan musuh yang jauh lebih kecil di Ukraina akan sangat buruk bagi Rusia," sambungnya.
"Eskalasi agresi Rusia terhadap negara-negara NATO lainnya akan benar-benar tidak logis," ujarnya.
Komentar Fenenko muncul setelah Swedia dan Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan NATO.
Putin mengatakan pada hari Senin bahwa perluasan infrastruktur militer aliansi ke kedua negara akan memaksa Moskow untuk bereaksi. Ini terjadi setelah Rusia mengklaim bahwa mereka telah "benar-benar membebaskan" pabrik baja Azovstal di Mariupol dari Ukraina.
Rusia sebelumnya mengatakan hampir 1.000 tentara Ukraina meninggalkan pabrik baja Azovstal awal pekan ini, mengakhiri pengepungan yang membuat sekitar 20.000 tentara Rusia terikat selama lebih dari 80 hari.
Sekarang, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa situs yang penting secara strategis "telah sepenuhnya dibebaskan."
"Wilayah pabrik metalurgi Azovstal di Mariupol, di mana sejak 21 April kelompok militan Ukraina dari formasi Azov Nazi telah diblokir, telah sepenuhnya dibebaskan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Kantor berita Rusia, Ria, telah menyatakan bahwa fasilitas bawah tanah pabrik berada di bawah kendali pasukan Rusia.
Tawanan Ukraina yang dikumpulkan awal pekan ini dibawa ke penjara koloni Rusia, ada kekhawatiran bahwa mereka dapat diadili sebagai "penjahat perang Nazi."
(ian)
tulis komentar anda