Meteor Antarbintang Hantam Bumi untuk Pertama Kalinya, Lokasinya Tetangga Indonesia
Sabtu, 16 April 2022 - 00:55 WIB
WASHINGTON - Dokumen rahasia Amerika Serikat (AS) mengungkap bahwa meteor antarbintang untuk pertama kalinya menghantam Bumi. Itu terjadi tahun 2014 di lepas pantai Papua Nugini, tetangga timur Indonesia .
Objek langit, yang awalnya dilaporkan sebagai bola api yang menyala-nyala, itu terlihat di atas Samudra Pasifik barat daya di Papua Nugini pada 2014. Dokumen rahasia Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (USSC) mengonfirmasi bahwa itu meteor antarbintang.
Faktanya, itu adalah meteor antarbintang pertama yang terdeteksi di tata surya kita.
Batu langit hanya berukuran lebar 1,5 kaki (kurang dari setengah meter) dan meluncur menuju Bumi dengan kecepatan luar biasa 209.214 km per jam.
Kecepatan seperti itu tidak pernah terdengar untuk meteor di tata surya kita.
Diperkirakan beberapa puing darinya mungkin telah mendarat di Samudra Pasifik Selatan juga.
Pakar luar angkasa Harvard, Amir Siraj dan Avi Loeb, membuat panggilan itu bertahun-tahun yang lalu—tetapi penelitian mereka terjebak dalam birokrasi saat para pejabat menyelidiki.
Mereka mengatakan pada tahun 2019 bahwa itu mungkin datang dari bagian dalam sistem planet atau bintang di piringan tebal galaksi Bima Sakti.
Objek langit, yang awalnya dilaporkan sebagai bola api yang menyala-nyala, itu terlihat di atas Samudra Pasifik barat daya di Papua Nugini pada 2014. Dokumen rahasia Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (USSC) mengonfirmasi bahwa itu meteor antarbintang.
Faktanya, itu adalah meteor antarbintang pertama yang terdeteksi di tata surya kita.
Batu langit hanya berukuran lebar 1,5 kaki (kurang dari setengah meter) dan meluncur menuju Bumi dengan kecepatan luar biasa 209.214 km per jam.
Kecepatan seperti itu tidak pernah terdengar untuk meteor di tata surya kita.
Diperkirakan beberapa puing darinya mungkin telah mendarat di Samudra Pasifik Selatan juga.
Pakar luar angkasa Harvard, Amir Siraj dan Avi Loeb, membuat panggilan itu bertahun-tahun yang lalu—tetapi penelitian mereka terjebak dalam birokrasi saat para pejabat menyelidiki.
Mereka mengatakan pada tahun 2019 bahwa itu mungkin datang dari bagian dalam sistem planet atau bintang di piringan tebal galaksi Bima Sakti.
tulis komentar anda