Tentara Rusia Ditangkap Pasukan Ukraina: Kami Akan Ditembak Mati Jika Dipulangkan
Sabtu, 12 Maret 2022 - 03:34 WIB
KIEV - Beberapa tentara Rusia yang ditangkap oleh pasukan Ukraina mengatakan mereka akan ditembak mati jika mereka dikirim pulang, di mana mereka akan dianggap gagal dalam tugas.
Para tentara Moskow yang ditangkap telah memohon untuk tidak dikirim pulang. Mereka takut akan dieksekusi regu tembak di negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Salah seorang tentara, berbicara pada konferensi pers di Kiev, mengatakan bahwa dia telah diberitahu oleh orang tuanya bahwa pemakaman telah disiapkan untuknya.
Prajurit yang identitasnya tak dipublikasikan, yang ditugaskan di Divisi Senapan Motor ke-2 Rusia, mengatakan: "Di Rusia, kami sudah dianggap mati. Saya diberi kesempatan untuk menelepon orang tua saya dan mereka memberi tahu saya bahwa pemakaman untuk saya telah diatur."
"Jika kami dipertukarkan, maka kami akan ditembak oleh orang-orang kami sendiri," ujarnya.
Ukraina telah menggunakan tentara yang ditangkap sebagai bagian dari kampanyenya untuk merusak moral tentara Rusia.
Langkah itu juga dirancang untuk menunjukkan kepada Rusia bahwa militer mereka telah membom kota-kota yang penghuninya berbahasa Rusia dan membunuh warga sipil sejak Putin meluncurkan invasi pada 24 Februari.
Kremlin telah menolak narasi perang untuk apa yang dilakukannya di Ukraina. Mereka menyebutnya "operasi militer khusus" untuk menyelamatkan separatis pro-Rusia di Ukraina dari neo-Nazi.
Kremlin juga mengancam akan menghukum siapa pun yang mengkritik perang tersebut hingga 15 tahun penjara.
Bagian dari strategi Ukraina adalah memperlakukan tentara Rusia dengan relatif baik, untuk membedakan bagaimana perwira tentara Rusia memperlakukan anak buah mereka sendiri.
Sebagian besar tentara Rusia yang ditangkap, tampak kelelahan dan bingung. Mereka tidak tahu bahwa mereka akan berperang. Mereka juga tampak kekurangan makanan dan peralatan.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka adalah wajib militer dan hanya ingin pulang. Beberapa telah direkam menangis di telepon saat berbicara dengan ibu mereka di Rusia.
Kremlin semula bersikeras bahwa mereka hanya mengerahkan tentara profesional ke Ukraina. Namun, pada hari Rabu, setelah tekanan berkelanjutan, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa mereka telah menggunakan peserta wajib militer untuk operasi di Ukraina.
Palang Merah Internasional mengatakan taktik merekam para tentara Rusia yang mengalami demoralisasi melanggar Konvensi Jenewa.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Palang Merah Internasional mengatakan: "Undang-undang menyatakan mereka harus dilindungi. Ini termasuk dari tindakan kekerasan, intimidasi dan perlakuan buruk."
"Mereka juga harus diperlakukan dengan bermartabat dan tidak diekspos keingintahuan publik—seperti gambar yang beredar di media sosial," lanjut badan tersebut, seperti dikutip The Telegraph, Sabtu (12/3/2022).
Para tentara Moskow yang ditangkap telah memohon untuk tidak dikirim pulang. Mereka takut akan dieksekusi regu tembak di negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut.
Salah seorang tentara, berbicara pada konferensi pers di Kiev, mengatakan bahwa dia telah diberitahu oleh orang tuanya bahwa pemakaman telah disiapkan untuknya.
Prajurit yang identitasnya tak dipublikasikan, yang ditugaskan di Divisi Senapan Motor ke-2 Rusia, mengatakan: "Di Rusia, kami sudah dianggap mati. Saya diberi kesempatan untuk menelepon orang tua saya dan mereka memberi tahu saya bahwa pemakaman untuk saya telah diatur."
"Jika kami dipertukarkan, maka kami akan ditembak oleh orang-orang kami sendiri," ujarnya.
Ukraina telah menggunakan tentara yang ditangkap sebagai bagian dari kampanyenya untuk merusak moral tentara Rusia.
Langkah itu juga dirancang untuk menunjukkan kepada Rusia bahwa militer mereka telah membom kota-kota yang penghuninya berbahasa Rusia dan membunuh warga sipil sejak Putin meluncurkan invasi pada 24 Februari.
Kremlin telah menolak narasi perang untuk apa yang dilakukannya di Ukraina. Mereka menyebutnya "operasi militer khusus" untuk menyelamatkan separatis pro-Rusia di Ukraina dari neo-Nazi.
Kremlin juga mengancam akan menghukum siapa pun yang mengkritik perang tersebut hingga 15 tahun penjara.
Bagian dari strategi Ukraina adalah memperlakukan tentara Rusia dengan relatif baik, untuk membedakan bagaimana perwira tentara Rusia memperlakukan anak buah mereka sendiri.
Sebagian besar tentara Rusia yang ditangkap, tampak kelelahan dan bingung. Mereka tidak tahu bahwa mereka akan berperang. Mereka juga tampak kekurangan makanan dan peralatan.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka adalah wajib militer dan hanya ingin pulang. Beberapa telah direkam menangis di telepon saat berbicara dengan ibu mereka di Rusia.
Kremlin semula bersikeras bahwa mereka hanya mengerahkan tentara profesional ke Ukraina. Namun, pada hari Rabu, setelah tekanan berkelanjutan, Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa mereka telah menggunakan peserta wajib militer untuk operasi di Ukraina.
Palang Merah Internasional mengatakan taktik merekam para tentara Rusia yang mengalami demoralisasi melanggar Konvensi Jenewa.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Palang Merah Internasional mengatakan: "Undang-undang menyatakan mereka harus dilindungi. Ini termasuk dari tindakan kekerasan, intimidasi dan perlakuan buruk."
"Mereka juga harus diperlakukan dengan bermartabat dan tidak diekspos keingintahuan publik—seperti gambar yang beredar di media sosial," lanjut badan tersebut, seperti dikutip The Telegraph, Sabtu (12/3/2022).
(min)
tulis komentar anda