Arab Saudi Ogah Tanggung Jawab atas Harga Minyak Dunia yang Tinggi

Selasa, 22 Maret 2022 - 15:53 WIB
Fasilitas milik Yanbu Aramco Sinopec Refining Company. Foto/OmerAhmed/NSEnergy
RIYADH - Arab Saudi menyatakan “tidak akan bertanggung jawab” atas lonjakan harga minyak atau kontrak pasokan minyak setelah serangkaian serangan terhadap kilang dan fasilitas energi lainnya oleh Houthi sehari sebelumnya.

Dalam pernyataan pada Senin (21/3/2022), Saudi mengakui serangan itu dapat memiliki "konsekuensi serius" untuk pasar energi yang sudah terhuyung-huyung akibat konflik di Ukraina.

Kerajaan Saudi meminta masyarakat internasional menentang Houthi demi menjaga pasokan minyak dunia.

“Kerajaan menekankan pentingnya komunitas internasional menyadari gravitasi dari perilaku berkelanjutan Iran yang memperlengkapi milisi teroris Houthi dengan teknologi… (untuk) menargetkan lokasi produksi kerajaan,” ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Saudi dilansir RT.com pada Senin (21/3/2022).





Anggota gerakan pemberontak Houthi menyerang fasilitas milik Yanbu Aramco Sinopec Refining Company, perusahaan patungan antara Saudi Aramco dan China Petrochemical Corporation (Sinopec), serta perusahaan energi lainnya dengan serangan pesawat tak berawak dan rudal pada Minggu.



“Serangan itu tidak menyebabkan korban jiwa tetapi mengarah ke pengurangan sementara dalam output minyak,” papar Kementerian Energi Saudi.



Arab Saudi telah berperang melawan Houthi di Yaman sejak 2015. Konflik tersebut telah digambarkan PBB sebagai “krisis kemanusiaan terburuk di dunia,” dan telah mengakibatkan kematian 377.000 orang, lebih dari dua pertiga di bawah usia lima tahun, per data PBB pada akhir 2021.

Ini sering dilihat sebagai perang proksi antara Iran dan Arab Saudi, karena dukungan Iran terhadap Houthi. Namun, Teheran membantah mempersenjatai pemberontak Houthi.

“Serangan seperti yang terjadi pada Minggu mewakili ancaman langsung terhadap keamanan pasokan minyak dalam keadaan yang sangat sensitif yang disaksikan oleh pasar energi global,” ungkap pernyataan Saudi.

Pasar energi global telah merespon dengan kejutan dan volatilitas terhadap konflik di Ukraina, dengan harga gas Amerika Serikat (AS) mencapai rekor bersejarah USD4,33 per galon awal bulan ini, dan menetap di USD4,25 pada Senin, menurut American Automobile Association.

Minyak Mentah Brent saat ini diperdagangkan di sekitar USD112 per barel, turun dari hampir USD140 awal bulan ini tetapi masih sekitar USD15 lebih tinggi dari sebelum pecahnya permusuhan.

Keputusan oleh AS dan Inggris untuk melarang impor energi Rusia juga telah memberikan tekanan luar biasa di pasar global.

Situasi ini diperparah keengganan pemerintah Biden memberikan izin pengeboran di AS dan penolakan mengizinkan penyelesaian pipa Keystone XL.

Terhadap latar belakang ini, AS telah mendesak blok OPEC yang dipimpin Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak, sesuatu yang sejauh ini ditolak OPEC.

“AS, bagaimanapun, baru-baru ini meningkatkan pasokan baterai rudal pencegat ke Arab Saudi untuk melindungi fasilitasnya dari serangan di masa depan,” ujar para pejabat kepada AP.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More