PM Inggris: Putin Sejahat Stalin, Ancaman Senjata Nuklir Taktik Alihkan Perhatian
Sabtu, 19 Maret 2022 - 19:13 WIB
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson menganggap Presiden Rusia Vladimir Putin sama jahatnya dengan diktator Joseph Stalin. Menurutnya, ancaman penggunaan senjata nuklir merupakan taktik Putin untuk mengalihkan perhatian dari invasinya di Ukraina.
Johnson mengatakan misi Putin adalah untuk mengembalikan Uni Soviet yang runtuh dengan kekuasaan imperialis tsar.
"Putin melihat dirinya sebagai penerus bukan hanya dari Stalin tetapi juga dari tsar. Dia melihat dirinya sebagai seseorang dalam tradisi otokrat Rusia yang sangat berkuasa," katanya dalam sebuah program di Sky News, Sabtu (19/3/2022).
“Dia sangat terkejut dan kesal dengan cara Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an dan dia pikir itu adalah penghinaan bagi Rusia."
“Apa yang dia coba lakukan sekarang adalah membangun kembali Uni Soviet sebanyak mungkin," ujarnya.
Johnson kemudian khawatir bahwa Putin menggunakan ancaman senjata nuklir sebagai taktik pengalih perhatian untuk “melarikan diri” dari tanggung jawab atas invasinya di Ukraina.
Negara-negara NATO termasuk Inggris telah menahan diri dari intervensi militer karena khawatir akan memicu perang dunia yang lebih luas.
"Ini adalah perang konvensional oleh Vladimir Putin untuk menaklukkan dan menundukkan, untuk menghancurkan negara yang sama sekali tidak bersalah dan penduduk sipil yang sama sekali tidak bersalah yang tidak melakukan kesalahan apa pun," ujarnya.
“Dan dalam apa yang dia lakukan, saya belum pernah melihat perbedaan yang jelas antara yang baik dan yang jahat. Dia akan mencoba terdengar mengancam ke seluruh dunia tentang apa yang bisa terjadi. Sangat penting bagi kita untuk memperlakukannya sebagai pengalihan perhatian total," paparnya.
“Ini tentang membantu rakyat Ukraina untuk melindungi diri mereka sendiri. Mereka memiliki hak untuk membela diri," imbuh Johnson.
Johnson yakin invasi Putin akan gagal dan bersikeras bahwa pemimpin Rusia secara fatal meremehkan kepahlawanan rakyat Ukraina dan pemimpin mereka Volodymyr Zelensky.
"Dia meremehkan tekad Ukraina untuk bertarung. Dia meremehkan persatuan Barat," imbuh dia.
Johnson mengatakan misi Putin adalah untuk mengembalikan Uni Soviet yang runtuh dengan kekuasaan imperialis tsar.
"Putin melihat dirinya sebagai penerus bukan hanya dari Stalin tetapi juga dari tsar. Dia melihat dirinya sebagai seseorang dalam tradisi otokrat Rusia yang sangat berkuasa," katanya dalam sebuah program di Sky News, Sabtu (19/3/2022).
“Dia sangat terkejut dan kesal dengan cara Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an dan dia pikir itu adalah penghinaan bagi Rusia."
“Apa yang dia coba lakukan sekarang adalah membangun kembali Uni Soviet sebanyak mungkin," ujarnya.
Johnson kemudian khawatir bahwa Putin menggunakan ancaman senjata nuklir sebagai taktik pengalih perhatian untuk “melarikan diri” dari tanggung jawab atas invasinya di Ukraina.
Negara-negara NATO termasuk Inggris telah menahan diri dari intervensi militer karena khawatir akan memicu perang dunia yang lebih luas.
"Ini adalah perang konvensional oleh Vladimir Putin untuk menaklukkan dan menundukkan, untuk menghancurkan negara yang sama sekali tidak bersalah dan penduduk sipil yang sama sekali tidak bersalah yang tidak melakukan kesalahan apa pun," ujarnya.
“Dan dalam apa yang dia lakukan, saya belum pernah melihat perbedaan yang jelas antara yang baik dan yang jahat. Dia akan mencoba terdengar mengancam ke seluruh dunia tentang apa yang bisa terjadi. Sangat penting bagi kita untuk memperlakukannya sebagai pengalihan perhatian total," paparnya.
“Ini tentang membantu rakyat Ukraina untuk melindungi diri mereka sendiri. Mereka memiliki hak untuk membela diri," imbuh Johnson.
Johnson yakin invasi Putin akan gagal dan bersikeras bahwa pemimpin Rusia secara fatal meremehkan kepahlawanan rakyat Ukraina dan pemimpin mereka Volodymyr Zelensky.
"Dia meremehkan tekad Ukraina untuk bertarung. Dia meremehkan persatuan Barat," imbuh dia.
(min)
tulis komentar anda