Kondisi Belum Kondusif, Palang Merah Internasional Tak Bisa Masuk Mariupol
Selasa, 05 April 2022 - 01:20 WIB
MARIUPOL - Sebuah tim dari Komite Internasional Palang Merah (ICRC) belum dapat mencapai kota Mariupol yang terkepung pada Senin (4/4/2022) untuk mengevakuasi warga sipil. Kondisi keamanan yang belum kondusif menjadi penyebabnya.
"Karena kondisi keamanan, tim kami belum dapat mencapai Mariupol hari ini," kata juru bicara Jason Straziuso dalam komentar email kepada Reuters.
Upaya itu adalah yang keempat dalam beberapa hari untuk mencapai kota, yang telah dikepung sejak invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu.
Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk menuduh pasukan Rusia menghalangi upaya evakuasi Palang Merah dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Senin.
Straziuso menolak mengomentari tuduhan tersebut. "Kami masih berusaha (untuk sampai ke Mariupol)," tambahnya. Organisasi itu menarik timnya, termasuk anggota staf dengan anak kecil dari Mariupol pada pertengahan Maret setelah mereka kehabisan bantuan.
Sementara itu, Rusia menuduh pihak Ukraina menggagalkan operasi kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dan warga negara asing dari Mariupol. Hal itu diungkapkan Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.
"Operasi kemanusiaan yang terorganisir dengan baik untuk menyelamatkan warga sipil dan orang asing dari Mariupol secara sinis dihancurkan oleh pihak Ukraina, dengan bagian dari rute evakuasi di dekat Mariupol mendapat serangan intensif dari unit tentara Ukraina dan batalyon nasionalis, yang menggunakan mortir dan senjata berat," jelas Mizintsev, seperti dikutip dari TASS.
Menurutnya, akibat sikap Ukraina itu, konvoi kemanusiaan yang didampingi oleh perwakilan Komite Internasional Palang Merah harus menunggu selama dua hari untuk penghentian tembakan dan konfirmasi Kiev tentang gencatan senjata di Berdyansk dan Mangush.
Mizintsev memastikan, pihak Rusia menciptakan semua kondisi untuk memastikan evakuasi orang dari Mariupol ke Berdyansk, dari sana mereka dapat mencapai Krimea atau Zaporozhye. "Rusia mendukung inisiatif kemanusiaan yang diajukan oleh para pemimpin Prancis Jerman dan Turki, sementara pejabat Kiev dengan sinis mengabaikannya," tambahnya.
"Karena kondisi keamanan, tim kami belum dapat mencapai Mariupol hari ini," kata juru bicara Jason Straziuso dalam komentar email kepada Reuters.
Upaya itu adalah yang keempat dalam beberapa hari untuk mencapai kota, yang telah dikepung sejak invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu.
Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk menuduh pasukan Rusia menghalangi upaya evakuasi Palang Merah dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Senin.
Straziuso menolak mengomentari tuduhan tersebut. "Kami masih berusaha (untuk sampai ke Mariupol)," tambahnya. Organisasi itu menarik timnya, termasuk anggota staf dengan anak kecil dari Mariupol pada pertengahan Maret setelah mereka kehabisan bantuan.
Baca Juga
Sementara itu, Rusia menuduh pihak Ukraina menggagalkan operasi kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dan warga negara asing dari Mariupol. Hal itu diungkapkan Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.
"Operasi kemanusiaan yang terorganisir dengan baik untuk menyelamatkan warga sipil dan orang asing dari Mariupol secara sinis dihancurkan oleh pihak Ukraina, dengan bagian dari rute evakuasi di dekat Mariupol mendapat serangan intensif dari unit tentara Ukraina dan batalyon nasionalis, yang menggunakan mortir dan senjata berat," jelas Mizintsev, seperti dikutip dari TASS.
Menurutnya, akibat sikap Ukraina itu, konvoi kemanusiaan yang didampingi oleh perwakilan Komite Internasional Palang Merah harus menunggu selama dua hari untuk penghentian tembakan dan konfirmasi Kiev tentang gencatan senjata di Berdyansk dan Mangush.
Mizintsev memastikan, pihak Rusia menciptakan semua kondisi untuk memastikan evakuasi orang dari Mariupol ke Berdyansk, dari sana mereka dapat mencapai Krimea atau Zaporozhye. "Rusia mendukung inisiatif kemanusiaan yang diajukan oleh para pemimpin Prancis Jerman dan Turki, sementara pejabat Kiev dengan sinis mengabaikannya," tambahnya.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda