Khawatir Perang Nuklir Pecah, Warga AS Borong Pil Anti Radiasi
Selasa, 15 Maret 2022 - 18:22 WIB
WASHINGTON - Kepanikan melanda warga Amerika Serikat (AS) karena khawatir perang nuklir dengan Rusia akan pecah. Mereka pun berbondong-bondong membeli tablet potasium iodida, yang dapat menangkal efek keracunan radiasi meski Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah memperingatkan bahwa terlalu banyak mengonsumsi pil anti radiasi bisa mematikan.
Invasi Rusia ke Ukraina terus memicu kekhawatiran akan memicu terjadinya perang nuklir. Ini telah mendorong lonjakan permintaan pil anti radiasi. CNN telah melaporkan bahwa produsen kalium iodida di AS telah mencatat persediaan yang cepat habis baru-baru ini sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari.
Produsen pil IOSAT mengatakan obat produksinya yang dijual seharga USD14 atau sekitar Rp200 ribu per bungkusnya telah terjual habis di situs webnya.
Kondisi ini membuat harga pil yang dapat melawan efek keracunan radiasi itu pun terkerek naik untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Di situs belanja online e-Bay, empat kotak tablet kalium iodida Thyrosafe terdaftar seharga USD149 atau sekitar Rp2,1 juta. Sedangkan sekotak pil IOSAT 130 mg masing-masing dijual seharga USD89,95 atau sekitar Rp1,2 juta seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (15/3/2022).
Mengingat lonjakan permintaan pil potasium iodida, yang dengan sendirinya dan dalam dosis kecil tidak berbahaya, CDC sekarang memperingatkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak tablet bisa berakibat fatal.
Iodida radioaktif diketahui merusak tiroid - kelenjar endokrin di leher yang menghasilkan hormon yang mengatur tubuh.
Menurut CDC setelah dilepaskan ke atmosfer, ia dapat terhirup ke paru-paru dan mencemari air, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat.
Jika paparan radiasi terjadi, kelenjar tiroid tidak akan dapat melihat perbedaan antara radioiodine dan yodium biasa dan akan menyerap keduanya, dengan terlalu banyak paparan menjadi penyebab utama kanker tiroid.
CDC memperingatkan bahwa dosis tunggal melindungi kelenjar tiroid hanya selama 24 jam, dengan lebih dari satu dosis berpotensi lebih berbahaya.
Badan tersebut menambahkan bahwa mengonsumsi lebih dari yang direkomendasikan tidak menawarkan perlindungan lebih dan sebenarnya dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian.
CDC juga mencatat bahwa tablet juga hanya bekerja paling baik untuk kelompok usia tertentu.
Situasi seperti ini sebelumnya juga pernah terjadi di AS pada 2011 lalu setelah gempa bumi dan tsunami di Jepang merusak pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Invasi Rusia ke Ukraina terus memicu kekhawatiran akan memicu terjadinya perang nuklir. Ini telah mendorong lonjakan permintaan pil anti radiasi. CNN telah melaporkan bahwa produsen kalium iodida di AS telah mencatat persediaan yang cepat habis baru-baru ini sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari.
Produsen pil IOSAT mengatakan obat produksinya yang dijual seharga USD14 atau sekitar Rp200 ribu per bungkusnya telah terjual habis di situs webnya.
Kondisi ini membuat harga pil yang dapat melawan efek keracunan radiasi itu pun terkerek naik untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Di situs belanja online e-Bay, empat kotak tablet kalium iodida Thyrosafe terdaftar seharga USD149 atau sekitar Rp2,1 juta. Sedangkan sekotak pil IOSAT 130 mg masing-masing dijual seharga USD89,95 atau sekitar Rp1,2 juta seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (15/3/2022).
Mengingat lonjakan permintaan pil potasium iodida, yang dengan sendirinya dan dalam dosis kecil tidak berbahaya, CDC sekarang memperingatkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak tablet bisa berakibat fatal.
Iodida radioaktif diketahui merusak tiroid - kelenjar endokrin di leher yang menghasilkan hormon yang mengatur tubuh.
Menurut CDC setelah dilepaskan ke atmosfer, ia dapat terhirup ke paru-paru dan mencemari air, tanah, tumbuhan, dan hewan setempat.
Jika paparan radiasi terjadi, kelenjar tiroid tidak akan dapat melihat perbedaan antara radioiodine dan yodium biasa dan akan menyerap keduanya, dengan terlalu banyak paparan menjadi penyebab utama kanker tiroid.
CDC memperingatkan bahwa dosis tunggal melindungi kelenjar tiroid hanya selama 24 jam, dengan lebih dari satu dosis berpotensi lebih berbahaya.
Badan tersebut menambahkan bahwa mengonsumsi lebih dari yang direkomendasikan tidak menawarkan perlindungan lebih dan sebenarnya dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian.
CDC juga mencatat bahwa tablet juga hanya bekerja paling baik untuk kelompok usia tertentu.
Situasi seperti ini sebelumnya juga pernah terjadi di AS pada 2011 lalu setelah gempa bumi dan tsunami di Jepang merusak pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(ian)
tulis komentar anda